Enrique tahu kalau wanita seperti dirinya pasti berpura-pura untuk tidak peduli dengan orang baru. Ia bukan sekali dua kali menangani wanita, semuanya sama saja.Sosoknya yang tampan dan atletis tentu digilai kaum hawa dan membuatnya mudah untuk berkencan dengan wanita manapun yang ia suka. Bukan hanya itu, Enrique juga memiliki kepandaian dalam berbicara, membuat semua wanita yang awalnya tidak tertarik atau mengabaikannya jadi menggilainya. Seperti yang dilakukannya pada Sylvia kali ini.Mengetahui kalau wanita itu seperti tidak menganggapnya sama sekali, Enrique pun mulai membuat gerakan-gerakan seksi nan menggoda di dekatnya.Kali ini ia berdiri di belakang Sylvia dan mulai berbicara lirih di dekat telinganya.ia tahu kalau banyak wanita yang sensitif jika telinganya terkena hembusan udara, sama halnya dengan leher bagian belakang, apalagi saat ini Sylvia Lynn mengenakan gaun yang terbuka di bagian belakang.“Boleh aku bertanya sesuatu pada Anda, Nyonya?” tanya Enrique dengan suara
Russell sudah menyelesaikan urusannya di kantor pajak dan ia kembali pada kediaman Nicko. Saat itu jasad Rodgie sudah dibersihkan dan di make up oleh perias mayat untuk menunjukkan tubuhnya agar terlihat lebih segar.Kali ini tubuh Rodgie sudah mengenakan setelan jas hitam dan sudah dilengkapo kamper agar tidak menimbulkan aroma yang tak sedap. Kemudian dibungkus kain tile sebelum peti mati ditutup.“Apa kita akan menutupnya sekarang, Tuan?” tanya petugas dari jasa pemakaman.Russell menggeleng,”Tak perlu, biar kami yang akan melakukannya. Kau sudah pastikan kalau lahan untuk pemakamannya sudah selesai kan?” tanya Russell.“Betul Tuan, semua sudah saya siapkan.”“Baguslah kalau begitu!” seru Russell kemudian mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar biaya pemakaman.Kali ini lelaki gagah berambut merah itu memperhatikan tubuh Rodgie yang tengah terbaring kaku.“Selamat jalan kawan, kau sudah tak sakit lagi!” ucapnya kemudian melihat ke arah atas dan mengingat bagaimana pertemuannya de
Sejak pertama Nicko bertemu dengan Ian di penampungan sosial, kondisi anak itu terlihat begitu memprihatinkan. Ian tidak lagi mendapatkan pendidikan yang layak, dan juga kehidupan yang indah.Terlair dari keluarga yang miskin dan lingkungan keluarga yang kekurangan membuat mereka tak memiliki pilihan tempat tinggal. Sebuah pemukiman kelas bawah padat penduduk dan memiliki angka kriminalitas yang cukup tinggi membuat Rodgie akhirnya memilih untuk berada di sana.Mereka hanya tinggal di sebuah pemukiman dengan dua buah kamar tidur berukuran kecil, satu ditempati oleh Rodgie dan istrinya Tori, satu lagi untuk Ian bersama ibunya. Itupun ukurannya tidak besar. Kamar tidur Ian bahkan hanya cukup untuk sebuah tempat tidur susun, dan lemari pakaian dua pintu yang merangkap rak buku Ian. Untuk belajar saja, Ian tidak pernah melakukannya di dalam kamar melainkan di ruang tengah.Hampir setiap hari ia mendengarkan keributan antara ayah dan ibunya. Ibunya, Tori tidak pernah puas dengan apa yang
“Jadi kau menolak?” kata Dominique dengan angkuh.Kali ini ia benar-benar membuat kedua petugas kepolisian ini kesal karena telah menghina mereka, menganggap kalau kedua orang ini mudah untuk disuap seperti apa yang ia lakukan pada petugas pajak.“Jangan banyak bicara atau kami akan bertindak tegas!” seru salah seorang petugas sambil mengeluarkan alat pengejut listrik untuknya.“A … apa yang akan kalian lakukan?” tanya Dominique yang terlihat begitu gugup.Melihat Dominique yang gugup, petugas pun langsung meletakkan kedua tangan ke belakang dan mengikatnya dengan menggunakan cable tie.Istrinya yang cantik tampak tenang melihat Dominique dibawa pergi oleh petugas kepolisian. Ia tidak bersikap histeris seperti istri pada umumnya. Ia hanya memandang ke arah suaminya yang dibawa pergi oleh polisi.Melihat tingkah laku istrinya yang tidak ada perasaan sedih atau kehilangan, ia pun melirik ke arah Sylvia. Namun Sylvia menunduk dan berpura-pura tidak melihat suaminya. Sepertinya Sylvia ten
Enrique tentu tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Tuan Jims. Menurutnya apa yang telah ia lakukan adalah hal yang benar.“Tuan apa yang kulakukan adalah menyelamatkan anak-anak dari pengaruh buruk. Mungkin apa yang kulakukan terdengar jahat, tapi itu bukan yang sesungguhnya,” kata Enrique membela diri.Atlet profesional itu pun menghembuskan napas panjang kemudian mengusap wajahnya kembali dengan kedua tangan.“Tuan, coba Anda pikirkan kembali, anak-anak memiliki jiwa yang murni sehingga mereka akan mudah sekali terkena pengaruh yang buruk. Apa yang akan terjadi pada mereka jika seorang yang terlibat kejahatan hadir di tengah mereka. Yah memang yang melakukan pembunuhan itu adalah ayahnya Ian, tapi bukan berarti anak itu bebas dari tuduhan kan?”Tuan Jims dan Tuan Woody sama-sama mengertukan dahi.“Kau bilang anak itu bisa bebas dari tuduhan? Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti akan hal itu,” balas Tuan Woody menyelidik.“Hmm begini Tuan, aku sengaja melakukanny
Enrique tampak menyibakkan rambutnya ke belakang, ia memastikan apa yang baru saja ia dengar.“Tuan Muda mengatakan kalau aku baru saja membicarakan anaknya? Ah tidak mungkin ini pasti bercanda,” pikirnya.Lelaki bertubuh atletis ini pun berdehem untuk mengatur ritme suaranya dan juga menetralisir keterkejutannya. Ia harus memastikan kalau apa yang ia dengar hanya sebuah candaan.“Maaf Tuan Muda, saya bukan membicarakan putra Anda. Saya bicara mengenai Ian, peserta termuda di sini. Dia anak seorang kriminal yang harus segera dijauhi. Anda adalah seorang yang hebat, mana mungkin memiliki seorang anak seperti dia?” balas Enrique Ramos.Nicko membuang muka ia muak melihat wajah Enrique yang terlihat begitu tak bersalah padahal sudah menyinggungg perasaannya dengan sangat dalam.“Kau kira aku sedang bercanda dengan ucapanku? Ian memang anakku, kau mau apa?” balas Nicko.Enrique diam, ia tak berani menatap mata hazel Nicko. Bagaimana mungkin Nicko mengatakan hal itu dengan sebegitu yakin.
Enrique tersedak begitu mendengarkan ucapan Nicko barusan. Memang benar mirip atau tidaknya Ian dengan Nicko memang bukan urusannya.Apa yang dilakukan oleh Enrique tadi semata-mata untuk melindungi para peserta perkemahan, terutama putra Tuan Muda. Saat ia menerima pekerjaan itu, Nicko sempat memintanya untuk mendukung putranya dan menjaganya.Saat itu Nicko sempat mengucapkan siapa nama putranya, tapi sepertinya Enrique tidak mengingatnya. Enrique hanya mengingat nama belakang Lloyd saja. Sebenarnya Ian menyandang nama Lloyd di namanya, tapi bodohnya Enrique tidak menanyakan siapa nama anak yang disebut sebagai anak pembunuh itu.“Tuan Muda, yang saya lakukan adalah untuk memberi perlindungan pada putra Anda. Bukankah putra Anda mengikuti perkemahan ini? saya tentunya tak ingin anak anda mendapat masalah dengan kedatangan anak pembunuh ini,” Enrique masih berusaha untuk membela diri dan menyatakan kalau dirinya telah melakukan hal yang benar.Nicko kembali memaki.“Cih! Apa-apaan ka
Lutut Enrique benar-benar lemas begitu mendengar ucapan Nicko barusan. Kali ini jantungnya berdegup lebih kencang dan membuatnya merasa tidak nyaman.Sejak tadi ia mempertanyakan nasibnya sendiri. Apakah mungkin ini akan berimbas dengan kehidupannya sebagai seorang profesional di bidang olahraga, mengingat selama ini ia mendapatkan dukungan penuh dari grup Lloyd.Kini ia mencoba untuk mencari cara agar bisa mendapatkan pengampunan dari Nicko.“Tuan Muda ngg aku … yah aku tengah dipermainkan oleh anak-anak itu. Aku tak menyelidiki dulu dan membuat keputusan secara sepihak. Ayolah Tuan, ini hanya sebuah salah paham saja,” Enrique mencoba menjelaskan.Namun ternyata hal ini malah membuat Nicko tertawa.“Salah paham katamu? Kau tahu apa akibat dari perbuatanmu? Gara-gara kau putraku sampai harus ketakutan dan kehilangan mimpinya untuk menjadi seorang pemain bola sepertimu. Huh aku benar-benar tak menyangka kalau kau telah melakukan hal seburuk ini padahal kau terkenal sebagai seseorang ya