Ayah Denise Dominique Lynn sedang duduk di tepi kolam renang menemani istrinya yang cantik Sylvia. Wanita itu tampak merebahkan dirinya di atas sun deck sambil menganakan pakaian renang two pieces.Usia sylvia tak lagi muda, sudah mencapai empat puluh tahun tapi masih terlihat begitu menawan terutama bagi kaum adam. Sylvia sudah melahirkan sebanyak dua kali, Denise dan juga adiknya tapi tubuhnya masih seperti biola. Wanita ini memiliki kulit yang kecoklatan terbakar matahari dan rambutnya cokelat dengan highlight pirang, membuat penampilannya terlihat sempurna.Untuk yang tidak mengenalnya tentu menganggap kalau dirinya adalah seorang wanita berusia dua puluhan.Sementara Dominique sendiri juga sudah berusia empat puluh tahun. Sebagian rambutnya mulai memutih dan perutnya mulai buncit, sama sekali bertolak belakang dengan keadaan istrinya.Sylvia sepertinya terlihat begitu menikmati suasana musim panas kali ini. Wanita cantik itu pun duduk dan melepas kacamata hitamnya.“Sayang,” pang
Dominique menggelengkan kepala saat petugas memintanya untuk datang ke kantor. Sementara Sylvia hanya bisa berdiri tidak jauh dari pelayan di rumahnya. Ia sama sekali tidak kebingungan dengan apa yang akan terjadi pada suaminya.Sesekali wanita ini memperhatikan kukunya yang cantik, sementara suaminya tampak berusaha untuk menghindar dari penangkapan itu.“Apa-apaan ini. Kalian pasti bercanda!” seru Dominique mengamuk.“Bercanda? Maaf Tuan apa Anda tidak bisa melihat surat perintah yang diberikan pada Anda. Sudah seharusnya Anda ikut kami. Di sini jelas sekali kalau Anda menunggak pembayaran pajak selama lima tahun. Anda tahu sendiri kan jika menunggak selalu ada denda keterlambatan. Jika Anda sudah terlambat tentu saja ada denda yang harus dibayar,” kali ini petugas bicara dengan nada yang lebih tegas.Namun ternyata Dominique sama sekali tidak memiliki ketakutan apapun pada kedua polisi ini. Ia justru mengambil ponselnya dan merangkul salah satu dari petugas kepolisian itu.“Begini
Enrique tahu kalau wanita seperti dirinya pasti berpura-pura untuk tidak peduli dengan orang baru. Ia bukan sekali dua kali menangani wanita, semuanya sama saja.Sosoknya yang tampan dan atletis tentu digilai kaum hawa dan membuatnya mudah untuk berkencan dengan wanita manapun yang ia suka. Bukan hanya itu, Enrique juga memiliki kepandaian dalam berbicara, membuat semua wanita yang awalnya tidak tertarik atau mengabaikannya jadi menggilainya. Seperti yang dilakukannya pada Sylvia kali ini.Mengetahui kalau wanita itu seperti tidak menganggapnya sama sekali, Enrique pun mulai membuat gerakan-gerakan seksi nan menggoda di dekatnya.Kali ini ia berdiri di belakang Sylvia dan mulai berbicara lirih di dekat telinganya.ia tahu kalau banyak wanita yang sensitif jika telinganya terkena hembusan udara, sama halnya dengan leher bagian belakang, apalagi saat ini Sylvia Lynn mengenakan gaun yang terbuka di bagian belakang.“Boleh aku bertanya sesuatu pada Anda, Nyonya?” tanya Enrique dengan suara
Russell sudah menyelesaikan urusannya di kantor pajak dan ia kembali pada kediaman Nicko. Saat itu jasad Rodgie sudah dibersihkan dan di make up oleh perias mayat untuk menunjukkan tubuhnya agar terlihat lebih segar.Kali ini tubuh Rodgie sudah mengenakan setelan jas hitam dan sudah dilengkapo kamper agar tidak menimbulkan aroma yang tak sedap. Kemudian dibungkus kain tile sebelum peti mati ditutup.“Apa kita akan menutupnya sekarang, Tuan?” tanya petugas dari jasa pemakaman.Russell menggeleng,”Tak perlu, biar kami yang akan melakukannya. Kau sudah pastikan kalau lahan untuk pemakamannya sudah selesai kan?” tanya Russell.“Betul Tuan, semua sudah saya siapkan.”“Baguslah kalau begitu!” seru Russell kemudian mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar biaya pemakaman.Kali ini lelaki gagah berambut merah itu memperhatikan tubuh Rodgie yang tengah terbaring kaku.“Selamat jalan kawan, kau sudah tak sakit lagi!” ucapnya kemudian melihat ke arah atas dan mengingat bagaimana pertemuannya de
Sejak pertama Nicko bertemu dengan Ian di penampungan sosial, kondisi anak itu terlihat begitu memprihatinkan. Ian tidak lagi mendapatkan pendidikan yang layak, dan juga kehidupan yang indah.Terlair dari keluarga yang miskin dan lingkungan keluarga yang kekurangan membuat mereka tak memiliki pilihan tempat tinggal. Sebuah pemukiman kelas bawah padat penduduk dan memiliki angka kriminalitas yang cukup tinggi membuat Rodgie akhirnya memilih untuk berada di sana.Mereka hanya tinggal di sebuah pemukiman dengan dua buah kamar tidur berukuran kecil, satu ditempati oleh Rodgie dan istrinya Tori, satu lagi untuk Ian bersama ibunya. Itupun ukurannya tidak besar. Kamar tidur Ian bahkan hanya cukup untuk sebuah tempat tidur susun, dan lemari pakaian dua pintu yang merangkap rak buku Ian. Untuk belajar saja, Ian tidak pernah melakukannya di dalam kamar melainkan di ruang tengah.Hampir setiap hari ia mendengarkan keributan antara ayah dan ibunya. Ibunya, Tori tidak pernah puas dengan apa yang
“Jadi kau menolak?” kata Dominique dengan angkuh.Kali ini ia benar-benar membuat kedua petugas kepolisian ini kesal karena telah menghina mereka, menganggap kalau kedua orang ini mudah untuk disuap seperti apa yang ia lakukan pada petugas pajak.“Jangan banyak bicara atau kami akan bertindak tegas!” seru salah seorang petugas sambil mengeluarkan alat pengejut listrik untuknya.“A … apa yang akan kalian lakukan?” tanya Dominique yang terlihat begitu gugup.Melihat Dominique yang gugup, petugas pun langsung meletakkan kedua tangan ke belakang dan mengikatnya dengan menggunakan cable tie.Istrinya yang cantik tampak tenang melihat Dominique dibawa pergi oleh petugas kepolisian. Ia tidak bersikap histeris seperti istri pada umumnya. Ia hanya memandang ke arah suaminya yang dibawa pergi oleh polisi.Melihat tingkah laku istrinya yang tidak ada perasaan sedih atau kehilangan, ia pun melirik ke arah Sylvia. Namun Sylvia menunduk dan berpura-pura tidak melihat suaminya. Sepertinya Sylvia ten
Enrique tentu tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Tuan Jims. Menurutnya apa yang telah ia lakukan adalah hal yang benar.“Tuan apa yang kulakukan adalah menyelamatkan anak-anak dari pengaruh buruk. Mungkin apa yang kulakukan terdengar jahat, tapi itu bukan yang sesungguhnya,” kata Enrique membela diri.Atlet profesional itu pun menghembuskan napas panjang kemudian mengusap wajahnya kembali dengan kedua tangan.“Tuan, coba Anda pikirkan kembali, anak-anak memiliki jiwa yang murni sehingga mereka akan mudah sekali terkena pengaruh yang buruk. Apa yang akan terjadi pada mereka jika seorang yang terlibat kejahatan hadir di tengah mereka. Yah memang yang melakukan pembunuhan itu adalah ayahnya Ian, tapi bukan berarti anak itu bebas dari tuduhan kan?”Tuan Jims dan Tuan Woody sama-sama mengertukan dahi.“Kau bilang anak itu bisa bebas dari tuduhan? Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti akan hal itu,” balas Tuan Woody menyelidik.“Hmm begini Tuan, aku sengaja melakukanny
Enrique tampak menyibakkan rambutnya ke belakang, ia memastikan apa yang baru saja ia dengar.“Tuan Muda mengatakan kalau aku baru saja membicarakan anaknya? Ah tidak mungkin ini pasti bercanda,” pikirnya.Lelaki bertubuh atletis ini pun berdehem untuk mengatur ritme suaranya dan juga menetralisir keterkejutannya. Ia harus memastikan kalau apa yang ia dengar hanya sebuah candaan.“Maaf Tuan Muda, saya bukan membicarakan putra Anda. Saya bicara mengenai Ian, peserta termuda di sini. Dia anak seorang kriminal yang harus segera dijauhi. Anda adalah seorang yang hebat, mana mungkin memiliki seorang anak seperti dia?” balas Enrique Ramos.Nicko membuang muka ia muak melihat wajah Enrique yang terlihat begitu tak bersalah padahal sudah menyinggungg perasaannya dengan sangat dalam.“Kau kira aku sedang bercanda dengan ucapanku? Ian memang anakku, kau mau apa?” balas Nicko.Enrique diam, ia tak berani menatap mata hazel Nicko. Bagaimana mungkin Nicko mengatakan hal itu dengan sebegitu yakin.