Tuan Lynch menutup panggilan telepon dan kembali pada Nicko. Kemudian ia pun menghembuskan napas panjang dan mengusap wajahnya.
“Maafkan saya Tuan Nicko, saya baru saja menerima telepon,” kata Tuan Lynch dengan sopan.
Nicko mengangguk, ia sudah menduga apa yang terjadi. Sempat ia mendengar Tuan Lynch menyebut nama Tuan Brenan, sudah pasti pria itu memberikan pilhan yang sulit. Membuatnya harus memecat Steve jika ingin lanjut bekerja sama dengan Tuan Lloyd.
“Apa ada masalah Tuan?” tanya Nicko berpura-pura tak mengerti.
Merasa mendapatkan perhatian, pria paruh baya itu pun langsung menggunakan kesempatan ini untuk melobi Nicko yang memiliki kedekatan dengan Tuan Lloyd. Ia berada pada pilihan yang sulit kali ini. Sulit untuk memecat Steve, karena ia memiliki kemampuan yang baik, tapi menolak bekerja sama dengan Lloyd adalah suatu kebodohan dan petaka.
“
Sementara itu di lobi. Sara langsung menepiskan tangan Steve yang tengah berusaha menarik laptopnya. Perempuan bertubuh ramping ini tahu betul kalau Steve tak akan membiarkan dirinya kalah begitu saja.Sepertinya Steve masih tak terima jika Sara sudah berhasil bangkit dan melupakan dirinya. Baginya setiap wanita yang ditinggalkan olehnya harus meratapi, dan menyesal karena mereka tak lagi bersama.Steve selalu merasa dirinya tampan, hebat dan kaya. Merupakan sosok ideal bagi setiap wanita dan impian orang tua untuk menjadikannya menantu. Namun ia tak pernah tahu kalau anggapan itu justru akan membawa petaka bagi dirinya sendiri.“Hei perempuan sok cantik! Aku bicara kepadamu!” seru Steve sambil mencoba merebut laptop yang ada di pangkuan Sara.Namun lagi-lagi Sara lebih cepat dibandingkan Steve. Ia langsung menutup laptopny, dan meletakkan di belakang tempatnya duduk. Segera perempuan ini
Sepeninggal Nicko, Tuan Lynch mennggebrak meja dengan kedua tangannya.“Sial, anak muda itu sombong sekali, hanya dimintai tolong seperti itu saja tidak mau. Apa dia sudah merasa menjadai bos?” gumamnya menggerutu.Tuan Lynch pun memperhatikan hadiah casing yang diberikan oleh Nicko. Ia membalik-balikkan benda itu kemudian melemparkannya ke lantai.“Huh siapa yag butuh benda seperti ini, aku bisa mencari tahu dengan cara yang lain!” serunya.Pria berambut tipis itu membanting tubuhnya duduk di kursi kebessaran. Kemudian kembali memeriksa proposal kontrak yang dikirimkan pada Tuan Besar Lloyd.Semua detail dipelajari oleh pria paruh baya ini, mulai dari latar belakang, sasaran, bahkan perhitungan pengembalian investasi. Ia mencoba mencari celah, apakah mungkin ada kesalahan dalam pembuatan proposal kerja sama tersebut, sehingga membuat Tuan Lloyd tidak puas
“Kau beruntung kali ini karena Tuan Lynch memanggilku, jika tidak aku akan membalas perbuatanmu kali ini!” seru Steve sambil memandang sinis ke arah Nicko.Perlawanan yang dilakukan oleh Nicko tak dapat diterimanya dengan mudah. Pemuda itu masih saja mengepalkan tangan dan hendak menghantam lelaki yang datang bersama mantan istrinya itu. Namun seperti yang baru saja dikatakan olehnya, lelaki yang tampak miskin itu memang beruntung kali ini. Perintah dari Tuan Lynch membuat Steve harus melupakan egonya untuk membalas apa yang dilakukan oleh Nicko padanya.Sesekali ia melirik ke arah pasangan yang ada di lobi dengan tatapan yang sinis. Dalam hati lelaki yang dianggap brilian ini mengungkapkan perasaan dendam dan berniat membalas di kemudian hari.Sara sendiri menyentuh bahu Nicko dan bermaksud menunjukkan perhatiannya pada pemuda itu.“Kau tidak apa-apa?” tanyanya
Kali ini Sara mengantarkan Nicko menuju Rumah Sakit. Ini adalah giliran Nicko untuk menjaga ayah mertuanya, Edmund. Operasi yang dilakukan untuk pria paruh baya itu memang berhasil, tapi ayah Josephine masih harus berada di rumah sakit karena harus menjalani perawatan insentif.Penampilan Sara yang elegan kala menemani Nicko tentu saja menyita perhatian keluarga Windsor. Saat itu Catherine dan juga Damian pun berada di sana, tentu saja mereka berdua tak ingin kehilangan peluang dengan memanfaatkan kehadiran Sara.Perempuan yang mirip dengan Josephine itu pun berdiri berkacak pinggang sambil melirik ke arah Nicko yang datang bersama dengan seorang wanita bertubuh ramping nan elegan. Ia menunjukkan senyum kemenangan dan tatapan yang mengejek.“Dengan siapa kau datang Nicko, katanya kau akan setia dengan adikku, nyatanya kau berani benar membawa perempuan lain kemari. Sungguh memalukan sekali kau, padahal kau tahu kan
Tuan Lynch menggebrak kedua tangannya pada meja kerjanya. Pria ini menggigit bibir bawahnya sembari bernapas naik turun. Entah berapa banyak umpatan yang telah ia keluarkan sebelumnya.Sesuatu yang di luar dugaan baru saja ia temukan secara tak sengaja dari ponselnya. Ternyata aplikasi yang tadi diunduh oleh Nicko belum dihapus bahkan ia belum juga keluar dari aplikasi tersebut.Aplikasi yang tadinya digunakan untuk memeriksa ponsel sang istri dan mengetahui skandal yang terjadi itu justru digunakan oleh Steve. Tentu saja ini karena casing ponsel yang tadi ditemukan oleh Steve. Niat awal untuk membuang casing itu lantaran kecewa dengan Nicko yang enggan membantunya bicara dengan Tuan Lloyd justru menjadi bencana.Ia justru mendapatkan kenyataan pahit berupa penghianatan dari orang yang selama ini diagung-agungkannya. Seseorang yang mendapatkan kepercayaan dari dirinya.“Aku tak mengira ternyata
Beberapa menit sebelum insiden kecil di kamar perawatan ayah mertua Nicko …Catherine tengah melangkahkan kaki lebar-lebar saat ia mendapati perempuan yang bersama Nicko berpamitan. Perempuan berambut pirang itu langsung meraih pundak Sara dan menghentikannya.Sara yang merasa langkahnya dihalangi pun akhirnya menoleh dan terpaksa menghentikan langkahnya.“Ada apa?” tanya perempuan tiga puluh tahun ini dengan santai.“Kau tak perlu berpura-pura, aku sudah mengetahui semuanya!” tuduh Catherine.Sara hanya tertawa kecil kemudian memalingkan wajah dari Catherine. Sungguh ia tak ingin membuat keributan kali ini, meskipun sebenarnya ia sudah tahu apa yang dimaksud oleh kakak ipar lelaki incarannya.Sudah pasti perempuan yang menghentikannya ingin melabraknya agar tidak mendekati Nicko. Namun apapun yang terjadi tidak akan membuatnya
Baik Catherine maupun Nicko sama-sama terkejut ketika pintu kamar Edmund dibuka dengan tiba-tiba. Terutama Catherine, wajahnya yang putih bersih berubah kemerahan, ia tampak salah tingkah dan berusaha untuk menyembunyikan sesuatu.Perempuan yang mirip dengan Josephine ini mendongak sejenak, kemudian kembali menunduk. Ia sama sekali tak berani untuk menunjukkan raut wajahnya pada siapapun, termasuk Nicko.“Aduh aku bingung harus menjawab apa, pasti pertanyaan yang dilontarkan akan menyudutkanku,” batin Catherine.Berbeda dengan Nicko, walaupun terkejut, tapi ia tetap berusaha untuk tenang. Ia melepaskan pergelangan tangan Catherine tanpa terlihat canggung sama sekali. Kulitnya tidak memerah seperti kakak iparnya yang seperti kepergok telah melakukan suatu kejahatan.“I … ini mmm maksudku dia … dia telah mencoba berbuat kurang ajar terhadapku,” kata Catherine yang
Catherine hanya menutupi wajahnya denga kedua tangan saat ini. Ia tampaknya tak sanggup untuk menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Kulitnya yang putih tampak semakin pucat, seolah dirinya sedang tidak enak badan.Kembali Nicko menoleh ke arah kakak iparnya dan tersenyum sinis.“Bagaimana Catherine? Apa tak sebaiknya semuanya tahu tentang apa yang terjadi pada kita?” tantang Nicko yang sengaja untuk mempermainkan keluarga Windsor.Sepertinya ia sudah sangat lelah untuk terus diinjak-injak oleh mereka. Selama ini Nicko diam karena rasa hormatnya pada mendiang Gilbert Windsor dan juga rasa cinta pada istrinya. Bagaimanapun juga keluarga istrinya mewarisi darah Windsor, dan ia tak ingin agar perempuan yang dicintainya bersedih, atau mungkin kehilangan keluarganya sendiri kecuali Josephine yang menginginkannya.“Apa maksudmu? Kau mencoba untuk mengatakan kalau ini semua tak ada