Kali ini Sara mengantarkan Nicko menuju Rumah Sakit. Ini adalah giliran Nicko untuk menjaga ayah mertuanya, Edmund. Operasi yang dilakukan untuk pria paruh baya itu memang berhasil, tapi ayah Josephine masih harus berada di rumah sakit karena harus menjalani perawatan insentif.
Penampilan Sara yang elegan kala menemani Nicko tentu saja menyita perhatian keluarga Windsor. Saat itu Catherine dan juga Damian pun berada di sana, tentu saja mereka berdua tak ingin kehilangan peluang dengan memanfaatkan kehadiran Sara.
Perempuan yang mirip dengan Josephine itu pun berdiri berkacak pinggang sambil melirik ke arah Nicko yang datang bersama dengan seorang wanita bertubuh ramping nan elegan. Ia menunjukkan senyum kemenangan dan tatapan yang mengejek.
“Dengan siapa kau datang Nicko, katanya kau akan setia dengan adikku, nyatanya kau berani benar membawa perempuan lain kemari. Sungguh memalukan sekali kau, padahal kau tahu kan
Tuan Lynch menggebrak kedua tangannya pada meja kerjanya. Pria ini menggigit bibir bawahnya sembari bernapas naik turun. Entah berapa banyak umpatan yang telah ia keluarkan sebelumnya.Sesuatu yang di luar dugaan baru saja ia temukan secara tak sengaja dari ponselnya. Ternyata aplikasi yang tadi diunduh oleh Nicko belum dihapus bahkan ia belum juga keluar dari aplikasi tersebut.Aplikasi yang tadinya digunakan untuk memeriksa ponsel sang istri dan mengetahui skandal yang terjadi itu justru digunakan oleh Steve. Tentu saja ini karena casing ponsel yang tadi ditemukan oleh Steve. Niat awal untuk membuang casing itu lantaran kecewa dengan Nicko yang enggan membantunya bicara dengan Tuan Lloyd justru menjadi bencana.Ia justru mendapatkan kenyataan pahit berupa penghianatan dari orang yang selama ini diagung-agungkannya. Seseorang yang mendapatkan kepercayaan dari dirinya.“Aku tak mengira ternyata
Beberapa menit sebelum insiden kecil di kamar perawatan ayah mertua Nicko …Catherine tengah melangkahkan kaki lebar-lebar saat ia mendapati perempuan yang bersama Nicko berpamitan. Perempuan berambut pirang itu langsung meraih pundak Sara dan menghentikannya.Sara yang merasa langkahnya dihalangi pun akhirnya menoleh dan terpaksa menghentikan langkahnya.“Ada apa?” tanya perempuan tiga puluh tahun ini dengan santai.“Kau tak perlu berpura-pura, aku sudah mengetahui semuanya!” tuduh Catherine.Sara hanya tertawa kecil kemudian memalingkan wajah dari Catherine. Sungguh ia tak ingin membuat keributan kali ini, meskipun sebenarnya ia sudah tahu apa yang dimaksud oleh kakak ipar lelaki incarannya.Sudah pasti perempuan yang menghentikannya ingin melabraknya agar tidak mendekati Nicko. Namun apapun yang terjadi tidak akan membuatnya
Baik Catherine maupun Nicko sama-sama terkejut ketika pintu kamar Edmund dibuka dengan tiba-tiba. Terutama Catherine, wajahnya yang putih bersih berubah kemerahan, ia tampak salah tingkah dan berusaha untuk menyembunyikan sesuatu.Perempuan yang mirip dengan Josephine ini mendongak sejenak, kemudian kembali menunduk. Ia sama sekali tak berani untuk menunjukkan raut wajahnya pada siapapun, termasuk Nicko.“Aduh aku bingung harus menjawab apa, pasti pertanyaan yang dilontarkan akan menyudutkanku,” batin Catherine.Berbeda dengan Nicko, walaupun terkejut, tapi ia tetap berusaha untuk tenang. Ia melepaskan pergelangan tangan Catherine tanpa terlihat canggung sama sekali. Kulitnya tidak memerah seperti kakak iparnya yang seperti kepergok telah melakukan suatu kejahatan.“I … ini mmm maksudku dia … dia telah mencoba berbuat kurang ajar terhadapku,” kata Catherine yang
Catherine hanya menutupi wajahnya denga kedua tangan saat ini. Ia tampaknya tak sanggup untuk menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Kulitnya yang putih tampak semakin pucat, seolah dirinya sedang tidak enak badan.Kembali Nicko menoleh ke arah kakak iparnya dan tersenyum sinis.“Bagaimana Catherine? Apa tak sebaiknya semuanya tahu tentang apa yang terjadi pada kita?” tantang Nicko yang sengaja untuk mempermainkan keluarga Windsor.Sepertinya ia sudah sangat lelah untuk terus diinjak-injak oleh mereka. Selama ini Nicko diam karena rasa hormatnya pada mendiang Gilbert Windsor dan juga rasa cinta pada istrinya. Bagaimanapun juga keluarga istrinya mewarisi darah Windsor, dan ia tak ingin agar perempuan yang dicintainya bersedih, atau mungkin kehilangan keluarganya sendiri kecuali Josephine yang menginginkannya.“Apa maksudmu? Kau mencoba untuk mengatakan kalau ini semua tak ada
“Nenek!”Baik Damian maupun Catherine sama-sama berteriak setelah melihat wanita paling berkuasa di lingkungan keluarga Windsor terjatuh dan pingsan. Mereka semua sangat mengkhawatirkan wanita tua itu, mengingat kondisinya yang sudah tak prima lagi. Sang Nenek memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan serangan jantung.Catherine tampak merasa bersalah atas pengakuannya kali ini. Sejenak ia melirik ke arah Nicko yang masih saja berdiri dengan tenang sambil memainkan mini tablet miliknya. Kali ini perempuan yang juga menggilainya tak lagi menaruh rasa hormat pada suami adiknya.“Hei Nicko, bisa-bisanya kau tetap tenang saat melihat Nenek seperti ini,” omel Catherine sambil memandang sinis pada Nicko.Perempuan bertubuh ramping ini langsung bangkit dan melangkah mendekat ke arah Nicko dan mendorong lelaki itu hingga menempel pada dinding. Dorongan yang diberikan oleh Cathe
Steve duduk di ruang kerjanya sambil senyum-senyum sendiri. Lelaki muda itu belum juga mengerjakan perbaikan proposal kerjasama yang ditujukan untuk Tuan Lloyd.Pemuda yang selalu menjadi andalan di Lynch Enterprise ini lebih menekuni benda pipih berkilau yang ada dalam genggaman tangannya. Meskipun casing ponsel itu lebih cocok digunakan oleh wanita, tapi Steve tak mempedulikannya. Benda ini membuatnya terlihat lebih kaya dibandingkan dengan sebelumnya.Siapa yang tak akan memuja jika ada seseorang yang menggunakan benda berkilau seperti ini. Semua pasti ingin memilikinya, siapapun yang melihat pasti akan mengagumi.Seperti kejadian beberapa menit lalu saat Steve hendak menuju ruang pemasaran. Manajer pemasaran yang notabene seorang wanita begitu terkagum melihat keindahan benda ini. Manajer itu bahkan sempat menyentuh dan mengira-ngira berapa uang yang dibayarkan oleh Steve untuk membeli benda itu.
“Iparmu itu sungguh-sungguh tak bisa dikasih hati. Aku heran, kenapa kau bisa-bisanya tertarik dengan lelaki seperti itu. Apa yang hebat darinya?” tanya Damian pada Catherine yang sedang duduk termenung di depan ruang perawatan Nenek.Mereka berdua baru saja bernapas lega setelah mengetahui kalau Sang Nenek tidak mengalami hal yang berbahaya, tak perlu mengalami fase krisis. Wanita tujuh puluh tahun itu hanya mengalami pingsan, dan perlu beristirahat.“Untung saja Nenek tak kenapa-kenapa,” kata Catherine mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.Damian hanya tersenyum sinis, ia tak suka dengan sikap sepupunya yang mencoba menghindari pertanyaannya. Kenyataan mengejutkan yang diketahui oleh Damian ini mau tak mau harus dibahas hingga selesai.Lelaki yang selalu mencari muka di lingkungan keluarga Windsor ini berusaha untuk mengungkap apa yang tengah dialami oleh Catherine. Ia kemb
Nicko berdiri di teras Rumah Sakit untuk mencari tempat yang tenang dan jauh dari keributan saudara istrinya. Bukan karena situasi barusan membuatnya merasa kacau, tapi karena ia ingin melakukan pekerjaan yang sempat tertunda.Ia kembali meihat ponselnya yang retak karena ulah Steve.“Hmm maafkan saya Tuan Gilbert, karena saya tak bisa menjaga pemberian terakhir Anda. Namun mengenai Josephine, Anda tak perlu khawatir, karena selamanya saya akan selalu menjaganya,” gumam Nicko kemudian menyimpan benda itu kembali.Ia berencana untuk membeli ponsel baru di toko ponsel Premier yang tak jauh dari Rumah Sakit. Ponsel itu dibutuhkannya untuk menghubungi orang-orang terdekat, dan rekan-rekan bisnisnya.Sejenak ia memeriksa tabletnya, dan mendapati email permintaan maaf dari Tuan Lynch.Dear Tuan Nicko,Maafkan saya atas perlakuan saya terhad