Masih terekam jelas bagaimana ekspresi wajah Joshua saat penculik itu menempelkan pistol pada ubun-ubun anak sulungnya. Joshua nyaris tak mampu membuka matanya, karena ketakutan yang menyelimuti dirinya. Bibir anak kecil itu bergetar, ingin berteriak minta tolong.
Cukup lama Raymond Evans menunggu di balik kemudi, ia sedikit ragu antara bertemu dengan penculik itu atau tidak, meskipun sudah berada di lokasi tempat mereka bertemu. Sepanjang perjalanan pria bermata biru ini tampak tegang, ingin sekali bertemu dengan anak dan istrinya.
“Aku harus menyelamatkan mereka. Apapun taruhannya mereka harus selamat, bahkan nyawaku sendiri aku tak akan peduli,” gumamnya kemudian keluar dari mobil dan menuju gang tempat yang telah disepakati untuk bertemu.
Raymond Evans pun melangkah dengan kaki yang lebar, sambil ia membawa alat pengejut listrik dalam saku jasnya. Setidaknya ia harus berjaga-jaga sebelum hal buruk menimpa
Pria bermasker itu menepuk bahu Raymond Evans sekali lagi. Ia tak berkata apa-apa tetapi membuka galeri video dalam ponselnya. Terlihat bagaimana keadaan Madeline dan kedua putranya meringkuk di sana.Kedua anak itu sudah tidur, dan menunjukkan ekspresi wajah yang kelelahan, sementara Madeline duduk bersandar di atas karpet sambil mendongak menahan air mata. Ini yang selalu dilakukan olehnya ketika sedang bersedih atau lelah.“Madeline!” teriak Raymond.“Apa kau suka melihat istrimu bersedih seperti ini?” tanya pria penculik itu.“Hhh, banyak bicara kau. Cepat katakan apa yang harus kulakukan agar kalian membebaskan mereka?”“Hmm mudah saja, bukankah kau mendapatkan kepercayaan penuh dari Nicholas Lloyd?”Raymond Evans mengangguk, pikirannya kini dipenuhi bayangan putranya Joshua yang ditodong oleh senjata api.
“Nick! Kenapa kau jadi sentimentil seperti ini? Aku pun tidak tahu isi kadonya apa?” balas Jo mencari pembelaan.Nicko langsung berbalik, dan mengambil posisi duduk. Ini pertama kalinya ia menunjukkan perasaan tersinggung pada istrinya. Ia tak pernah peduli dengan keluarga istrinya yang selalu memandang rendah dirinya, atau mereka yang selalu menyuruh Jo untuk menceraikannya. Semua karena Jo selalu membela dirinya, dan menunjukkan kalau ia bahagia hidup bersama Nicko.Namun tidak untuk kali ini, ia tak bisa menerima segala sesuatunya dengan begitu mudah. Kali ini Jo dengan terang-terangan membiarkan bingkisan dari lelaki yang pernah mengejar-ngejarnya itu berada di dalam kamar ini. Ini sama saja menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang suami.“Kenapa tak kau buka saja dan nikmati isinya, aku yakin barang-barang itu tak akan pernah sanggup kubelikan untukmu.”“Nick!
Jemari Raymond Evans tampak bergetar saat menyentuh keyboard computer. Keringat dinginnya tak henti mengucur dari keningnya. Sesekali ia melirik ke arah belakang, Emma tampak berdiri di sana sambil mengarahkan ponsel yang saat ini tengah terhubung dengan Gerald.“Huft! Ini sungguh berat bagiku,” pikirnya ragu-ragu untuk menekan tombol oke pada transaksi yang baru saja dilakukan olehnya.“Apa kau masih ragu? Ingat nyawa istri dan kedua anakmu berada di tangan kami, dan peluru akan menembus kepala anak pertamamu pertama kali, aku akan memvideokannya secara langsung untukmu!” perintah suara di seberang.Emma memang diminta untuk mengawasi kegiatan Raymond Evans oleh Gerald. Ia begitu menghormati sosok Nicholas Lloyd, tapi nyawa anak dan istrinya begitu berarti untuknya.“Biarlah aku yang mati karena harus melakukan hal ini, asal kedua anakku selamat,” pikir Raymond ke
Raymond mencoba menata pikirannya sebelum menjawab panggilan dari rumah. Kali ini ia sangat berharap ini bukan berita buruk. Pikirannya sudah mulai kacau belakangan ini, ia sudah tidak mampu lagi untuk berpikir jernih.“Huft!”Raymond kembali menghembuskan napas panjang sebelum akhirnya menekan tombol on pada ponselnya. Kemudian menghembuskan napas panjang agar bisa menjawab dengan tenang.“Ha … halo,” kata Raymond dengan suara yang bergetar.Pria ini kembali nyaris mengeluarkan air mata. Kembali teringat akan keadaan anak dan istrinya, terlebih Joshua yang ditodong pistol di kepalanya. Raymond pun mengusap cairan bening di kedua matanya sebelum akhirnya ia melanjutkan bicara dengan peneleponnya.“Aku harus kuat,” batinnya.“Ayah … ayah ada dimana?” tanya suara di seberang.Ray
Sudah tujuh hari sejak pertemuan Gerald dengan Daisy di cafe, tapi sampai sekarang wanita mata duitan itu belum juga mempertemukan dirinya dengan Josephine. Tak sedikit uang yang dikeluarkan Gerald untuk bisa mendapatkan gadisnya kembali.Kali ini, mantan kekasih Josephine memutuskan untuk datang ke rumah sakit dan menemui Daisy secara langsung. Akan lebih baik jika Josephine berada di sana dan tujuannya akan segera tercapai.Pemuda pirang ini langsung membuka pintu kamar tempat Edmund dirawat tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Ia tak peduli bagaimana keadaan ayah Josephine sekarang, entah sedang istirahat atau sedang menjalani pemeriksaan, Gerald sama sekali tak peduli. Yang terpenting ia bisa bertemu dengan Daisy atau Josephine.Kedatangan Gerald kali ini memang membawa kekesalan, karena Daisy ternyata geraknya lamban. Sanagt berbeda dengan Devon. Ia baru ingat kalau Ibu dari Josephine selalu mendewakan uang, bisa jadi w
“Ibu? Jadi Ibu serius dengan rencana Ibu?” tanya Catherine yang risih dengan pembelaan Ibunya terhadap Gerald.“Menurutmu apa Ibu berbohong? Adikmu ini tak memiliki nasib percintaan yang baik sepertimu. kau kehilangan suami seperti Armando dan sekarang mendapatkan pengganti lelaki yang cocok untukmu. Sedangkan adikmu bagaimana? Kau seharusnya mendukung Ibu yang berusaha untuk mengembalikan kebahagiaan adikmu,” Daisy mengungkapkan pembelaannya akan Gerald.“Ibu coba lihat ayah, bagaimana terpukulnya ayah saat kejadiaan naas itu menimpa Josephine. Sekarang dia datang tanpa diundang dan membuat keributan, lalu apa pantas jika lelaki seperti ini dipertahankan?” Catherine tampak emosi saat ini.“Kau lebih baik diam saja Cathy, jika kau memang tak setuju dengan pilihan Ibu lebih baik kau pergi saja!” usir Daisy.Catherine hanya menunduk, sementara Chad memiji
Gerald memeriksa penampilannya pada narrow miror sebelum ia keluar dari mobilnya. Jas berpotongan modern beserta celana chinos warna biru langit melekat di tubuhnya. Penampilan yang selalu menjadi andalannya setiap kali bertemu dengan Josephine.Dengan menggunakan mobil bentleynya, ia berhenti di depan lobi Emerald hotel. Penampilan dan mobilnya yang mentereng tentu membuatnya mendapatkan kehormatan dari pegawai hotel Emerald. Sudah pasti mereka mengira kalau Gerald adalah seorang yang akan membelanjakan banyak uang di hotel mereka.“Selamat siang Tuan, biar saya parkirkan mobil anda,” sapa petugas vallet dengan hormat.Gerald mengangguk pelan kemudian melemparkan kunci mobil bentleynya dengan kasar.“Hati-hati jangan sampai tergores, itu bentley, orang seperti kalian tidak akan mampu untuk membelinya,” kata Gerald angkuh.Petugas vallet tidak tersinggung,
“Argh sial!” amuk Gerald sekembalinya ia dari bertemu Josephine.Janet yang saat itu baru saja menggantung jas Gerald pun mendekati lelaki yang berperan sebagai sugar daddy sekaligus partnernya. Pelan-pelan ia menduga kalau apa yang terjadi ini ada kaitannya dengan Josephine yang diincar oleh Gerald.“Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganjal kali ini?”Gerald menghempaskan tubuhnya pada sofa. Jemarinya menegang dan napasnya memburu. Sampai saat ini ia belum bisa melupakan kejadian dipermalukan oleh Josephine.“Aku benar-benar kesal dengan perempuan itu. Beraninya ia mengusir dan mempermalukanku di depan umum,” keluhnya.Janet menghela napas panjang dan sedikit membungkuk agar Gerald lebih leluasa bercerita padanya. Posisi ini memang menunjukkan kedekatan antara mereka berdua.Masih dengan emosi yang terkumpul, Gerald pun
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt