Sementara itu di Rumah Sakit distrik C ….Russell datang bersama dengan beberapa anak buahnya. Lelaki berambut merah itu berjalan dengan gagahnya dan terlihat begitu menyeramkan. Beberapa orang yang berada di rumah sakit terlihat ketakutan saat melihat dirinya dan anak buahnya datang.Di satu sisi seorang perempuan muda tampak menggendong bayi dengan begitu panik. Di depannya tampak seorang lelaki yang usianya juga masih muda tengah berlutut di hadapan seorang pria berpakaian serba putih.“Huh, selalu saja ada potret seperti ini di rumah kebanyakan rumah sakit,” gumam Russell.Lelaki itu seperti memohon sesuatu pada petugas berpakaian serba putis sementara perempuan di belakangnya tampak memandang penuh harap sambil bersusah payah untuk menenangkan bayinya.“Tidak bisa! Kalau kau tidak punya asuransi atau tak punya deposit lebih baik pulang saja. Berikan anakmu obat penurun panas, kalau mati ya itu sudah takdirnya. Salah sendiri kalian miskin!” seru pria berpakaian serba putih itu sam
“Bos, apa kita akan langsung mengurus jenazah teman Tuan Muda?” tanya salah satu anak buah Russell yang ikut mengawalnya.Russell tak menjawab hanya melambaikan tangan ke arah depan seakan mengajak anak buahnya untuk terus berjalan mengikutinya. Kelompok jubah hitam itu pun langsung masuk ke arah lobi Rumah sakit dan kembali kehadiran mereka menyita perhatian publik.Pakaian serba hitam memang identik dengan para penjahat, apalagi kiprah mereka sudah tidak bisa diragukan lagi. Russell cukup terkenal sebagai pimpinan dunia hitam, mewarisi tahta dari Chuck Raines pendahulunya.Bersama anak buahnya, lelaki berambut merah itu pun langsung melangkah mendekat ke arah meja resepsionis.“Aku ingin menjemput jenazah Rodgie dari lapas distrik C.”Petugas resepsionis itu pun berdiri dan bertingkah seperti orang bodoh, menoleh ke kanan kiri dengan tidak jelas.“Hei apa kau tak mendengarku, kami ingin mengambil jenazahnya!” Russell mengulang perintahnya dengan lebih lantang.Namun sayangnya petuga
Lift yang ditumpangi Edric Warren pun terbuka tepat di lobi. Segera pria berambut pirang ini pun melangkah dengan lebar. Ia begitu terburu-bur dan di dalam kepalanya hanya ada bayangan putrinya yang saat ini masih mengikuti kursus balet.Edric langsung menuju meja resepsionis, dan ia masih melihat bagaimana resepsionisnya itu tampak sangat gugup dan mencoba untuk menghindar dari tatapan mata pria-pria berpakaian serba hitam di depannya. Cepat-cepat Edric pun melangkah ke sana dan segera melabrak. Sempat direktur rumah sakit ini bergetar saat melihat sosok mereka yang berpakaian serba hitam di sana. Namun tampaknya rasa cinta pada anak mengalahkan semuanya.“Kalian! Apa yang akan kalian lakukan pada putriku?” tanya direktur Rumah Sakit dengan nada tinggi.Kali ini ia bicara dengan nada tinggi sambil mengacungkan telunjuk ke arah mereka.Russell yang melihat keberanian pria ini pun tertawa meremehkan.“Kau ingin tahu apa yang akan terjadi pada putrimu? Hmm aku belum memikirkannya, lebi
“Kau sudah menjemput anak itu?” tanya Russell dengan santai.“Yah aku sudah menjemputnya, kali ini dia sedang di bangku belakang bersamaku. Anak bodoh, dia bahkan tak curiga apapun saat aku menjemputnya,” jawab anak buah Russell.Pria berpakaian serba hitam itu berdiri sambil menyandarkan tubuhnya pada meja resepsionis, lalu mengaktifkan menu pengeras suara. kali ini Russell ingin direktur rumah sakit mendengarkan sesuatu.Saat itulah direktur rumah sakit mendengar putrinya menyanyikan lagu favorit yang biasa ia nyanyikan saat berada di mobil. Lagu itu terdengar begitu jelas diimbangi dengan suara gemuruh.Raut wajah Tuan Warren berubah seketika. Ia kenal betul suara anaknya, dan kini wajahnya memerah semakin tak sabar untuk menghajar Russell.“Kurang ajar kau!” serunya.Namun Russell tak mempedulikan, ia justru melanjutkan instruksi pada anak buahnya.“Bawa anak itu ke markas, buat dia merasa nyaman, jangan sampai buat dia ketakutan dan berpikiran untuk lari. Kau tahu kan kalau dia m
Tuan Woody pun mempersilakan Tuan Jims untuk masuk ke ruang kerjanya. Pria yang rambutnya mulai memutih ini masih bertanya-tanya kenapa ia dipanggil masuk ke ruangan Tuan Woody. Apakah hal ini ada hubungannya dengan Ian yang menangis dan mendesak ingin pulang.“Selamat siang Tuan Woody?” tanya Tuan Jims begitu dipersilakan duduk.Tuan Woody mencoba untuk bersikap tenang, padahal ia sedang memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Nicko saat mendapati ada hal yang tak menyenangkan pada putranya. Bahkan pria ini duduk di ujung meja seperti tak ada beban.Mungkin ini taktiknya sebagai orang nomor satu di perkemahan. Ia tak ingin kegugupannya dapat dilihat oleh bawahannya.Nicko begitu mempercayai Tuan Woody dengan memberikan sponsosr untuk program perkemahan musim panasnya. Nicko juga yang meminta Tuan Woody untuk menjaga anaknya, tapi ternyata lalai.“Tuan Jims, aku baru saja mendapat telepon dari Tuan Muda Lloyd, kau tahu kan apa maksudnya?” tanya Tuan Woody memancing.Tuan Jims menggele
Tuan Jims mencoba untuk mencerna pernyataan dari Tuan Woody. Pria ini sempat terpikirkan suatu nama, tapi ia tidak yakin.“Akan menodai imejnya? Tunggu apakah ini berarti Enrique Ramos? Kukira tidak mungkin, bukankah selama ini ia dikenal sebagai pria yang sangat sayang pada anak-anak. Ah kurasa ini tidak mungkin,” pikir Tuan Jims.Melihat raut wajah Tuan Jims yang mendadak aneh, Tuan Woody pun sedikit membungkuk ke arah Tuan Jims.“Apa kau terpikirkan oleh sesuatu nama?” tanyanya.Tuan Jims mengangguk cepat.“Ya, aku berpikir kalau orang dewasa itu Enrique, karena Anda bicara mengenai imej yang akan hancur. Bukankah selama ini Enrique dikenal sebagai pemain sepak bola yang begitu dekat dengan anak-anak?”Tuan Woodie tersenyum lebar, “Kau tidak salah, memang dia yang kubicarakan.”Kini Tuan Jims semakin heran, bagaimana mungkin Enrique melakukan hal ini. Selama karirnya ia dikenal sebagai pria yang begitu mencintai anak-anak. Pria yang dekat dengan anak-anak bahkan aktif dalam kegiata
Mobil yang dikemudikan Nicko pun tiba di area perkemahan musim panas. Tuan Jims dan Tuan Woody sudah menyambut mobil Nicko dan membungkuk begitu pasangan suami istri ini keluar dari mobil.“Selamat datang Tuan dan Nyonya Lloyd,” sapa Tuan Woody bersama Tuan Jims penuh hormat.“Hmm,” jawab Nicko sedikit menyunggingkan senyuman yang misterius.“Saya minta maaf untuk apa yang telah terjadi pada putra Anda di sini, kami mengaku telah lalai dalam membina anak-anak,” kata Tuan Woody yang semakin gugup dengan kedatangan Nicko.Semenjak mendapatkan telepon dari Nicko, perasaannya jadi tak karuan. Banyak hal yang harus dipikirkan olehnya, terutama tentang kelangsungan perkemahan ini.Kedatangan Nicko kali ini justru memperburuk perasaannya, jantungnya semakin berdegup kencang dan telapak tangannya selalu berkeringat. Kalau saja ada tempat untuk bersembunyi, ia sudah melakukannya kali ini.“Aku akan menelepon seseorang lebih dulu,” kata Nicko yang semakin membuat Tuan Woody kehilangan keberania
Russell masih memandangi cincin permata merah yang diberikan oleh pria di hadapannya. Ia membolak-balikkan benda itu kemudian mengangkatnya ke atas, ke arah sinar lampu.“Tenang saja Tuan Raines, benda itu asli. Kami tak mungkin membohongi Anda dengan hal seperti ini. Adalah suatu hinaan jika kami berani memberikan barang palsu pada Anda,” kembali pria itu membujuk Russell.“Hmm, kau serius ingin memberikan cincin ini padaku? Apa kau tidak tahu kalau benda ini sangat mahal?” tanya Russell memastikan.“Ah tentu saja Tuan, saya sangat yakin kalau benda ini sangat pantas untuk Anda terima,” kata pegawai kantor pajak dengan antusias.Russell pun mengangguk setelah mendengarkan jawaban dari pegawai kantor pajak. Pria di hadapannya pun tersenyum dan terlihat sangat percaya diri setelah melihat Russell memegang benda yang sempat menjadi miliknya itu.Cincin itu memang terbuat dari batu permata yang langka, tentu saja harganya sangat mahal. Cincin itu membuatnya tampak berkarisma dan dihormat