Hari sudah senja dan matahari sudah terbenam menyisakan langit yang berwarna kemerahan. Nicko meletakkan gelas minuman dinginny dan melirik ke arah istrinya.“Kita berangkat sekarang?” tanya Nicko tanpa mempedulikan kehadiran Karen.Memang sejak tadi ia tidak lagi mempedulikan keadaan teman istrinya itu. Perjalanan antar dimensi yang baru saja dilewatinya itu sudah cukup membuatnya pusing. Sampai sekarang ia masih juga belum bisa mendapatkan kejelasan tentang Karen yang sempat ikut bersamanya.Dari gelagat yang ditunjukkan oleh Karen, entah kenapa kalau Nicko sangat yakin kalau yang bersamanya melewati perjalanan antar dimensi itu bukanlah Karen yang ada di hadapannya sekarang.“Huh, siapa sebenarnya yang pergi bersamaku?” tanya Nicko dalam hati.“Berangkat sekarang?” tanya Jo membuyarkan lamunan suaminya.“Iya, kau lupa kalau kita akan berkendara ke bukit untuk menengok planetarium? Kurasa sekarang saat yang tepat karena cuaca sedang cerah,” ajak Nicko.Josephine mengerutkan dahinya,
Denise bersama dua badutnya saling berpandangan. Mereka mencoba untuk melihat apa yang sekarang sedang dilakukan oleh Ian.“Lihat apa yang dilakukan oleh anak pembunuh itu, dia seperti orang gila,” bisik Denise kepada kedua temannya.Kedua temannya mengikuti telunjuk Denise yang mengarah pada Ian. Saat itu Ian tengah berbaring membelakangi mereka bertiga dan seperti mendekap sesuatu. Dari tempat tidur Denise, mereka dapat mendengar kalau Ian tengah menangis sesenggukan.“Anak pembunuh itu menangis,” bisik Ronald.“Sangat tak pantas seorang anak pembunuh sepertinya menangis begitu. Itu sudah pasti air mata palsu,” bisik Denise kepada dua temannya.Ronald dan Jerry pun mengangguk, mereka semua sepakat kalau seorang yang hidup dan tumbuh bersama kriminal tentu saja akan berperilaku seperti kriminal juga. Tidak seperti peserta perkemahan lainnya yang hidup dalam keadaan serba berkecukupan.Namun anggapan orang-orang itu tak sepenuhnya benar. Banyak pelaku kriminal yang tidak ingin menunju
“Kau menangis? Huh menjijikkan sekali, anak seorang pembunuh sepertimu menunduk dan menangis,” ledek Denise.Ian masih saja diam dan tetap menangis. Sesekali ia menyeka matanya dengan punggung tangan. Dalam hati Ian mengungkapkan kesedihannya.“Apa salahku hingga teman sekamarku selalu menggangguku? Apa karena kejadian saat aku membantu mereka memotong rumput,” pikir Ian.Kini Ronald justru mendorong tubuh Ian yang ukurannya jauh lebih kecil dibanding mereka. Tubuh anak kecil itu sampai terhuyung nyaris terjatuh ke arah belakang. Untung saja saat itu posisi Ian duduk di tempat tidurnya.“Hei anak penjahat, kau lebih baik pulang saja. Tempatmu bukan di sini!” seru Ronald.“Kau akan mengotori tempat kami,” tambah Jerry.Ketiga anak itu terus saja merundung Ian. Membuat anak angkat Nicko itu semakin banyak mengeluarkan air mata.Sempat Ian berpikir untuk pergi saja dari tempat ini dan melupakan kegembiraan yang mungkin ia dapat selama mengikuti program perkemahan musim panas. Perkemahan
Pagi ini sama seperti kemarin, saat Ian bangun, ia tak mendapati teman sekamarnya berada di sana.“Aku kesiangan lagi, sepertinya karena aku terlalu lama mengadu pada ayah,” pikirnya.Anak kecil ini pun bergegas ke kamar mandi, sayangnya ia diberi kejutan oleh teman sekamarnya. Sabun yang seharusnya digunakan bersama tidak ditemukan olehnya.“Kenapa tidak ada sabunnya ya? Apa mungkin sudah habis?” pikir Ian.Tak perlu menunggu lama, Ian pun mengambil sabun miliknya sendiri dan mulai mandi dengan cepat.“Aku tidak boleh terlambat, hari ini adalah hari pertama Enrique melatih,” gumam Ian sambil berpakaian dan bergegas ke ruang makan untuk menikmati sarapan pagi.Walaupun semalam ia sempat mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari Enrique Ramos, Ian masih tetap bersemangat dalam bermain bola. Sampai saat ini Ian masih menganggap kalau Enrique adalah sosok yang istimewa dan pantas untuk dikagumi. ***Ian mengikuti kawan-kawan peserta perkemahan musim panas m
Ian masih saja tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh idolanya Enrique Ramos. Sosok itu benar-benar sudah berubah banyak.“Kenapa dia bersikap seperti ini? Bukankah selama ini Enrique Ramos dikenal ramah di kalangan anak-anak?” tanya Ian dalam hati.Anak kecil ini pun menunduk dan masih dalam posisi duduk setelah terjatuh. Ia sepertinya tak kuasa untuk menahan air matanya.Beberapa meter dari tempatnya terjatuh, peserta lain tampat tertawa memperhatikannya. Yang paling membuat Ian bersedih adalah ketiga teman sekamarnya berdiri bersama dengan Enrique menunjuk ke arahnya. Lagi-lagi mereka membicarakan Rodgie ayahnya.“Ha ha ha dasar bibit kriminal. Mati saja kau!” seru mereka bertiga.Kini Enrique merangkul Denise, dan ia seolah memberikan ketenangan bagi Denise dan kedua temannya.“Kalian semua tenang saja, tak perlu berkecil hati, karena Paman akan pastikan kalau dia akan keluar dari tempat ini. Ini adalah tempat untuk kalian berlibur sekaligus berlatih, kalian tidak boleh terken
Peserta perkemahan musim panas yang saat itu menemani Enrique pun berkumpul dan mendengarkan ide brilian dari salah satu peserta. Dia adalah Edgar, peserta yang usianya dua belas tahun.“Sekarang kita dekati dia!” ajak Edgar memberi kode pada kawan-kawannya untuk mendatangi Ian yang masih saja duduk dan menangis.Satu per satu anak-anak itu berdiri melingkari Ian, sementara Enrique sendiri masih berdiri di belakang mereka sembari mengawasi keadaan sekitar. Sesekali peserta mengacungkan jempol ke arah pelatih sepak bola mereka, sang pelatih pun tersenyum.“Hei bangun! Dasar cengeng!” seru Denise dengan kasar.Bocah sok jagoan itu tampak berdiri sambil berkacak pinggang. Beberapa teman-temannya pun ikut-ikutan membentaknya.“Heh dasar kau anak manja, disuruh berdiri saja tidak bisa. Apa kau ini masih bayi?” ledek salah satu peserta.Sambil menahan tangis, Ian pun perlahan berdiri dan menghadapi teman-temannya. Dalam hati ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh teman-temannya saat
“Kau? Ada apa Ian?” tanya Tuan Jims yang membuka pintu ruangannya.Anak kecil itu memang sengaja mengetuk pintu ruang kerja Tuan Jims dan masih menunjukkan air matanya.Pria berambut kelabu itu pun berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Ian, lalu mengusap rambut anak kecil itu.“Kau kenapa, apa kau baru saja menangis?’ tanya pria itu.Ian masih menangis dan memeluk kepala pengasuh perkemahan dan merangkulnya. Ian kembali terisak dan tak bisa menyembunyikan kesedihannya kembali.“Kau kenapa?” Tuan Jims mengulang pertanyaannya kembali.“Aku … aku … mmmm bolehkah aku menelepon ayahku?” tanya Ian dengan suara yang masih terisak.Tuan Jims pun tersenyum sambil melihat Ian kemudian mengangguk. Ia mengerti kalau anak kecil di hadapannya mungkin sedang merindukan kehidupan di rumah. Sangat wajar bagi anak usia delapan tahun tidak bisa bertahan lama untuk hidup jauh dari orang tuanya.“Terima kasih,” jawab Ian kemuian masuk ke dalam dan menuju meja yang ditunjuk oleh Tuan Jims.
Setelah menutup jenazah Rodgie dengan kain putih, dokter Morgan pun menuliskan surat pengantar untuk rumah sakit agar bisa disemayamkan di sana.“Ini untuk ke Rumah Sakit agar keluarganya bisa memberikan keputusan akan diapakan jenazah pria ini,” kata dokter Morgan.Petugas lapas yang bertugas hanya melirik ke arah dokter Morgan dengan malas, kemudian mengambil amplop itu dan meninggalkan klinik. Sementara beberapa petugas tampak mendorong brankar jenazah dan membawanya dengan ambulance.Dokter di klinik rumah sakit memang tidak bisa memberikan vonis meninggal dunia bagi para tahanan yang mengalami nasib seperti Rodgie. Jika hal itu terjadi di klinik tentu saja harus diteruskan pada pihak Rumah Sakit untuk memberikan putusan.“Huh, memangnya siapa yang akan mengambil mayatnya,” bisik salah seorang petugas sambil mendorong brankar.Rekan lainnya yang ikut membawa tubuh Rodgie dengan brankar pun memiliki pikiran yang sama. Semuanya tidak ada yang peduli akan tahanan. Sudah sering terjad
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt