Catherine hanya menutupi wajahnya denga kedua tangan saat ini. Ia tampaknya tak sanggup untuk menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Kulitnya yang putih tampak semakin pucat, seolah dirinya sedang tidak enak badan.
Kembali Nicko menoleh ke arah kakak iparnya dan tersenyum sinis.
“Bagaimana Catherine? Apa tak sebaiknya semuanya tahu tentang apa yang terjadi pada kita?” tantang Nicko yang sengaja untuk mempermainkan keluarga Windsor.
Sepertinya ia sudah sangat lelah untuk terus diinjak-injak oleh mereka. Selama ini Nicko diam karena rasa hormatnya pada mendiang Gilbert Windsor dan juga rasa cinta pada istrinya. Bagaimanapun juga keluarga istrinya mewarisi darah Windsor, dan ia tak ingin agar perempuan yang dicintainya bersedih, atau mungkin kehilangan keluarganya sendiri kecuali Josephine yang menginginkannya.
“Apa maksudmu? Kau mencoba untuk mengatakan kalau ini semua tak ada
“Nenek!”Baik Damian maupun Catherine sama-sama berteriak setelah melihat wanita paling berkuasa di lingkungan keluarga Windsor terjatuh dan pingsan. Mereka semua sangat mengkhawatirkan wanita tua itu, mengingat kondisinya yang sudah tak prima lagi. Sang Nenek memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan serangan jantung.Catherine tampak merasa bersalah atas pengakuannya kali ini. Sejenak ia melirik ke arah Nicko yang masih saja berdiri dengan tenang sambil memainkan mini tablet miliknya. Kali ini perempuan yang juga menggilainya tak lagi menaruh rasa hormat pada suami adiknya.“Hei Nicko, bisa-bisanya kau tetap tenang saat melihat Nenek seperti ini,” omel Catherine sambil memandang sinis pada Nicko.Perempuan bertubuh ramping ini langsung bangkit dan melangkah mendekat ke arah Nicko dan mendorong lelaki itu hingga menempel pada dinding. Dorongan yang diberikan oleh Cathe
Steve duduk di ruang kerjanya sambil senyum-senyum sendiri. Lelaki muda itu belum juga mengerjakan perbaikan proposal kerjasama yang ditujukan untuk Tuan Lloyd.Pemuda yang selalu menjadi andalan di Lynch Enterprise ini lebih menekuni benda pipih berkilau yang ada dalam genggaman tangannya. Meskipun casing ponsel itu lebih cocok digunakan oleh wanita, tapi Steve tak mempedulikannya. Benda ini membuatnya terlihat lebih kaya dibandingkan dengan sebelumnya.Siapa yang tak akan memuja jika ada seseorang yang menggunakan benda berkilau seperti ini. Semua pasti ingin memilikinya, siapapun yang melihat pasti akan mengagumi.Seperti kejadian beberapa menit lalu saat Steve hendak menuju ruang pemasaran. Manajer pemasaran yang notabene seorang wanita begitu terkagum melihat keindahan benda ini. Manajer itu bahkan sempat menyentuh dan mengira-ngira berapa uang yang dibayarkan oleh Steve untuk membeli benda itu.
“Iparmu itu sungguh-sungguh tak bisa dikasih hati. Aku heran, kenapa kau bisa-bisanya tertarik dengan lelaki seperti itu. Apa yang hebat darinya?” tanya Damian pada Catherine yang sedang duduk termenung di depan ruang perawatan Nenek.Mereka berdua baru saja bernapas lega setelah mengetahui kalau Sang Nenek tidak mengalami hal yang berbahaya, tak perlu mengalami fase krisis. Wanita tujuh puluh tahun itu hanya mengalami pingsan, dan perlu beristirahat.“Untung saja Nenek tak kenapa-kenapa,” kata Catherine mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.Damian hanya tersenyum sinis, ia tak suka dengan sikap sepupunya yang mencoba menghindari pertanyaannya. Kenyataan mengejutkan yang diketahui oleh Damian ini mau tak mau harus dibahas hingga selesai.Lelaki yang selalu mencari muka di lingkungan keluarga Windsor ini berusaha untuk mengungkap apa yang tengah dialami oleh Catherine. Ia kemb
Nicko berdiri di teras Rumah Sakit untuk mencari tempat yang tenang dan jauh dari keributan saudara istrinya. Bukan karena situasi barusan membuatnya merasa kacau, tapi karena ia ingin melakukan pekerjaan yang sempat tertunda.Ia kembali meihat ponselnya yang retak karena ulah Steve.“Hmm maafkan saya Tuan Gilbert, karena saya tak bisa menjaga pemberian terakhir Anda. Namun mengenai Josephine, Anda tak perlu khawatir, karena selamanya saya akan selalu menjaganya,” gumam Nicko kemudian menyimpan benda itu kembali.Ia berencana untuk membeli ponsel baru di toko ponsel Premier yang tak jauh dari Rumah Sakit. Ponsel itu dibutuhkannya untuk menghubungi orang-orang terdekat, dan rekan-rekan bisnisnya.Sejenak ia memeriksa tabletnya, dan mendapati email permintaan maaf dari Tuan Lynch.Dear Tuan Nicko,Maafkan saya atas perlakuan saya terhad
Gadis toko itu tersenyum pada pelanggan yang necis. Ia tak peduli akan Nicko yang memandangi punggungnya dengan heran.“Huh siapa yang peduli dengan pelanggan sepertinya, ia hanya akan membuang-buang waktuku saja,” pikirnya.“Selamat datang di toko kami Tuan, ada yang bisa kami bantu?” tanyanya ramah kepada pengunjung berpakaian rapi itu.Sementara itu, seorang pelayan toko bertubuh mungil datang mendekati Nicko dan berdehem untuk mendapatkan perhatiannya.“Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya ramah.Pelayan mungil ini menunjukkan ekspresi ramah yang tak dibuat-buat. Ia sedikit embungkuk saat bicara dengan Nicko, beda dengan pelayan pertama tadi. Meskipun cara bicaranya sedikit agak kaku, sepertinya ia masih baru bekerja di Premier.“Aku ingin mencari ponsel dengan RAM 12 dan kapasitas yang tinggi,
Senyum di wajah Wendy mendadak sirna, tak ada lagi keceriaan di wajah perempuan itu. Ia sudah beberapa kali mencoba menggesek kartu kredit dari customer berpakaian necis itu. Bahkan sudah mencoba mesin EDC yang lain, tapi hasilnya sama, kartu kredit tersebut ditolak.Dengan langkah yang dibuat tergesa-gesa dan bibir yang cemberut, Wendy pun melangkah ke arah customer berpakaian rapi itu. Namun begitu ia tiba di dekat customer itu, raut wajahnya kembali berubah cerah. Ada harapan kalau lelaki itu memiliki kartu lain, atau mungkin ingin membayar dengan menggunakan uang tunai.“Maaf Tuan, saya sudah mencoba kartu Anda beberapa kali, tapi tampaknya kartu Anda tidak bisa digunakan, selalu terbaca kartu ini ditolak, apakah Anda memiliki kartu lain, atau mungkin Anda ingin membayarnya dengan tunai?” tanya Wendy ramah.Pemuda berpakaian mahal itu memicingkan mata ke arah Wendy. Sepertinya ia tidak suka dengan pernyat
“Kau benar-benar sudah gila Wendy!” keluh Jasmine kemudian mengangguk dan menangkupkan kedua tangan di depan dada ke arah Nicko.Pelayan toko yang baru saja bekerja di Premier ini tentu merasa tidak enak pada Nicko karena sikap rekan kerjanya. Ia sudah berusaha untuk mencegah rekannya melakukan tindakan berlebihan, tapi semuanya terlambat. Sementara Wendy berdiri dengan pongahnya, sambil kedua tangan berada di atas counter kasir. Kepalanya mendongak dengan penuh kebanggaan.“Itu akibat kau membela seorang pencuri. Lihat saja polisi juga akan menangkapmu,” katanya tak mau kalah.Memang saat Nicko menolak untuk dilayani oleh Wendy, perempuan berambut hitam itu menekan panic button yang ada di samping meja kasir. Tombol itu terhubung dengan kantor polisi terdekat, dan sudah jadi kesepakatan kalau tombol tersebut ditekan sebanyak satu kali maka tengah terjadi pencurian atau tindak kriminal ringan di t
Petugas Norton kembali melirik ke arah Nicko, kemudian pemuda tampan itu membuka telapak tangan di depan dadanya, dan membiarkan agar petugas Norton melanjutkan penyelidikan. Sepertinya lelaki berseragam ini tahu kemana arah pembicaraan karyawan toko yang menekan tombol panik. Kelihatannya sama seperti yang sudah-sudah. Namun, demi nama profesionalitas ia pun melakukan apa yang seharusnya dilakukan.“Maaf Nona, kalau begitu apa yang telah terjadi di sini. Mungkinkah ada tindak pidana ringan. Atau mungkin orang yang saya kenal ini melakukan pengrusakan secara tidak sengaja dan enggan untuk bertanggung jawab. Atau mungkin telah terjadi pelecehan di tempat ini baik secara verbal atau tindakan?” tanya petugas Norton kembali.“Bukan juga Tuan. Sebenarnya dia tidak mencuri apapun di toko ini, tapi kenalan Anda ini memang pencuri, dan barang curiannya disimpan olehnya.”Petugas Norton pun semakin tak men