Daisy tersenyum penuh kemenangan saat kembali dari rumah sakit. Kedua tangannya menenteng paper bag berlogo butik dan merk ternama. Tentu saja kehadirannya kali ini mengejutkan Josephine yang tengah menjaga sang ayah.
Saat itu Jo dan Edmund tengah berbicara, menurut dokter dukungan morallah yang saat ini sangat dibutuhkan oleh ayahnya. Keberadaan orang terdekat yang selalu memberikan support tentu saja membuat Edmund bahagia dan mempercepat penyembuhannya.
Kejadian-kejadian buruk yang menimpa keluarga Windsor tak pernah diceritakan oleh Jo pada ayahnya. Perempuan muda ini tak ingin membebani pikiran sang ayah. Jo justru menceritakan pencapaian-pencapaian yang didapat olehnya dalam berkarir.
Namun kecerian mereka berubah menjadi kecurigaan, bahkan kebencian saat melihat sang ibu yang tanpa perasaan bersalam memasuki ruangan sambil membawa paper bag. Jelas ada kekecewaan di wajah Edmund melihat perlakukan istrinya, sementa
Jo yang cekatan langsung menghubungi dokter untuk memeriksa keadaan sang ayah. Perempuan itu terlihat begitu khawatir akan keadaan ayahnya. Meskipun mereka seringkali berselisih paham satu sama lain, tapi Jo memiliki hati yang lembut, dan tentunya tak mau melihat ayahnya kesakitan.Perempuan muda itu mengajak ibunya untuk menunggu di luar kamar. Membiarkan sang dokter melakukan tindakan pada ayahnya.Jo bersandar di dinding luar kamar ayahnya, sambil sesekali mengintip ke arah jendela berharap ada kabar baik mengenai kondisi Edmund. Sesekali dirinya memainkan jemari untuk menutupi kekhawatiran yang terus saja mengganggunya saat ini.Apa yang dilakukan oleh Jo tampak berbeda dengan ibunya. Wanita itu justru duduk di tempat duduk yang disediakan di luar ruangan sambil membawa beberapa paper bag. Sesekali ia melirik ke dalam paper bag yang tadi ia belanjankan.Kelakuan wanita yang telah melahirkannya me
“Ibu,” Josephine mengulang kembali panggilannya pada Daisy.Wanita itu masih diam mematung. Diamnya sang ibu tentu membuat kecurigaan Jo semakin besar. Apalagi saat wanita yang melahirkannya ini mencoba untuk bicara sesuatu, tapi tak keluar ucapan apapun dari mulutnya. Seolah ia takut untuk salah bicara dan membuat Jo kembali marah.“Ibu, katakan padaku yang sebenarnya, dari mana Ibu mendapatkan uang untuk membeli semua ini? Apa jangan-jangan Ibu menciba untuk mengumpankanku pada keluarga Law lagi. Jika itu alasannya, Ibu pasti sudah tahu jawabanku, aku tak akan sudi untuk menjadi menantu keluarga Law dan menikah dengan Adrian. Aku seorang perempuan bersuami,” kata Jo dengan tegas.“Tidak … tidak bukan itu Jo, aku sudah tak ada sangkut pautnya dengan keluarga Law,” jawab Daisy cepat.Tentu saja ibu dua anak ini tidak mau berurusan dengan keluarga Law kembali
Gerald mengetuk pintu begitu tiba di lantai 26 sebuah apartemen, tepatnya lantai khusus griya tawang. Ia ingin melepas penat setelah bertemu dengan Daisy si wanita mata duitan.Wanita itu tak pernah berubah sejak dulu, inilah mengapa Gerald mudah membujuknya. Beberapa saat lalu ia menelepon ibu mantan kekasihnya, sempat ia mendengar makian yang dilontarkan oleh wanita itu.Jika dipikir-pikir sudah sewajarnya jika seorang Ibu marah dan mengungkapkan kekecewaannya ketika tahu bahwa putrinya batal menikah secara tiba-tiba, terlebih setelah semua persiapan sudah dilakukan. Aneka sumpah serapah keluar dari mulut Daisy saat wanita itu mendengar namanya.Seorang perempuan bertubuh kurus membuka pintu, ia mengenakan pakaian yang minim dan riasan yang sempurna. Perempuan itu menyambut Gerald dan menggandeng tangannya.“Aku senang kau datang kali ini sayang,” kata perempuan bertubuh tinggi yang men
“Ibu, apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Josephine begitu melihat perubahan raut wajah ibunya yang tiba-tiba berubah.Sebagai seorang anak yang sudah hapal tabiat buruk sang ibu tentu saja semakin menaruh curiga. Apalagi sang ibu masih saja tidak berbicara untuk menjelaskan pada Jo darimana ia mendapatkan uang banyak untuk membeli koleksi fashion yang harganya sangat tinggi.“Baiklah jika Ibu enggan mengatakannya, maka aku akan mencari tahu sendiri, dan sekarang juga akan kukembalikan semua yang ibu belanjakan, sementara uangnya akan kuusut di kantor polisi untuk kukembalikan pada pemiliknya!” ancam Jo kemudian berbalik dan melangkah Daisy kerepotan untuk menyusulnya.Bagai menggunakan pengendali jarak jauh, perempuan paruh baya itu pun langsung melangkah lebar-lebar dan menyusul putrinya. Tak mungkin ia merelakan barang belanjaannya dibawa pergi begitu saja.“Jo tun
Sepeninggal Josephine, Daisy pun langsung mengumpulkan anggota keluarga Windsor di kamar Edmund, kecuali Josephine dan si menantu tak dianggap tentunya. Berita ini harus segera disebar dan ia akan dianggap pahlawan.Daisy yakin kalau keluarga besar Windsor akan mendukung idenya kali ini. Mereka tak mungkin menolak jika membahas perpisahan antara Josephine dan Nicko.Satu per satu dari mereka pun datang. Meskipun sedikit malas, tapi semua tetap penasaran. Untung saja Edmund dirawat di ruangan VIP, sehingga semuanya dapat berkumpul tanpa harus merasa sesak.“Daisy, apa yang ingin kau katakan hingga mengumpulkan kami semua di sini? Apakah ini berita penting?” tanya Paman Howard begitu semuanya sudah mengambil tempat di kamar Ayah Josephhine.Sisi sofa panjang yang memiliki sandaran kaki diduduki oleh Nenek, sementara Daisy duduk di kursi yang biasanya ada di samping pasien.
Nenek Elizabeth dan Paman Howard terus saja mengomel mendengar pernyataan Daisy barusan. Ini benar-benar sesuatu yang di luar dugaan. Bisa-bisanya Daisy bekerja sama dengan Gerald yang dulu pernah membuat keluarga ini nyaris menanggung malu.Masih membekas di kepala Edmund bagaimana frustrasinya Josephine kala itu. Putri keduanya tak hentinya mencari Gerald, medatangi kediaman dan tak seorangpun mau mengatakan kemana kekasihnya berada. Yang paling tidak bisa diterima oleh Edmund, sekembalinya dari rumah keluarga Jones, Josephine nyaris bunuh diri. Perempuan itu nekad mencuri pil tidur milik kakeknya dan mencoba untuk menegak satu botol penuh.Untung saja di saat itu ayahnya secara tak sengaja memergoki dirinya. Dengan cepat Edmund merebut obat tidur dari tangan Jo. Menepiskan tangan Josephine dan melemparkannya hingga melambung jauh.“Apa kau sudah lupa dengan apa yang dilakukan oleh Josephine, ia hampir saja kehil
Semua mata tak ada yang berkedip kala melihat nominal yang ada di mutasi rekening yang tertera di ponsel Daisy. Nominal itu sangat besar sekali, dan tak mungkin rasanya untuk Daisy mampu memilikinya.“Kenapa? Kalian semua tahu kan ini dari Gerald, sudah terlihat jelas kan siapa yang mengirimkan uang itu padaku? Kira-kira apa mungkin seorang yang bangkrut mengirimkan uang sebesar itu padaku?”Untuk meminta Daisy menemuinya, Gerald memang memberikan lima puluh ribu dolar, dan ketika Daisy menyanggupi permintaan pemuda itu, maka seratus ribu ditambahkan ke rekening.“Catherine, kau kan sangat paham dengan dunia fashion, coba kau lihat barang-barang ini, kau pasti bisa menaksir berapa harganya!” perintah Daisy menyuruh anak pertamanya memeriksa deretan paper bag yang ada di sekitarnya.“Memeriksa paper bag itu? Untuk apa Bu?” tanya Catherine yang tak mengerti maksud Ib
Janet melangkah menjauh dan membiarkan Gerald untuk duduk sendirian di sofa. Perempuan bertubuh seperti supermodel Runaway itu melangkah mendekat ke arah jendela, menatap lalu lintas di luaran yang menjadi pemandangan dari griya tawangnya. Ia berdiri sambil melipat tangan di depan dada.Gerald mengacak rambutnya yang pirang dengan posisi sedikit membungkuk. Ia berusah mencerna ucapan dari teman kencannya beberapa saat lalu.“Lelaki yang menikah dengan Josephine ku adalah seorang keturunan keluarga Lloyd? Jika itu benar maka akan sulit untuk memisahkan mereka dan membuang lelaki itu di jalanan. Uang yang kumiliki tak mungkin bisa untuk mengalahkannya,” gumam Gerald.Mantan tunangan Josephine ini pun berdiri dan mendekat ke arah Janet yang masih emmandang ke luar jendela. Perlahan ia menyentuh dan mengusap pundak Janet yang kurus.“Jika dia putra keluarga Lloyd, kenapa justru ia menye