Anne tak dapat menyembunyikan kegembiraannya begitu mendapati sebuah helikopter telah tersedia di hadapannya. Seorang pria dan wanita berdiri tak jauh dari moda transportasi udara itu. Mereka semua berpakaian rapi dan berwarna hitam.
Mereka semua membungkuk hormat begitu melihat Anne datang.
“Steve kau benar-benar luar biasa, bahkan kau rela mengeluarkan banyak uang untuk menyewa helikopter lengkap dengan pelayan untukku, apa mungkin villa ini jauh dari sini ya?” pikirnya.
“Nyonya Anne, perkenalkan saya adalah Aaron Smith yang akan mengoperasikan helikopter ini. Dapatkah kita berangkat sekarang? Sebab Tuan Steve Leonard telah menunggu anda di villa,” kata pria berperawakan gagah dengan penuh hormat.
Dibandingkan Steve, Aaron terlihat lebih menarik sebenarnya. Secara fisik, seorang penerbang seperti Aaron memang wajib memiliki tubuh yang bugar, tinggi dan tegap. Ditambah lagi p
Anne buru-buru melepaskan kedua tangannya dari leher Steve begitu melihat kedatangan dua lelaki di kamar utama villa. Wanita itu tampak gugup, kepalanya digelengkan ke kanan dan kiri saking gugupnya.“Eh mmm sayang kenapa kau bisa berada di sini?” tanya Anne yang kelihatan serba salah.Steven sendiri hanya menunduk, ia tak berani mengatakan apa-apa.Tentu saja Anne maupun Steve tak bisa melakukan apa-apa dan terlihat serba salah kali ini. Karena laki-laki yang baru saja datang adalah Tuan Lynch yang didampingi oleh Nicko.Mereka berdua memang sengaja menjebak pasangan kotor ini. Dengan keahliannya, Nicko mensabotase layanan pesan instan milik Anne maupun Steve. Pemuda ini mengirimkan pesan pada pasangan mesum ini dan mengundang untuk datang ke villa ini.Nicko tak hanya mensabotase pesan, tapi ia juga menyiapkan semuanya. Helikopter, pelayan, semuanya adalah orang-ora
Steve yang merasa dirinya mengenal Tuan Lynch cukup baik pun semakin mendramatisir keadaan. Tentunya ia sangat takut jika harus dilaporkan pada pihak kepolisian. Ia tak mau dirinya membusuk di penjara.Memang apa yang dituduhkan oleh Tuan Lynch benar semuanya, tapi tidak mungkin bagi Steve untuk mengakui, ini sama saja dengan bunuh diri. Namun hal yang berbeda ditunjukkan oleh Anne. Wajah wanita ini memerah seperti gaunnya, matanya memandang sinis ke arah Steve, dan bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu.“Tuan Lynch yang Anda katakan itu tidak benar, pasti ada orang yang mencoba merusak nama baik saya. Saya tidak mungkin memiliki niat untuk mengambil uang dan aset perusahaan. Pasti ada yang iri dengan posisi saya sehingga menciptakan citra buruk untuk saya,” kata Steve mencoba membela diri.Pemuda ini kemudian melirik ke arah Nicko dan memicingkan mata.Semakin lama ia semakin
Derap langkah terdengar dari arah tangga, semakin lama suara itu semakin jelas terdengar di ruang tidur utama. Terlebih saat ini suasana kamar tidur utama tampak hening, tak satupun berani bersuara, terlebih dua orang yang telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidup mereka setelah pernyataan dari Tuan Lynch.“Siapa itu? Apa benar kalau pria tua bodoh ini serius untuk memanggil polisi?” batin Steve yang sudah tak mampu mengelak pernyataan bos nya.Tentu saja ia tak berani menyangkal pemalsuan kuitansi oleh perusahaan lain. Kini yang bisa dilakukan olehnya hanyalah menunggu keajaiban berupa pengampunan, tapi sepertinya hal itu tak akan terjadi.Benar dugaan Steve, kalau mereka yang datang adalah petugas dari kepolisian yang memang dipanggil oleh Tuan Lynch untuk menangkap Steve.Pria paruh baya ini memang hanya ingin memeperkarakan Steve secara hukum, sementara untuk masalah dengan istri
Daisy segera menyimpan ponselnya ke dalam tas. Perempuan ini langsung berdiri dan bersiap untuk meninggalkan ruangan.Semalam baru saja terjadi sebuah keajaiban pada suaminya. Pria paruh baya itu meminta untuk duduk di kursi roda. Sepertinya kalung pemberian Tuan Law yang berasal dari pegunungan ChowChow berfungsi dengan baik pada Edmund.Operasinya memang berjalan lancar, secara medis setelah operasi, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa bangkit dari tidurnya. Kalung dari pegunungan ChowChow itu mampu memelancarkan peredaran darah, maupun merangsang kembali otot-otot yang dulunya lemah dan mati rasa.Edmund merasa terlahir kembali ketika mengenakan kalung itu. Bahkan perawat yang bertugas merawatnya pun takjub atas perubahan yang terjadi pada pasien paruh baya ini.“Hei Edmund, kau sekarang kan sudah membaik, jadi tak masalah kan jika aku pergi meninggalkanmu?” tanya Daisy sambil
Lelaki yang bersama Daisy hanya tertawa kecil melihat tingkah laku wanita di hadapannya. Saat ini Daisy hanya bisa duduk sambil kedua tangan dipangku pada pahanya. Kedua mata aquanya tak mampu untuk menatap lelaki itu.“Huh, rupanya Anda sama sekali tak berubah Nyonya,” kata lelaki itu.Lagi-lagi Daisy tak menjawab, ia hanya memainkan tangannya pada rok yang membungkus bagian bawah tubuhnya. Membiarkan lelaki yang menemuinya terus saja berbicara, tak peduli kalau apa yang diucapkan olehnya adalah sebuah hinaan yang dilontarkan untuk Daisy.Namun Daisy tak peduli, ia baru saja mendapatkan 50.000 dolar di rekeningnya, dan sebentar lagi ia akan mendapatkan lebih asal mau meladeni lelaki ini.“Apa yang kau inginkan?” tanya Daisy tanpa berani menatap lelaki yang ada di depannya.“Huh, Anda ingin tahu apa yang kuinginkan?” tanya lelaki muda itu sambi
Daisy tersenyum penuh kemenangan saat kembali dari rumah sakit. Kedua tangannya menenteng paper bag berlogo butik dan merk ternama. Tentu saja kehadirannya kali ini mengejutkan Josephine yang tengah menjaga sang ayah.Saat itu Jo dan Edmund tengah berbicara, menurut dokter dukungan morallah yang saat ini sangat dibutuhkan oleh ayahnya. Keberadaan orang terdekat yang selalu memberikan support tentu saja membuat Edmund bahagia dan mempercepat penyembuhannya.Kejadian-kejadian buruk yang menimpa keluarga Windsor tak pernah diceritakan oleh Jo pada ayahnya. Perempuan muda ini tak ingin membebani pikiran sang ayah. Jo justru menceritakan pencapaian-pencapaian yang didapat olehnya dalam berkarir.Namun kecerian mereka berubah menjadi kecurigaan, bahkan kebencian saat melihat sang ibu yang tanpa perasaan bersalam memasuki ruangan sambil membawa paper bag. Jelas ada kekecewaan di wajah Edmund melihat perlakukan istrinya, sementa
Jo yang cekatan langsung menghubungi dokter untuk memeriksa keadaan sang ayah. Perempuan itu terlihat begitu khawatir akan keadaan ayahnya. Meskipun mereka seringkali berselisih paham satu sama lain, tapi Jo memiliki hati yang lembut, dan tentunya tak mau melihat ayahnya kesakitan.Perempuan muda itu mengajak ibunya untuk menunggu di luar kamar. Membiarkan sang dokter melakukan tindakan pada ayahnya.Jo bersandar di dinding luar kamar ayahnya, sambil sesekali mengintip ke arah jendela berharap ada kabar baik mengenai kondisi Edmund. Sesekali dirinya memainkan jemari untuk menutupi kekhawatiran yang terus saja mengganggunya saat ini.Apa yang dilakukan oleh Jo tampak berbeda dengan ibunya. Wanita itu justru duduk di tempat duduk yang disediakan di luar ruangan sambil membawa beberapa paper bag. Sesekali ia melirik ke dalam paper bag yang tadi ia belanjankan.Kelakuan wanita yang telah melahirkannya me
“Ibu,” Josephine mengulang kembali panggilannya pada Daisy.Wanita itu masih diam mematung. Diamnya sang ibu tentu membuat kecurigaan Jo semakin besar. Apalagi saat wanita yang melahirkannya ini mencoba untuk bicara sesuatu, tapi tak keluar ucapan apapun dari mulutnya. Seolah ia takut untuk salah bicara dan membuat Jo kembali marah.“Ibu, katakan padaku yang sebenarnya, dari mana Ibu mendapatkan uang untuk membeli semua ini? Apa jangan-jangan Ibu menciba untuk mengumpankanku pada keluarga Law lagi. Jika itu alasannya, Ibu pasti sudah tahu jawabanku, aku tak akan sudi untuk menjadi menantu keluarga Law dan menikah dengan Adrian. Aku seorang perempuan bersuami,” kata Jo dengan tegas.“Tidak … tidak bukan itu Jo, aku sudah tak ada sangkut pautnya dengan keluarga Law,” jawab Daisy cepat.Tentu saja ibu dua anak ini tidak mau berurusan dengan keluarga Law kembali