Home / Pernikahan / Terbelahnya Rindu / Bab 37: Dimas di Ambang Pilihan

Share

Bab 37: Dimas di Ambang Pilihan

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2024-11-12 14:50:16

Dimas duduk sendirian di ruang kerjanya, menatap kosong ke arah berkas-berkas yang berantakan di mejanya. Tekanan yang ia rasakan semakin berat, seolah-olah seluruh dunia menuntut jawaban dari dirinya.

Laras sudah hampir tak terbendung lagi, keluarganya mulai mendesaknya untuk mempertahankan pernikahan mereka, dan Nina menuntutnya untuk bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya.

Tak ada lagi tempat bagi Dimas untuk melarikan diri; ia tahu bahwa kini ia harus membuat keputusan yang jelas dan tegas.

Setiap kali ia mencoba membayangkan hidup tanpa Laras dan anak-anak, hatinya terasa berat, seperti ada bagian dari dirinya yang hilang. Laras adalah wanita yang selama ini ia cintai dan hormati, seseorang yang selalu ada di sisinya.

Ia tahu bahwa tindakannya telah mengha

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terbelahnya Rindu    Bab 38: Perpisahan yang Tertunda

    Laras duduk di ruang tamu sendirian, merenung dalam keheningan yang terasa semakin menyesakkan. Sejak Dimas memutuskan untuk tetap bersama keluarga mereka dan berjanji akan memperbaiki semuanya, Laras merasa bahwa bebannya bukannya berkurang, tetapi malah bertambah. Setiap janji yang diucapkan Dimas seperti pengingat akan semua pengkhianatan yang telah terjadi. Meskipun hatinya masih menyimpan kenangan manis tentang Dimas, ia tidak bisa mengabaikan luka yang begitu dalam.Hari-hari berlalu dalam kebimbangan. Setiap kali Laras memandang Dimas, ia merasakan perasaan yang campur aduk—rasa cinta yang samar, tetapi juga amarah dan kekecewaan yang sulit dilenyapkan. Laras mulai mempertimbangkan perceraian dengan lebih serius. Namun, setiap kali ia mencoba memikirkan langkah nyata untuk berpisah, bayangan masa lalu

    Last Updated : 2024-11-12
  • Terbelahnya Rindu    Bab 39: Pertemuan Rahasia

    Malam itu, Laras duduk di ruang tamu, pikirannya dipenuhi oleh keraguan yang semakin mengganggu. Sejak Dimas berjanji untuk tetap berkomitmen pada keluarga mereka, Laras merasa bahwa ada sesuatu yang tidak sepenuhnya jujur dari sikap suaminya. Meskipun Dimas terlihat berusaha memperbaiki hubungan mereka, sering kali ia pergi dengan alasan yang tidak jelas, menghilang di saat-saat yang tak terduga, meninggalkan Laras dengan perasaan cemas dan curiga.Kecurigaan Laras semakin menjadi ketika ia melihat Dimas menerima telepon di tengah malam, suaranya berbisik, dan raut wajahnya tampak gelisah. Dimas cepat-cepat keluar dari kamar dan berbicara dengan suara rendah di luar ruangan, seolah-olah tidak ingin Laras mendengar percakapannya. Perasaan was-was dan ketidakpercayaan mulai merayap dalam hati Laras. Ia mulai bertan

    Last Updated : 2024-11-13
  • Terbelahnya Rindu    Bab 40: Andi, Sahabat atau Lebih?

    Beberapa hari setelah kejadian di kafe, Laras merasa hatinya semakin kosong. Meskipun ia telah melihat kebenaran yang tak bisa lagi ia abaikan, menghadapi kenyataan bahwa pernikahannya berada di ambang kehancuran tetaplah sulit. Namun, di tengah kehampaan itu, Andi muncul sebagai satu-satunya orang yang selalu ada untuknya. Tanpa banyak bertanya atau menuntut, Andi hanya memberikan kehadiran yang tenang, menjadi tempat bagi Laras untuk mengalirkan semua beban yang selama ini ia pikul sendiri.Suatu malam, Andi mengajak Laras keluar untuk makan malam di sebuah restoran kecil yang tenang di pinggir kota. Andi tahu bahwa Laras butuh tempat di mana ia bisa merasa nyaman tanpa khawatir akan pandangan orang lain. Restoran itu sepi, hanya ada beberapa meja yang terisi. Mereka duduk di sudut ruangan yang tenang, dan Andi

    Last Updated : 2024-11-13
  • Terbelahnya Rindu    Bab 41: Sikap Cemburu Dimas

    Beberapa minggu berlalu sejak kejadian di kafe, dan selama itu, Dimas menyadari adanya perubahan yang halus namun jelas dalam sikap Laras. Meskipun mereka masih tinggal di rumah yang sama, kehangatan yang dulu mereka bagi seolah lenyap, digantikan oleh keheningan yang terasa dingin. Laras lebih sering keluar rumah, menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri atau bersama teman-teman. Dimas mulai menyadari bahwa Andi adalah orang yang paling sering mendampingi Laras, menjadi pendengar yang setia di saat Dimas sudah tidak lagi menjadi sosok yang bisa diandalkan.Pada awalnya, Dimas mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa kedekatan Laras dan Andi hanyalah bentuk dukungan dari seorang sahabat. Tetapi, semakin lama, semakin jelas bahwa hubungan mereka telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam. Setiap kali Laras p

    Last Updated : 2024-11-13
  • Terbelahnya Rindu    Bab 42: Benturan dengan Realitas

    Laras duduk di kamarnya, dikelilingi oleh keheningan malam yang terasa semakin menyesakkan. Pikirannya berputar-putar, penuh dengan pertanyaan dan rasa bersalah yang tak kunjung hilang. Semakin ia mencoba untuk mencari kejelasan dalam perasaannya, semakin kabur jawaban yang ia temukan. Laras tahu bahwa ia masih mencintai Dimas, meskipun pengkhianatan itu telah meruntuhkan kepercayaannya. Namun, di saat yang sama, ada sesuatu yang tumbuh di dalam dirinya—sesuatu yang semakin sulit ia abaikan. Perasaan itu semakin jelas setiap kali ia bersama Andi, setiap kali Andi menatapnya dengan sorot yang tulus, seolah-olah ia melihat Laras sebagai seseorang yang berharga dan pantas dicintai.Laras menghela napas panjang, merasakan dadanya terasa sesak. Ia merasa seolah-olah hidupnya terjebak dalam pusaran perasaan yang t

    Last Updated : 2024-11-13
  • Terbelahnya Rindu    Bab 43: Pengakuan Andi

    Hari itu, hujan turun deras di luar jendela rumah Laras, menambah suasana sendu yang melingkupi hatinya. Semakin ia mencoba memfokuskan pikirannya pada hal-hal yang sederhana, semakin sulit baginya untuk mengabaikan pergulatan emosional yang terus membayangi. Ia masih terjebak di antara cinta lamanya pada Dimas dan perasaan yang semakin kuat terhadap Andi. Meskipun ia tahu bahwa Andi mencintainya, Laras belum sepenuhnya memahami kedalaman perasaan itu—hingga hari ini.Sore itu, Andi menghubungi Laras dan memintanya untuk bertemu di sebuah kafe yang tenang di pinggiran kota. Laras setuju, meskipun ia merasakan firasat bahwa percakapan ini tidak akan seperti percakapan mereka biasanya. Ada sesuatu dalam nada suara Andi yang membuatnya merasa bahwa pengakuan yang tertahan selama ini akan akhirnya terungkap.

    Last Updated : 2024-11-14
  • Terbelahnya Rindu    Bab 44: Rapat Keluarga yang Tegang

    Hari itu, Laras merasa dadanya penuh beban. Keluarga besarnya mengundangnya ke rumah orang tuanya untuk pertemuan yang terasa lebih seperti sidang keluarga. Ayah dan ibu Laras sudah mendengar sebagian besar masalah yang sedang terjadi dalam pernikahannya dengan Dimas, namun mereka belum mengetahui seluruh kebenaran. Laras tahu bahwa rapat keluarga ini akan penuh dengan tekanan dan, mungkin, tuntutan yang sulit ia hadapi.Begitu tiba di rumah orang tuanya, Laras melihat bahwa hampir semua anggota keluarga sudah berkumpul. Ayahnya duduk dengan ekspresi serius, sementara ibunya tampak resah. Beberapa anggota keluarga lainnya, termasuk tantenya, paman, dan beberapa sepupu, duduk di ruang tamu dengan tatapan penuh keprihatinan. Dimas belum datang, meskipun ia sudah diberitahu tentang pertemuan ini.

    Last Updated : 2024-11-14
  • Terbelahnya Rindu    Bab 45: Dimas yang Hilang Arah

    Dimas duduk sendirian di ruang kerjanya, menatap kosong ke arah jendela yang menghadap taman kecil di belakang rumah. Hari-hari belakangan ini terasa semakin gelap baginya, seolah-olah segala yang ia miliki sedang perlahan menghilang dari genggamannya. Laras, wanita yang selama ini selalu ada di sisinya, kini seperti berada di tempat yang jauh dan tak terjangkau, meskipun hanya berada di ruangan lain dalam rumah yang sama.Ia menyesali setiap langkah keliru yang telah ia ambil. Dimas tahu bahwa perselingkuhannya dengan Nina telah menciptakan luka yang dalam, yang mungkin tak akan pernah bisa benar-benar sembuh bagi Laras. Ia telah menghancurkan fondasi yang mereka bangun bersama, sebuah rumah tangga yang dulu penuh dengan kehangatan, kini terasa dingin dan hampa. Seti

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • Terbelahnya Rindu   Bab 150: Cinta yang Tak Terduga

    Pagi itu, sinar matahari menerobos masuk melalui tirai putih tipis di ruang tamu rumah baru Laras. Cahaya hangatnya menyentuh dinding-dinding yang dihiasi foto keluarga, menggambarkan momen-momen penuh tawa bersama anak-anaknya.Rumah ini tidak megah, tetapi penuh dengan kehangatan dan rasa aman. Di tengah ruangan, Naya dan Raka bermain, tawa mereka menggema, sementara Sarah duduk di sofa, membaca buku cerita kesukaannya. Suara ceria mereka membawa kehidupan yang sudah lama Laras rindukan.Laras berdiri di depan jendela besar, memandang halaman kecil di luar yang mulai dipenuhi tanaman hijau.Hari ini berbeda, terasa lebih segar, lebih ringan. Rumah itu adalah simbol babak baru dalam hidupnya—sederhana, namun penuh dengan cinta dan harapan. Di saat itulah, pintu depan berderit pelan dan suara langkah yang dikenalnya memasuki ruangan.“Selamat pagi, semuanya!” suara Andi bergema di ruangan, membuat Raka berlari kecil sambil tertawa, mengh

  • Terbelahnya Rindu   Bab 149: Kebebasan Dimas

    Matahari pagi memancar lembut di atas jalanan berdebu yang membentang menuju desa kecil di pinggiran kota. Dimas memandangi pemandangan dari jendela bus yang bergetar pelan.Perjalanan ini bukan sekadar perpindahan tempat, tetapi perjalanan untuk mencari kembali dirinya yang hilang di tengah deru kesalahan dan penyesalan. Tas ransel di pangkuannya terasa berat, bukan karena isinya, melainkan beban emosi yang masih menggantung di dalam hati.Ia menatap keluar jendela, melihat petak-petak sawah yang membentang hijau dan rumah-rumah kayu dengan atap miring.Tempat ini adalah destinasi yang ia pilih untuk memulai lembaran baru, tempat di mana ia pernah menghabiskan waktu bertahun-tahun lalu saat masih menjadi mahasiswa yang penuh semangat.Proyek sosial yang dulu ia cintai, sebuah program pendidikan dan pengembangan masyarakat, kini memanggilnya kembali.Sesampainya di desa, Dimas turun dari bus dan merasakan angin pagi yang segar menyentuh wajahnya.

  • Terbelahnya Rindu   Bab 148: Kehidupan Baru Laras

    Matahari pagi menyinari ruang tamu rumah Laras, menciptakan bayangan indah di dinding berwarna krem yang hangat.Di sudut ruangan, rak buku yang penuh dengan koleksi cerita anak dan novel dewasa milik Laras tampak teratur, menambah kehangatan suasana. Di tengah kesibukan pagi itu, suara tawa anak-anak bergema, membawa semangat baru yang kini menyelimuti rumah mereka.Sarah duduk di meja makan, menyuapi Raka yang cerewet tapi ceria. Naya berlarian dengan boneka kelincinya, sementara Laras mengamati mereka dengan senyum lembut.Pagi yang sibuk seperti ini telah menjadi bagian dari rutinitas baru yang membuatnya merasa lebih hidup. Di balik segala kesulitan yang ia hadapi, kehidupan kini mulai terasa stabil, meski tidak sempurna.“Ma, bisa bantu buka ini?” suara Sarah memecah lamunan Laras. Ia menunjuk tutup botol susu yang sulit dibuka. Laras berjalan mendekat, mengambil botol itu dan membukanya dengan mudah.“Terima kasih, Ma,&rdqu

  • Terbelahnya Rindu   Bab 147: Pertemuan Terakhir dengan Dimas

    Langit sore berwarna oranye lembut, memayungi kafe kecil di sudut kota yang sepi. Hembusan angin sore membawa aroma kopi dan daun basah yang segar.Laras duduk di meja dekat jendela, memandang keluar sambil memainkan cangkir kopinya yang setengah kosong. Jantungnya berdegup dengan ritme yang tenang tapi berat. Hari ini, pertemuan terakhir dengan Dimas terasa seperti babak penutup yang sudah lama dinantikan.Pintu kafe terbuka, dan suara lonceng kecil terdengar menggema. Dimas masuk dengan langkah yang mantap, meski wajahnya menyiratkan kelelahan.Rambutnya lebih pendek daripada terakhir kali mereka bertemu, dan ada garis-garis halus di wajahnya yang membuatnya tampak lebih tua. Mata mereka bertemu sesaat, saling membaca rasa canggung yang perlahan mencair menjadi senyuman kecil.“Hai, Laras,” sapanya, suaranya terdengar serak tapi tulus.“Hai, Dimas,” jawab Laras dengan nada lembut. Dimas duduk di kursi seberangnya, meletakk

  • Terbelahnya Rindu   Bab 146: Sarah yang Menerima Kenyataan

    Hujan gerimis membasahi jendela kamar Sarah, membuat pola-pola acak yang bergerak pelan seiring tetesan air turun.Di kursi dekat jendela, Sarah duduk dengan kepala bersandar pada kaca yang dingin, matanya menerawang ke taman kecil di halaman rumah.Meski langit tampak suram, ada rasa damai yang aneh menyelimuti dirinya. Hari-hari yang penuh dengan kebingungan dan rasa kecewa perlahan berubah menjadi penerimaan yang lembut, seperti gerimis yang menyejukkan setelah badai panjang.Di sudut ruangan, terdengar suara langkah kecil yang mendekat. Naya muncul dengan boneka kelincinya, wajahnya memancarkan senyum polos yang khas. “Kak Sarah, mau main sama aku?” tanyanya dengan mata berbinar, suaranya penuh harapan.Sarah menoleh, menatap adiknya dengan senyum kecil yang mulai muncul di bibirnya. Selama ini, Naya adalah adik kecil yang selalu berusaha mengisi suasana dengan tawa, meski ketegangan di rumah kerap membuat suasana berubah-ubah.Sara

  • Terbelahnya Rindu   Bab 145: Pemulihan Naya

    Sinar matahari pagi menembus jendela kamar Naya, menyebar lembut di atas dinding bercorak bunga-bunga berwarna pastel.Naya terbangun perlahan, matanya yang besar berkedip beberapa kali sebelum melihat sekelilingnya. Di meja belajarnya, sebuah buku gambar terbuka, memperlihatkan coretan-coretan berwarna cerah.Gambar itu menunjukkan dirinya, Sarah, Raka, dan Laras berdiri di bawah pohon besar dengan senyum lebar. Meskipun gambar itu sederhana, ada perasaan hangat yang mengalir dari sana.“Naya, sudah bangun, Sayang?” suara Laras terdengar dari ambang pintu. Ia melangkah masuk, membawa nampan berisi segelas susu hangat dan roti panggang dengan selai stroberi. Wajah Laras tampak lebih cerah, senyum lembut menghiasi bibirnya.Naya mengangguk, bangkit perlahan dari tempat tidur dan tersenyum kecil. “Iya, Ma,” jawabnya, suaranya masih serak oleh sisa-sisa tidur. Laras duduk di tepi tempat tidur, mengusap rambut Naya yang halus dengan se

  • Terbelahnya Rindu   Bab 144: Kejutan Pekerjaan untuk Laras

    Pagi itu, sinar matahari menembus kaca jendela ruang kerja Laras, menerangi tumpukan berkas dan dokumen di atas mejanya.Matanya tertuju pada layar laptop, di mana email berisi tawaran pekerjaan di luar negeri masih terbuka. Ia membaca paragraf demi paragraf dengan hati yang berkecamuk.Kesempatan untuk bekerja di perusahaan ternama di Singapura, posisi yang menjanjikan kenaikan karier dan pendapatan yang menggiurkan. Namun, setiap kata dalam email itu seperti menambah beban di dadanya.Suara anak-anak terdengar dari ruang tengah. Naya tertawa renyah karena candaan Raka, dan Sarah terdengar menceritakan sesuatu dengan semangat.Laras menghela napas panjang, mengalihkan pandangannya ke arah pintu terbuka yang menghubungkan ruang kerja dengan ruang keluarga. Wajah anak-anaknya muncul dalam pikirannya, memaksanya mempertimbangkan apa yang benar-benar penting.Dengan tangan gemetar, Laras menutup laptopnya. Tawaran itu memang menggiurkan, namun perasaa

  • Terbelahnya Rindu   Bab 143: Nina yang Menguat

    Pagi itu, sinar matahari menembus jendela kecil apartemen Nina, menyinari sudut-sudut ruangan dengan kehangatan yang lembut.Di meja dapur, Nina duduk dengan rambut yang disanggul rapi, mengenakan kaus putih dan celana jeans longgar.Tangan kanannya sibuk menggambar sketsa bunga-bunga di buku catatan kecilnya, sementara di sampingnya, sepiring roti panggang dan secangkir teh hangat menemani. Ruangan itu dipenuhi aroma harum teh melati, membawa kedamaian yang tak terlukiskan.Di dekat Nina, bayi kecilnya, Aidan, tertidur pulas di kursi bayi. Wajahnya yang mungil dan polos membuat hati Nina terasa penuh, meskipun letih sering kali membayangi.Setiap kali ia melihat Aidan, rasa cinta yang begitu kuat mengalir dalam dirinya, memberinya alasan untuk terus melangkah maju. Tidak ada lagi bayangan Dimas di balik senyumnya, hanya ada dirinya dan Aidan, serta tekad kuat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.Nina menutup buku catatannya, menghela napa

  • Terbelahnya Rindu   Bab 142: Dimas yang Melepas

    Hujan rintik-rintik mengguyur jalanan kota, menciptakan suara gemericik yang menyusup ke dalam apartemen Dimas yang sepi.Udara dingin dan lembap merayap melalui celah-celah jendela yang sedikit terbuka, mengisi ruangan dengan aroma tanah basah.Dimas duduk di meja kerjanya, tatapannya kosong memandangi selembar kertas putih di depannya.Tangannya yang gemetar menggenggam pena, namun tulisan yang tertoreh di atas kertas itu baru separuh jadi. Di sebelahnya, secangkir kopi yang sudah dingin tak disentuh, melengkapi suasana kesendirian yang membungkus dirinya.Sore itu, Dimas merasa keheningan menggerogotinya, namun entah mengapa, ada kedamaian samar yang merayap di antara rasa penyesalan dan kelelahan.Setelah berminggu-minggu diliputi kebingungan dan konflik batin, akhirnya ia menemukan titik terang di tengah kekacauan ini—sebuah keputusan yang terasa pedih namun perlu. Ia harus merelakan Laras, bukan hanya untuk kebaikan Laras, tetapi untuk

DMCA.com Protection Status