Beranda / Urban / Tentang Harga Diri / 178. Temuan Raina

Share

178. Temuan Raina

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raina tampak duduk manis di balik meja. Roberto Blanc telah memberinya akses pada perusahaan hingga ke hal yang bersifat pribadi, termasuk keuangan.

Gadis itu mengaku kalau keuangan Blanc tengah merosot. Hanya ada beberapa transaksi dan juga piutang. Di awal tahun, keuangan cukup baik, dengan adanya suntikan dana dari pihak Richmond.

"Tak heran jika merosot begini semenjak tak ada dukungan dari Richmond. Kira-kira apa yang membuat perusahaan raksasa ini menarik investasinya ya?" pikir Raina mencoba menganalisa.

"Masuk!" katanya kemudian, saat mendengar ketukan pada pintu ruangannya.

Seorang wanita berambut kemerahan nan ikal pun melangkah mendekati meja Raina. Sambil membawa beberapa berkas.

"Nona Rayes, ini beberapa berkas yang anda minta," kata perempuan itu.

"Hmm," balas Raina kemudian memandang ke arah pegawai Blanc yang datang.

"Berkas kerja sama dengan Richmond ada di sini semua?" tanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tentang Harga Diri   179. Fantasy Catherine (Dewasa)

    Diam-diam Catherine memperhatikan sosok adik iparnya yang tengah merawat tanaman. Lagi-lagi, laki-laki itu menyuguhkan pemandangan yang sulit untuk ditolak pesonanya.Cuaca yang panas membuat Nicko melepaskan t-shirt sambil merapikan tanaman. Kembali memperlihatkan pahatan otot perutnya yang sempurna."Kenapa kau begitu mempesona. Kenapa aku harus terlambat menyadari hal ini," pikir Catherine yang semakin lama semakin tergoda oleh pesona adik iparnya.Kedua mata kebiruannya kini mulai sedikit turun dan memperhatikan pinggang Nicko hingga ke bawah. Tanpa sadar ia mulai tergoda dengan bulu-bulu halus yang ada di sana.Sedikit terpejam, Cathy membayangkan kepalanya bersandar pada dada Nicko yang bidang."Kau pasti selalu merasa nyaman berada dalam pelukannya, Jo," pikir Cathy."Rasanya aku ingin berada di posisimu. Berada dalam pelukannya sambil memainkan jemari pada tubuh yang sempurna itu," batinnya.

  • Tentang Harga Diri   180. Kejutan Untuk Raina

    Raina masih menggenggam erat dokumen terakhir dari Richmond. Kemudian menggoyang-goyangkannya sedikit."Apa benar yang kulihat ini? Aku memang sudah menduga hal ini sejak lama," pikirnya.Ia tampak begitu bahagia dengan apa yang ditemukan pada dokumen Richmond. Tanda tangan yang tertera di sana membawa ingatannya kembali pada waktu awal masa kuliah dulu.Beasiswa yang diberikan oleh Paman Roberto membuatnya harus belajar ekstra keras dibanding kawan sebayanya. Boleh dikatakan ia hampir tak punya waktu untuk bersenang-senang seperti yang lainnya.Saat itu tempat yang paling indah bagi Raina adalah perpustakaan. Tempat ia bisa menghirup aroma khas dari buku, dan bertemu seorang yang bernasib sama dengannya. Bedanya, mahasiswa itu melakukannya untuk mendapat tambahan uang.Mahasiswa itu bekerja paruh waktu dua kali seminggu di perpustakaan kampus. Latar belakang mereka yang mirip membuat mereka pun saling akrab satu sama

  • Tentang Harga Diri   181. Harta, Tahta, Wanita

    Nicko segera membersihkan diri dan bersiap untuk pergi. Kali ini ia akan menemui Raymond Evans, dan kembali mengurus keluarga Windsor."Huh, ada-ada saja permintaan keluarga ini," gumamnya kemudian.Catherine segera beranjak dari tempatnya berdiri begitu mendapati adik iparnya mulai masuk. Tak ingin dirinya ketahuan kalau telah mengintip dan menjadikannya bahan fantasi."Semoga saja dia tidak tahu kalau aku memperhatikannya sejak tadi," pikir Catherine.***Suasana kantor sedikit berubah begitu Bos Besar Richmond masuk. Para karyawan wanita mulai memperhatikan penampilan meraka dan berharap untuk bisa dilirik oleh si Bos. Meskipun mereka semua telah melihat cincin yang melingkar di jari manis Direktur, tapi sepertinya tak dianggap."Selamat Siang, Tuan Muda," sapa seorang karyawan yang berpapasan dengannya.Sepertinya ia memang sengaja melakukannya, karena saat melihat sang Direktur dari kejau

  • Tentang Harga Diri   182. Sama-Sama Gundah

    Raina masih mempelajari seluk beluk perusahaan Blanc. Mencari celah agar bisa menemui Nicko sang Direktur.Kedekatannya dengan Nicko di masa lalu membuatnya yakin kalau ia bisa mencoba meminta bantuan teman lamanya itu."Apa Nicko bisa bantu aku ya? Kasihan Paman jika usahanya semakin merosot. Punya anak satu-satunya tak bisa diandalkan. Ia malah menghambur-hamburkan uang dan berselingkuh dengan sekretarisnya," pikirnya.Sementara di sana ....Nicko masih duduk di kursi kebesarannya sambil memutar-mutar ponsel. Sesekali benda pipih itu ditempelkan di dagu dan berpikir.Panggilan dari seorang kawan lama sukses untuk membuat kacau pikirannya."Raina ... Raina, sepertinya aku harus berbicara dengannya. Ini tak bisa dibiarkan," pikirnya.Ia kembali memperhatikan nomor yang tertera saat kawan lamanya menelepon."Huh, ini bukan nomor pribadi, ini nomor perusahaan Blanc, apa ia bekerja d

  • Tentang Harga Diri   183. Sebuah Nostalgia

    Raina tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya saat menangkap sosok laki-laki muda yang duduk sambil menikmati minuman dingin. Pemuda yang mengenakan celana jeans sobek pada lutut, kaos dan juga jaket jeans seperti vokalis band rock.Tak ada rasa canggung atau enggan bagi Raina mendekati sosok pemuda itu. Ia justru melenggang santai dan mengambil tempat di hadapannya."Nicko, kau ternyata tak berubah ya?" tanyanya."Eh, kau Raina. Kau mau pesan apa?" tanya Nicko ramah."Hmm masih sama seoerti favoritku dulu, fish and chips.""Itu saja, pesan apapun yang kau mau. Aku yang akan mentraktir. Bukankah dulu kau sering melakukannya padaku?" kata Nicko."Tentu kau yang harus mentraktir, kau kan sudah menjadi direktur perusahaan raksasa," canda Raina yang menciptakan tawa diantara mereka berdua.Mereka berdua pun saling membicarakan tentang masa lalu mereka. Saat mereka masih kuliah dulu, meskipun Rai

  • Tentang Harga Diri   184. Jangan Bercanda!

    Raina mengambil minuman dingin dan menegaknya. Ia masih terkejut dengan apa yang didapati barusan. Sahabat semasa kuliah adalah keturunan seorang Lloyd.Perempuan berkulit gelap itu pun menunduk dan mengetuk-ngetuk dinding gelas. Membiarkan uap es menyentuh kulit jemarinya, sambil menundukkan kepala dan menghembuskan napas panjang.Perlahan ia mengangkat kepala dan menatap laki-laki di seberangnya dalam-dalam. Kemudian ia pun menggelengkan kepala."Kau ini ya," balasnya, dan membuat Nicko mengernyitkan dahi."Candaanmu ini sungguh lucu. Bukankah kau dulu pernah bilang kalau kau tinggal bersama keluarga angkatmu yang memperlakukanmu sebagai pelayan?" tanya Raina kemudian menutup mulut dengan telapak tangan karena menahan tawa.Kini giliran Nicko yang menghembuskan napas panjang."Panjang ceritanya, entah bagaimana aku akan memulainya.""Aku punya waktu," balas Raina.Sambil sedikit

  • Tentang Harga Diri   185. Keterkejutan Raina

    "Silakan Raina!" kata Nicko membukakan pintu mobil dan membiarkan sahabatnya turun.Selama di perjalanan, mereka berdua sama-sama tak bicara. Raina sibuk dengan pikirannya sendiri. Mencoba menerka-nerka sikap dan cerita dari sahabatnya."Mobil seperti ini, apakah mungkin milik seorang direktur Richmond? Atau sebenarnya Nicko hanyalah seorang sopir?" tanyanya dalam hati."Namun jika ia seorang sopir, bagaimana mungkin ia bisa menandatangani dokumen pembatalan kerjasama dengan Blanc? Tapi kalau ia ditektur, kenapa mobilnya jelek sekali?"Sementara Nicko sendiri diam karena memang memberi waktu untuk sahabatnya berkutat dengan pikirannya sendiri. Semuanya telah ditunjukkan oleh Raina dari ekspresi wakahnya yang menegang.Raina melihat ke sekeliling dan tampak kagum dengan bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya. Ia sering mendengar tentang Richmond group, tapi baru kali ini ia melihat kantor perusahaan berkelas itu seca

  • Tentang Harga Diri   186. Deal

    Wajah Raina mendadak kaku saat mendapati sahabatnya mengucapkan kalimat itu. Meskipun dalam hati ia tersenyum karena Nicko tak lupa dengan janjinya.Lagi-lagi pemuda yang penampilannya tak pernah berubah itu memberikan kejutan untuk yang kesekian kali. Membuatnya teringat akann hari kelulusannya, saat Nicko satu-satunya orang yang datang di hari istimewa itu.Keluarga angkat Raina telah meninggalkannya untuk selama-lamanya, setahun sebelum ia lulus. Sementara pamannya sibuk dengan perusahaan."Kau masih mengingatnya Nick?" tanya Raina."Tentu saja. Memangnya kau sudah lupa ya? Atau jangan-jangan kau sudah tidak menganggapku lagi?" balas Nicko dengan menunjukkan wajah yang pura-pura tersinggung.Raina pun melambaikan kedua tangannya di depan dada dan mengatakan tidak. "Bukan begitu, mana mungkin aku melupakanmu."Nicko pun mencondongkan badannya hingga lebih dekat dengan perempuan di seberangnya.

Bab terbaru

  • Tentang Harga Diri   S2. 469 Final

    Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.

  • Tentang Harga Diri   S2. 468 PEnyelamat

    “Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja

  • Tentang Harga Diri   S2.467 Penghianat

    Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit

  • Tentang Harga Diri   2. 466 Diculik

    Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah

  • Tentang Harga Diri   S2. 465 Karma Masih Ada

    Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa

  • Tentang Harga Diri   S2. 464 Hari Yang Buruk

    Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik

  • Tentang Harga Diri   S2. 463 Karma Untuknya

    Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di

  • Tentang Harga Diri   S2. 462 Kau Harus Bertanggung Jawab

    Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip

  • Tentang Harga Diri   S2. 461 Dia Membohongi Kita!

    Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt

DMCA.com Protection Status