Nicko berdiri di teras Rumah Sakit untuk mencari tempat yang tenang dan jauh dari keributan saudara istrinya. Bukan karena situasi barusan membuatnya merasa kacau, tapi karena ia ingin melakukan pekerjaan yang sempat tertunda.
Ia kembali meihat ponselnya yang retak karena ulah Steve.
“Hmm maafkan saya Tuan Gilbert, karena saya tak bisa menjaga pemberian terakhir Anda. Namun mengenai Josephine, Anda tak perlu khawatir, karena selamanya saya akan selalu menjaganya,” gumam Nicko kemudian menyimpan benda itu kembali.
Ia berencana untuk membeli ponsel baru di toko ponsel Premier yang tak jauh dari Rumah Sakit. Ponsel itu dibutuhkannya untuk menghubungi orang-orang terdekat, dan rekan-rekan bisnisnya.
Sejenak ia memeriksa tabletnya, dan mendapati email permintaan maaf dari Tuan Lynch.
Dear Tuan Nicko,
Maafkan saya atas perlakuan saya terhad
Gadis toko itu tersenyum pada pelanggan yang necis. Ia tak peduli akan Nicko yang memandangi punggungnya dengan heran.“Huh siapa yang peduli dengan pelanggan sepertinya, ia hanya akan membuang-buang waktuku saja,” pikirnya.“Selamat datang di toko kami Tuan, ada yang bisa kami bantu?” tanyanya ramah kepada pengunjung berpakaian rapi itu.Sementara itu, seorang pelayan toko bertubuh mungil datang mendekati Nicko dan berdehem untuk mendapatkan perhatiannya.“Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya ramah.Pelayan mungil ini menunjukkan ekspresi ramah yang tak dibuat-buat. Ia sedikit embungkuk saat bicara dengan Nicko, beda dengan pelayan pertama tadi. Meskipun cara bicaranya sedikit agak kaku, sepertinya ia masih baru bekerja di Premier.“Aku ingin mencari ponsel dengan RAM 12 dan kapasitas yang tinggi,
Senyum di wajah Wendy mendadak sirna, tak ada lagi keceriaan di wajah perempuan itu. Ia sudah beberapa kali mencoba menggesek kartu kredit dari customer berpakaian necis itu. Bahkan sudah mencoba mesin EDC yang lain, tapi hasilnya sama, kartu kredit tersebut ditolak.Dengan langkah yang dibuat tergesa-gesa dan bibir yang cemberut, Wendy pun melangkah ke arah customer berpakaian rapi itu. Namun begitu ia tiba di dekat customer itu, raut wajahnya kembali berubah cerah. Ada harapan kalau lelaki itu memiliki kartu lain, atau mungkin ingin membayar dengan menggunakan uang tunai.“Maaf Tuan, saya sudah mencoba kartu Anda beberapa kali, tapi tampaknya kartu Anda tidak bisa digunakan, selalu terbaca kartu ini ditolak, apakah Anda memiliki kartu lain, atau mungkin Anda ingin membayarnya dengan tunai?” tanya Wendy ramah.Pemuda berpakaian mahal itu memicingkan mata ke arah Wendy. Sepertinya ia tidak suka dengan pernyat
“Kau benar-benar sudah gila Wendy!” keluh Jasmine kemudian mengangguk dan menangkupkan kedua tangan di depan dada ke arah Nicko.Pelayan toko yang baru saja bekerja di Premier ini tentu merasa tidak enak pada Nicko karena sikap rekan kerjanya. Ia sudah berusaha untuk mencegah rekannya melakukan tindakan berlebihan, tapi semuanya terlambat. Sementara Wendy berdiri dengan pongahnya, sambil kedua tangan berada di atas counter kasir. Kepalanya mendongak dengan penuh kebanggaan.“Itu akibat kau membela seorang pencuri. Lihat saja polisi juga akan menangkapmu,” katanya tak mau kalah.Memang saat Nicko menolak untuk dilayani oleh Wendy, perempuan berambut hitam itu menekan panic button yang ada di samping meja kasir. Tombol itu terhubung dengan kantor polisi terdekat, dan sudah jadi kesepakatan kalau tombol tersebut ditekan sebanyak satu kali maka tengah terjadi pencurian atau tindak kriminal ringan di t
Petugas Norton kembali melirik ke arah Nicko, kemudian pemuda tampan itu membuka telapak tangan di depan dadanya, dan membiarkan agar petugas Norton melanjutkan penyelidikan. Sepertinya lelaki berseragam ini tahu kemana arah pembicaraan karyawan toko yang menekan tombol panik. Kelihatannya sama seperti yang sudah-sudah. Namun, demi nama profesionalitas ia pun melakukan apa yang seharusnya dilakukan.“Maaf Nona, kalau begitu apa yang telah terjadi di sini. Mungkinkah ada tindak pidana ringan. Atau mungkin orang yang saya kenal ini melakukan pengrusakan secara tidak sengaja dan enggan untuk bertanggung jawab. Atau mungkin telah terjadi pelecehan di tempat ini baik secara verbal atau tindakan?” tanya petugas Norton kembali.“Bukan juga Tuan. Sebenarnya dia tidak mencuri apapun di toko ini, tapi kenalan Anda ini memang pencuri, dan barang curiannya disimpan olehnya.”Petugas Norton pun semakin tak men
“Ada apa ini? Kenapa Manager malah memperlakukannya dengan hormat. Kenapa juga dua petugas polisi itu tak melakukan apa-apa hanya memerisa kartu identitas dan kartu kredit yang bermasalah dan mencocokkan nama,” batin Wendy.Menurut perempuan muda ini polisi telah melakukan kesalahan jika mengatakan pemuda miskin itu adalah pemilik kartu kredit yang sah. Seseorang bisa saja memiliki nama yang sama dengan orang lain, jadi tak mungkin kartu kredit itu milik si gembel, kecuali dalam kartu kredit terdapat foto diri dari sang pemilik.“Dasar polisi bodoh. Bisa-bisanya percaya kalau dia adalah pemilik kartu kredit itu,” gumamnya mencibir.“Apa kau ingin menyampaikan sesuatu Wendy?” tanya Manajer Green menegur karyawan seniornya itu.Wendy kembali memberikan senyum terbaik dari bibir bergincu merah cabainya. Gadis ini diam-diam menyimpan perasaan pada Managernya. Lelaki ma
Gadis berambut hitam itu langsung berdiri seketika. Ia memandangi Nicko dan juga bosnya. Harga dirinya baru saja dipertaruhkan di hadapan lelaki incarannya.Kini dirinya berharap mendapat pembelaan dari Manajer Green, tapi tampaknya pria matang itu diam saja dan tak mempedulikan keadaanyya. Wendy hanya bisa cemberut dan menggerutu. Terlebih saat pria idamannya itu berbicara dengan Jasmine.“Jadi, Anda sudah tak membutuhkan kehadiran Wendy di sini lagi Tuan?” tanya Manager Green dengan hormat.“Yah, tentu aku tak membutuhkan seorang karyawan seperti dia. Kau tahu bagaimaan ia memperlakukanku barusan? Apa kau lupa ia menuduhku mencuri?” tanya Nicko sambil sebentar-sebentar memicingkan mata ke arah Wendy.Pemuda berambut cokelat itu menjelaskan apa yang terjadi pada Manager. Mulai dari sikap Wendy yang tidak ramah, dan ketus ketika ditanya hingga saat dirinya ditinggalkan lantara
Dengan berat hati Wendy membereskan semua barang-barangnya. Kemudian ia melangkah dengan kepala menunduk, tak berani untuk melihat rekan-rekannya.Kali ini pegawai semena-mena itu kehilangan muka, ia masih mendengar jelas bagaimana karyawan lain mencemoohnya. Semua yang pernah dilakukan olehnya di masa lalu terbayar hari ini. Oleh seorang pemilik toko yang baru.Saat dirinya keluar dari toko yang didominasi kaca di bagian depan, ia melirik bagaimana situasi toko yang dulu menghidupinya. Sudah terlambat untuk menyesal, tak ada lagi ampun bagi dirinya.Yang ada di pikiran perempuan ini adalah bagaimana ia harus melanjutkan hidupnya di kemudian hari. Ia berhutang banyak di toko, dan pesangonnya sekarang tinggal tiga puluh persen saja, karena harus melunasi semua.“Sial, aku benar-benar benci dengan pemilik toko yang baru itu. Kau benar-benar menghancurkan hidupku,” runtuknya.
Tuan Lynch menghembuskan napas panjang, kemudian melirik ke arah Nicko sesekali kemudian mengetukkan jemari pada meja cafe.“Huft, sepertinya kali ini aku benar-benar harus mendengarkannya. Lagipula aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk percaya sepenuhnya pada Tuan Nicko,” kata Tuan Lynch dalam hati.Segala ucapan dan perkiraan Nicko memang sudah terbukti. Sudah sepantasnya Tuan Lynch belajar dari kelalaian yang ia perbuat. Mempertahankan seseorang yang ternyata adalah penghianat.“Hmm baiklah, kapan kita akan memulainya?” tanya Tuan Lynch pada akhirnya.“Jadi Anda setuju dengan ideku?” tanya Nicko.Tuan Lynch mengangguk dengan cepat. Kemudian pria itu sedikit mencondongkan wajahnya mendekat pada Nicko. Ingin memastikan bahwa tak ada yang mendengar pembicaraan mereka.“Kapan kita memulai dan apa yang harus kula