"Jadi bagaimana menurut Papa dan Mama! Apakah boleh jika Rey membawa Kanaya untuk tinggal bersama Rey?" tanya Rey sembari menatap Papa Amar dan mama Amy."Rey! kini Kanaya sudah menjadi tanggung jawabmu, tentu saja kami menyerahkan semua keputusan kepada kalian jika memang kalian sudah sepakat untuk tinggal di rumah dinas Papa setuju-setuju saja. Papa hanya menitip pesan, Ingatlah apa yang Papa katakan tadi siang padamu Rey." ujar Papa Amar.Rey mengangguk Seraya tersenyum.Kanaya yang malas mendengarkan percakapan Papanya dan Rey memutuskan naik ke kamarnya terlebih dahulu. Kanaya mengganti pakaiannya dengan linggeri tidur, yang dibalut sebuah auter. Dia merapikan tempat tidur, Kemudian naik ke atas tempat tidur.Kanaya terdiam sesaat, dia melihat sekeliling kamar. Kanaya menarik selimut hingga sebatas dadanya matanya merah mengingat pernikahan yang entah Seperti apa akhirnya. Kanaya sama sekali tidak memiliki perasaan kepada Rey. Kanaya yang sedang melamun tersentak, ketika tiba-tiba
"Maaf, aku mencuri ciuman mu, semoga kita lekas bertemu kembali, aku harap kita bisa memulai semua dengan awal yang baik," ujar Rey, lalu melangkah keluar dari kamar kanaya, Rey menatap jam dipergelangan tangan nya, yang sudah menunjukan pukul 01:00 dini hari. Rey diliputi rasa gelisah, ingin berpamitan kepada mertuanya, tapi takut mengganggu, namun jika dia tidak berpamitan, akan seperti apa mertuanya menilah dirinya.Rey memberanikan diri melangkah menghampiri kamar Papa Amar, belum sempat Rey mengetuk pintu itu, Mama Amy sudah keluar, sembari membawa gelas kosong. Mama Amy hendak memgambil minum."Lohh Rey, kamu tengah malam begini kok sudah rapih! sudah pakai seragam lagi. Mau kemana? Tanya Mama Amy heran."Mah, Rey mau pamit, Rey ada tugas darurat, telah terjadi gempa, Rey harus segera datang untuk mengirimkan bantuan," ujar Rey.Mama amy terlihat kaget mendengar adanya gempa, "astagfirulla, dimana Rey?kamu sudah berpamitan dengan Kanaya? Tanya Mama Amy.Rey menggeleng, "dicianjur
"Kanaya ngerti kok Pah!" saut Kanaya.Papa Amar tersenyum, seraya menepuk bahu Kanaya, "kalau begitu Papa berangkat kekantor dulu, kamu istirahat aja dirumah, kamu masih cuti bukan?," tanya Papa Amar.Kanaya mengangguk, "Iya Pah, lusa Kanaya baru praktek lagi," timpal Kanaya."Ya sudah, Papa berangkat," ujar Papa Amar seraya meninggalkan kamar Kanaya.Hari ini Kanaya memilih bersantai menikmati waktu cutinya, dia sama sekali tidak turun keluar dari kamarnya, selain karena malas, dirumahnya pun tidak ada siapa-siapa, hanya ada para ART, Mama Amy tengah pergi arisan, Kak Nesya yang biasanya heboh pun tidak datang kerumah, mungkin Karena Kak Gino telah kembali dari luar kota.Kanaya bersantai dibalkon kamar, dengan memakai masker diwajahnya, serta memutar musik melalui ponselnya, yang membuat hati dan jiwanya menjadi tenang. Baru saja Kanaya ingin memejamkan matanya, ponselnya berdering, Kanaya membuka mata kembali dan menatap layar ponselnya, yang menampilkan nomor baru disana, membuat
"Kamu duluan aja Ver, aku nanti sisanya," Saut Kanaya"Aku tag in tempat duduk dekat aku deh, Semoga nggak saling serobot" ujar Vera sebelum masuk ke dalam Badan bus."Oke deh, makasih ya Ver!" ujar Kanaya. sambil menunggu antrian masuk ke bus, Kanaya lebih memilih diam berdiri di sekitaran, Seraya memainkan ponselnya. hingga tanpa sadar hanya tinggal dirinya dan Dokter Fahmi, jadilah Kanaya dan Dokter Fahmi harus masuk di urutan terakhir.Dokter Fahmi menatap Kanaya dengan tatapan senang. Sedangkan Kanaya sendiri cukup terkejut, dia pikir Dokter Fahmi tidak ikut serta, namun ternyata kini Dokter Fahmi ada disampingnya."Ayo naik Dok," ucap Fahmi, membuyarkan lamunan Kanaya. Kanaya menganguk, lalu naik menuju badan bus. Kanaya menatap kearah Vera yang tengah tersenyum tanpa dosa, karena Vera ternyata sudah duduk bersama Dokter lain. Pastinya laki-laki yang lumayan tampan dan bisa Kanaya pastikan bukan dari Rumah Sakit Royal Hospital. Kanaya mencebikan bibirnya, mau tidak mau dia berja
"Perkenalkan, aku Kanaya, sepupu Rey." ucap Kanaya cepat, membuat Rey lagi-lagi menarik nafas berat.Rio terkesip mendengar ucapan Kanaya, dia fikir wanita cantik yang membuat Kapten nya meninggalkan sejenak tugasnya itu kekasihnya, namun ternyata saudarinya, "Wow, saya kira ini kekasih Kap_" belum sempat Rio menyelsaikan ucapan nya, Rey sudah lebih dulu menarik lengan Rio, untuk kembali ketempat anggota lainnya berkumpul."Tidak perlu mengurus hal yang tidak penting," ucap Rey kepada Rio, dan berlalu meninggalkan Kanaya.Kanaya melongo mendengar apa yang baru saja Rey ucapkan, entahlah, Kanaya jadi merasa kesal sendiri diabaikan oleh Rey.Lamunan Kanaya buyar, ketika mendengar atensi dari Pimpinan Daerah yang meminta semua relawan untuk bergabung sejenak. Rey berdiri didepan, bersama jajaran kepala Daerah serta ASN dan banyak lagi. sedangkan Dokter dan Relawan yang baru hadir berbaris mendengarkan sambutan dari kepala daerah.Tidak lama kepala daerah memberikan sambutan dan mengenalk
"Kanaya...!" seru Vera yang menyerukan nama Kanaya.Kanaya sudah ingin berteriak, namun ancaman Rey membuat Kanaya diam membisu, "Diam Nay, atau aku akan mencium mu, dan mengatakan kepada orang-orang kalau kita sudah menikah," ancam Rey.membuat Kanaya diam tidak berani berkutik, dia benar-benar tidak bisa melawan saat ini, dan hanya bisa diam mengikuti apa yang Rey instruksi kan."Kanaya... Nay! teriak Vera lagi, memanggil nama Kanaya. Vera nampak cemas mencari rekan nya itu, karena gadis itu tidak kunjung kembali, membuat Vera sampai menyusul Kanaya ketoilet Wanita.Rey meletakan jari telunjuk nya di bibir Kanaya, menyuruh Kanaya diam, dan jangan menyahut panggilan Vera."Nay... Nay... kamu didalem?" seru Vera semakin cemas, apalagi sebentar lagi mereka akan segera berangkat.Hening tidak ada sahutan dari dalam, bahkan tidak ada orang sama sekali disana, membuat Vera dililputi perasaan takut dan cemas."Kanaya..!" seru Vera semakin kencang, membuat Kanaya pada akhirnya memberanikan d
"Gila, Kapten Rey ganteng banget, lihat deh ototnya, Uh mantap banget ya," bisik para wanita yang menjadi relawan di sana.Kanaya hanya menatap jengah para wanita yang memuji suaminya, lalu ia membawa barang-barang tersebut pada Rey. namun belum sempat Kanaya mengambil barang-barang itu, tiba-tiba Rey turun dan mengambil barang-barang yang akan dibawa Kanaya, "Kalian bawa barang-barang ke truk militer," ucap Rey, lalu membawa barang-barang tersebut menuju truk militer yang diikuti anggota timnya."Sepupu kamu perhatian banget sih Nay, aku nggak kebayang kalau bisa jadi istrinya," ucap Vera menghayal. "Apaan sih! nggak jelas banget!" jawab Kanaya. lama-lama Kanaya merasa kesal mendengar pujian dari Vera dan relawan wanita lainnya.Setelah barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam truk militer sekarang giliran para relawan yang masuk ke dalam truk militer. Satu persatu tim relawan masuk ke dalam truk, dengan dibantu Rio. dan sekarang giliran Kanaya, Kanaya menatap ke arah Rio dan meng
"Aku tidur disini saja!" ucap Kanaya singkat."Kenapa tidur di sini? kurang nyaman ya? tidak seperti kasur di rumah yang empuk! ujar Rey.Kanaya hanya diam saja, dia sudah lelah, males berdebat dengan suaminya. Rey mengamati sekitar, yang sepertinya tenda para relawan wanita sudah penuh. Rey ikut duduk di seberang Kanaya, sembari menambahkan kayu, agar api unggun tidak padam."Jika kamu tidak keberatan lebih baik kamu tidur disana" ucap Rey, menunjukan tempat para Anggota Militer nya beristirahat. hal itu sontak membuat Kanaya terkejut dan menggeleng dengan cepat."Hahhh! Kamu nggak salah Rey? lebih baik aku disini, dari pada harus kesana," tolak Nayura sembari memandang kearah Camp Militer, mana mungkin dia tidur dengan para Anggota Militer yang mayoritas laki-laki."Dari pada kamu disini, lebih baik kamu disana, Tenang saja mereka tidak akan berbuat macam-macam, karena aku juga ada di sana," ujar Rey."Aku percaya mereka tidak akan macam-macam, tapi kamu!" tuduh Kanaya.Rey mengangk