Jo masih saja memandang suaminya yang duduk yang duduk bersandar dengan lemas. Wajah sang suami kini berkeringat dan tampak lesu, sangat berbeda dengan beberapa waktu sebelumnya. Tentu saja hal ini membuat Jo khawatir akan keadaan suaminya.“Nick, apa itu telepon dari lapas?” tanya Josephine yang tadi tak sengaja mendengar pembicaraan suaminya.Nicko mengangguk lemas, “Ya, lebih tepatnya ini telepon dari dokter Morgan, kau tahu kan apa yang terjadi pada Rodgie.”Josephine mengangguk, sebelum mereka datang ke pulau zambrud, mereka berdua memang sempat mendatangi lapas untuk bertemu Rodgie. Nicko sempar merasakan hal yang aneh saat bersalaman dengan ayah kandung Ian itu.Saat itu seakan ada aliran listrik yang masuk ke dalam tubuhnya. Saat itu juga Nicko bisa melihat gambaran yang akan diterima oleh Rodgie. Saat itu tenaga Nicko seakan terkuras karena telah melakukan sesuatu untuk menolong Rodgie tapi ternyata tidak bisa.Saat itu pula Nicko menyadari kalau kekuatannya tak akan bisa dig
Ian yang sudah dipersilakan masuk pun langsung menekan nomor telepon Josephine. Nomor ibu angkatnya itu sudah dihapal oleh Ian, karena selama ini Jo yang paling sering ia hubungi jika ada sesuatu.“Ibu,” sapa Ian begitu panggilan telepon diangkat.Josephine masih diam dan memastikan kalau yang meneleponnya benar-benar Ian.“Eh, Ian, kata Josephine dengan sedikit tergagap, lantaran beberapa waktu lalu ia dan suaminya kebingungan untuk membahas soal Ian.“Ibu,” kata Ian sekali lagi.“Ya, sayang, kau ada apa menelepon,” jawab Josephine sambil mencoba menstabilkan suaranya.Mendengar suara ibunya di seberang sana, air mata Ian pun tumpah. Anak kecil itu tak lagi bisa lagi menahan diri untuk tidak menangis.“Ibu …,” panggil Ian lagi dengan suara terisak.“Ian, kau menangis? Ada apa?” kali ini Josephine terdengar khawatir pada keadaan putranya.“Ibu aku ingin pulang, aku tidak ingin ikut perkemahan musim panas lagi.”“Kau tidak ingin mengikuti perkemahan musim panas?”“Iya Ibu aku ingin pul
Nicko yang sudah tak bisa menahan emosi pun langsung menghubungi Tuan Woody.“Selamat siang Tuan Muda, ada yang bisa kami bantu?” tanya Tuan Woody dengan ramah.“Hmm, aku hanya ingin tahu apa yang terjadi pada Ian putraku. Kudengar putraku mendapatkan perundungan semasa di sini. Bagaimana kau mengatasinya?” tanya Nicko tanpa basa-basi.“Perundungan? Apakah Anda tidak sedang bercanda?”“Bedebah kau! Kau kira aku bercanda dengan keadaan anakku? Asal kau tahu kalau orang yang paling sering melakukan perundungan di sini adalah Enrique Ramos!” seru Nicko.Mendengar amukan Tuan Muda, Tuan Woody pun langsung meralat ucapannya. Ia tak ingin membuat kecewa Tuan Muda. Bagaimana pun juga kegiatan ini bisa terlaksana karena kemurahan hati Nicko.Hampir saja kegiatan ini tak ada peminat, karena kebanyakan anak sekarang lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain game. Namun berkat pendanaan dari Nicko dan juga mendatangankan bintang profesional, acara ini jadi banyak peminatnya.“Maafkan saya Tuan
Sementara itu di Rumah Sakit distrik C ….Russell datang bersama dengan beberapa anak buahnya. Lelaki berambut merah itu berjalan dengan gagahnya dan terlihat begitu menyeramkan. Beberapa orang yang berada di rumah sakit terlihat ketakutan saat melihat dirinya dan anak buahnya datang.Di satu sisi seorang perempuan muda tampak menggendong bayi dengan begitu panik. Di depannya tampak seorang lelaki yang usianya juga masih muda tengah berlutut di hadapan seorang pria berpakaian serba putih.“Huh, selalu saja ada potret seperti ini di rumah kebanyakan rumah sakit,” gumam Russell.Lelaki itu seperti memohon sesuatu pada petugas berpakaian serba putis sementara perempuan di belakangnya tampak memandang penuh harap sambil bersusah payah untuk menenangkan bayinya.“Tidak bisa! Kalau kau tidak punya asuransi atau tak punya deposit lebih baik pulang saja. Berikan anakmu obat penurun panas, kalau mati ya itu sudah takdirnya. Salah sendiri kalian miskin!” seru pria berpakaian serba putih itu sam
“Bos, apa kita akan langsung mengurus jenazah teman Tuan Muda?” tanya salah satu anak buah Russell yang ikut mengawalnya.Russell tak menjawab hanya melambaikan tangan ke arah depan seakan mengajak anak buahnya untuk terus berjalan mengikutinya. Kelompok jubah hitam itu pun langsung masuk ke arah lobi Rumah sakit dan kembali kehadiran mereka menyita perhatian publik.Pakaian serba hitam memang identik dengan para penjahat, apalagi kiprah mereka sudah tidak bisa diragukan lagi. Russell cukup terkenal sebagai pimpinan dunia hitam, mewarisi tahta dari Chuck Raines pendahulunya.Bersama anak buahnya, lelaki berambut merah itu pun langsung melangkah mendekat ke arah meja resepsionis.“Aku ingin menjemput jenazah Rodgie dari lapas distrik C.”Petugas resepsionis itu pun berdiri dan bertingkah seperti orang bodoh, menoleh ke kanan kiri dengan tidak jelas.“Hei apa kau tak mendengarku, kami ingin mengambil jenazahnya!” Russell mengulang perintahnya dengan lebih lantang.Namun sayangnya petuga
Lift yang ditumpangi Edric Warren pun terbuka tepat di lobi. Segera pria berambut pirang ini pun melangkah dengan lebar. Ia begitu terburu-bur dan di dalam kepalanya hanya ada bayangan putrinya yang saat ini masih mengikuti kursus balet.Edric langsung menuju meja resepsionis, dan ia masih melihat bagaimana resepsionisnya itu tampak sangat gugup dan mencoba untuk menghindar dari tatapan mata pria-pria berpakaian serba hitam di depannya. Cepat-cepat Edric pun melangkah ke sana dan segera melabrak. Sempat direktur rumah sakit ini bergetar saat melihat sosok mereka yang berpakaian serba hitam di sana. Namun tampaknya rasa cinta pada anak mengalahkan semuanya.“Kalian! Apa yang akan kalian lakukan pada putriku?” tanya direktur Rumah Sakit dengan nada tinggi.Kali ini ia bicara dengan nada tinggi sambil mengacungkan telunjuk ke arah mereka.Russell yang melihat keberanian pria ini pun tertawa meremehkan.“Kau ingin tahu apa yang akan terjadi pada putrimu? Hmm aku belum memikirkannya, lebi
“Kau sudah menjemput anak itu?” tanya Russell dengan santai.“Yah aku sudah menjemputnya, kali ini dia sedang di bangku belakang bersamaku. Anak bodoh, dia bahkan tak curiga apapun saat aku menjemputnya,” jawab anak buah Russell.Pria berpakaian serba hitam itu berdiri sambil menyandarkan tubuhnya pada meja resepsionis, lalu mengaktifkan menu pengeras suara. kali ini Russell ingin direktur rumah sakit mendengarkan sesuatu.Saat itulah direktur rumah sakit mendengar putrinya menyanyikan lagu favorit yang biasa ia nyanyikan saat berada di mobil. Lagu itu terdengar begitu jelas diimbangi dengan suara gemuruh.Raut wajah Tuan Warren berubah seketika. Ia kenal betul suara anaknya, dan kini wajahnya memerah semakin tak sabar untuk menghajar Russell.“Kurang ajar kau!” serunya.Namun Russell tak mempedulikan, ia justru melanjutkan instruksi pada anak buahnya.“Bawa anak itu ke markas, buat dia merasa nyaman, jangan sampai buat dia ketakutan dan berpikiran untuk lari. Kau tahu kan kalau dia m
Tuan Woody pun mempersilakan Tuan Jims untuk masuk ke ruang kerjanya. Pria yang rambutnya mulai memutih ini masih bertanya-tanya kenapa ia dipanggil masuk ke ruangan Tuan Woody. Apakah hal ini ada hubungannya dengan Ian yang menangis dan mendesak ingin pulang.“Selamat siang Tuan Woody?” tanya Tuan Jims begitu dipersilakan duduk.Tuan Woody mencoba untuk bersikap tenang, padahal ia sedang memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Nicko saat mendapati ada hal yang tak menyenangkan pada putranya. Bahkan pria ini duduk di ujung meja seperti tak ada beban.Mungkin ini taktiknya sebagai orang nomor satu di perkemahan. Ia tak ingin kegugupannya dapat dilihat oleh bawahannya.Nicko begitu mempercayai Tuan Woody dengan memberikan sponsosr untuk program perkemahan musim panasnya. Nicko juga yang meminta Tuan Woody untuk menjaga anaknya, tapi ternyata lalai.“Tuan Jims, aku baru saja mendapat telepon dari Tuan Muda Lloyd, kau tahu kan apa maksudnya?” tanya Tuan Woody memancing.Tuan Jims menggele