Share

2. Desakan Orangtua

Penulis: Silvia Dhaka
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-24 15:16:26

Setelah menyelesaikan pekerjaannya kini Rosaline merasa lega, itu artinya besok ia bisa menghabiskan waktu liburnya bersama sang kekasih. Ia keluar dari kamarnya menuju dapur. Belum sampai dapur tapi ia sudah bisa mencium aroma sedap masakan mamanya.

“Masakan Mama bikin laper. Aku mau makan ah,” ucap Rosaline. Ia mendudukkan dirinya di kursi yang ada di pantry.

“Bentar lagi kan makan malam, masa sekarang udah mau makan aja. Nanti kamu gendutan gimana?” ucap Mardina.

“Ya nggak gimana-gimana, Ma.” Rosaline menyomot satu bakwan lalu ia gigit perlahan karena masih dalam keadaan panas.

“Gimana kalau Adhi lari gara-gara lihat badan kamu yang semakin gemuk,” ucap Mardina.

“Mama nih jangan gitua ah. Kalau beneran, nanti Kak Rose jadi patah hati lhoh,” sambung Jasmine. Ia baru saja keluar dari toilet di samping dapur.

“Lagian mana ada makan bakwan satu bisa jadi gendut,” ucap Rosaline.

“Aku juga mau ah.” Jasmine mengikuti Rosaline yang menyomot satu bakwan panas.

“Kalau kalian nongkrong di sini terus, lama-lama masakan mama habis cuma dimakan kalian dan Papa nggak akan kebagian,” ucap Mardina.

Rosaline dan Jasmine sama-sama tertawa mendengar gerutuan sang mama.

“Papa belum pulang ya, Ma?” tanya Rosaline.

“Udah, lagi di depan nyiram tanaman.”                                                               

“Ah aku mau bantu Papa nyiram tanaman.” Jasmine turun dari kursinya lalu berjalan cepat ke luar rumah.

“Rose, harusnya kamu juga meluangkan waktu untuk membantu mama masak di dapur. Mulai sekarang kamu juga harus belajar mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bersih-bersih, memasak dan hal yang lainnya. Kamu sudah pantas umur untuk menikah, Nak. Jadi kalau kamu sudah berumah tanga nanti kamu nggak akan bingung mengurus rumah tangga kamu,” ucap Mardina.

“Kan ada asisten rumah tangga, Ma. Mereka semua bisa mengerjakan pekerjaan itu,” sahut Rosaline tak acuh.

“Bukan begitu, Rose. Meskipun ada asisten rumah tangga tapi kamu tidak boleh menggantungkan semua pekerjaan sama mereka. Lihat mama ini. Meskipun ada Bik Lastri tapi sebisa mungkin mama akan memasak untuk kita semua kan,” ucap Mardina.

“Iya, itu karena Mama perempuan yang hebat,” sahut Rosaline.

Mardina tersenyum atas pujian yang diberikan oleh putri sulungnya itu kepadanya. “Kamu anak perempuan mama, kalau begitu kamu juga harus lebih hebat dari mama kan.”

“Mama bisa aja jawabnya.” Rosaline tersenyum menatap sang mama.

“Ayo sekarang bantu mama sajikan makan malam ke meja makan,” ucap Mardina.

“Iya.” Rosaline turun dari tempat duduknya. Ia berjalan memasuki dapur dan mulai memindahkan tempat makanan ke atas meja makan.

“Siapkan juga piring dan gelasnya,” ucap Mardina.

“Iya.”

“Waah wah wah ... ada angin apa Kak Rose sampai bantuin Mama siapin makan malam begini?” goda Jasmine.

“Jasmine, kalau ada orang yang kerja baik jangan digodain begitu. Harusnya kamu juga ikut bantu,” tegur Benjamin, sang papa.

“Tadi kan aku juga udah bantu Papa siram tanaman di depan,” sahut Jasmine dengan muka cemberutnya.

“Lain kali kamu mesti bantuin mama masak juga, biar kamu pinter masak,” sahut Mardina.

“Iya, Mama ....”

“Ayo udah siap nih makan malamnya,” ucap Rosaline.

“Wah papa juga udah lapar banget,” ucap Benjamin. Ia lalu duduk di kursi yang ada di ruang makan. begitu juga dengan yang lainnya.

Mereka makan dengan lahap masakan Mardina yang tak perlu diragukan lagi rasanya.

“Mama emang top kalau soal masakan,” puji Jasmine di sela-sela kunyahannya.

“Emangnya dalam hal lain nggak jago,” protes Mardina.

“Ya jagolah. Jago ngurus Papa, Kak Rose sama aku. Mama juga jago berantem di pasar,” sahut Jasmine.

“Kapan mama pernah berantem sama orang?!” seru Benjamin.

“Waktu itu di pasar. Mama mau nawar nggak boleh sama penjualnya, penjualnya malah nyolot terus Mama ngamuk deh,” ucap Jasmine lalu tertawa kala mengingat kejadian itu.

“Mama nih, pakai nawar segala bikin malu aja ah,” tegur Benjamin.

“Yaa nggak pa-pa dong, Pa. Namanya juga ibu-ibu di pasar, sudah biasa,” sahut Mardina.

Rosaline tertawa mendengar obrolan ringan keluarganya ini.

“Oh iya, Rose.”                                                 

“Iya, Pa?”

“Adhi kapan mau lamar kamu?” tanya Benjamin.

“Uuhuuk.” Rosaline langsung mengambil air minum. Ucapan papanya membuat ia tersedak. Hari ini sudah dua kali ia harus dihadapakan dengan pertanyaan yang sama.

“Papa kenapa tiba-tiba tanya itu?” tanya Rosaline.

“Bukannya apa-apa, kamu kan udah umur dua puluh empat. Pekerjaan kamu juga udah bagus jadi papa pikir kalau kamu udah pantas untuk menikah,” ucap Benjamin.

“Tapi aku belum siap, Pa. Lagian kerjaan Adhi juga belum mapan.”

“Jangan lama-lama pacaran, takutnya nanti ada apa-apa sama hubungan kalian,” ucap Benjamin.

“Maksud Papa?”

“Ya Papa nggak mau kalau sampai kalian pacaran kebablasan atau malah bisa juga kalian putus di tengah jalan.”

“Pa, aku nggak mungkin sampai kebablasan,” sahut Rosaline.

“Iya, gimana mau kebablasan, orang mereka aja jarang ketemu. Iya kan, Kak,” imbuh Jasmine.

“Terus kalau putus di tengah jalan gimana?” tanya Mardina.

“Ya itu berarti Adhi bukan jodoh aku, Ma. Ya udah mau gimana lagi,” sahut Rosaline.

“Ya sudah, terserah kamu saja,” sahut Mardina.

Selesai makan malam Rosaline kembali ke kamarnya. Ia mendapati dua panggilan tak terjawab dari teman kampusnya dulu sekaligus kantornya sekarang ini.

“Dini? Aku coba hubungin dia balik deh,” gumam Rosaline.

“Halo, Din. Ada apa? Tadi aku lagi makan malam,” sapa Rosaline saat sambungan telponnya sudah tersambung.

Halo, Rose. Nggak, aku cuma mau ngingetin kamu kalau besok kita ada acara reuni. Kamu mau berangkat sama Adhi atau bareng aku?” tanya Dini.

“Aduh, Din. Aku kok bisa kelupaan ya. Kok kamu baru ngasih tahu aku sekarang sih, harusnya kan dari kemaren-kemaren biar aku bisa siap-siap,” ucap Rosaline.

“Ya tinggal paginya ke salon sorenya berangkat ke reuni kan bisa, Rose. Ribet amat jadi orang.”

“Masalahnya aku besok udah ada janji sama Adhi kalau aku mau ngabisin waktu bareng dia. Ini kok malah ada acara reuni segala.”

“Ya gampang dong. Kamu berangkat ajak Adhi. Lagian aku besok juga mau ngajak Raka kok. Jadi besok kan Raka bisa ada temannya kalau kamu juga ngajak Adhi.”

“Iya deh aku kasih tahu Adhi dulu.”

“Ya udah. Sampai jumpa besok. Jangan lupa dandan yang cantik jangan kayak biasanya yang cuma pakai bedak tipis,” ucap Dini seraya terkekeh.

“Apa banget deh kamu ni.”

“Gimana kalau kita ke salon bareng aja?! Jadi nanti di salon aku bisa ngarahin kamu ke jalan yang benar,” ucap Dini.

“Kamu ngomong apa sih, bikin pusing aja! Udah aku mau telpon Adhi dulu.” Rosaline mematikan sambungan telponnya.

“Semoga Adhi nggak marah dan dia mau ikut ke acara reuni,” gumam Rosaline. Ia mencoba menghubungi Adhi.

“Iya, Rose? Tumben kamu telpon duluan?” tanya Adhi.

“Dhi, aku mau-“

“Kamu pasti mau batalin janji kita besok kan?!” Adhi memotong ucapan Rosaline.

“Enggak, bukan gitu, Dhi. Aku mau ngajak kamu ke acara reunian. Sebenarnya aku memang mau ngajak kamu jalan tapi aku lupa kalau ternyata besok sore ada acara reuni teman kuliah. Kamu mau temani aku datang ke acara itu kan?”

“Tapi ... apa nggak pa-pa kalau aku ikut kamu ke acara itu?”

“Ya nggak pa-palah, Dhi. Aku malah senang dengar kamu mau ikut ke acara itu.”

“Maksud aku, apa kamu nggak malu kalau ngajak aku ke acara reunian teman kampus kamu?”

“Ngapain harus malu sih?! Kamu itu ngomong apa? Aku malah senang. Kalau gitu besok sore  kamu jemput aku ya.” Rosaline tersenyum, ia senang mendengar jawaban persetujuan dari kekasihnya itu.

“Ya.”

“Ya udah, aku tutup telponnya.”

***

Bab terkait

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   3. Cantik Berkilau

    Dini datang ke rumah sesaat setelah sarapan selesai. Rosaline mendengus melihat temannya datang ke rumahnya sepagi ini.“Masih jam delapan. Emang kamu mau berangkat ke kantor?!” ketus Rosaline. Ia menatap sebal Dini seraya melipat kedua tangannya di depan dada.“Ya kan kita juga butuh banyak waktu, Rose.” Tanpa dipersilakan masuk, Dini sudah memasuki rumah.“Hai, Kak Dini,” sapa Jasmine. Sifatnya yang ceria dan humble membuat ia cepat kenal dengan orang. Apalagi dengan Dini yang sering datang ke rumahnya.“Hai, Jas. Kamu mau ikut ke salon sama kita nggak?” tawar Dini.“Jangan panggil aku jas dong. Emangnya aku jas hujan,” dengus Jasmine membuat Dini dan Rosaline tertawa.“Iya deh iya, nanti aku manggil kamu Jasmine. Btw kamu mau ikut kita berdua ke salon nggak?” tanya Dini sekali lagi.“Mau dong. Apalagi kalau dibayarin,” sahut Jasmine dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   4. Tercabiknya Harga Diri

    Rosaline membelitkan tangan kanannya ke tangan kiri Adhikari. Mereka berjalan memasuki gedung di mana diadakannya acara reuni. Dari luar sudah terlihat betapa banyaknya orang yang hadir, terlihat dari banyaknya mobil dan motor yang terparkir di depan gedung ini.“Ramai ya, Rose,” bisik Adhi. Jujur saja ia merasa sangat grogi menghadiri acara kekasihnya ini.“Iya, aku juga nggak nyangka teman-teman aku akan seantusias ini datang ke acara reunian. Padahal kita juga baru wisuda lima tahun yang lalu,” sahut Rose.“Hai Rose,” sapa salah seorang teman perempuan Rosaline. Kebetulan saat ini temannya itu menjadi salah satu penerima tamu.“Hai, Arini!” seru Rosaline.“Gimana kabar kamu?”“Baik. Kamu jadi pene

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   5. Permintaan Maaf

    Rosaline mengawali hari ini dengan tak bersemangat setelah semalam ia sempat beradu mulut dengan Adhikari. Masalah yang menurutnya sepele ternyata malah membuat Adhikari semarah itu padanya.“Rose, kenapa sih? Ada masalah?” tanya Dini.Rosaline menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan temannya itu.“Terus kenapa dari tadi tuh makanan cuma kamu aduk-aduk aja? Kalau tuh makanan bisa ngomong dia pasti marah. Soalnya makanan itu pasti udah pusing dari tadi amu aduk puter-puter tanpa kamu makan,” ucap Dini.“Adhi marah sama aku, Din,” sahut Rosaline lesu.“Loh kenapa?”“Gara-gara semalam.”“Semalam kenapa?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26
  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   6. Mempersiapkan Diri

    Rosaline tersenyum malu saat mengingat kejadian di kamar Adhikari tadi. Ia tak menyangka bila Adhikari ternyata menginginkan hal yang lebih padanya sebagai seorang kekasih. Ini bukan kali pertamanya Adhikari memegang tangannya tapi entah mengapa suasana tadi membuatnya susah bernafas, terlebih mereka tadi hanya berdua di dalam kamar. Beruntungnya tadi ia bisa berfikir cepat untuk segera menghindar saat Adhikari akan menciumnya. Tentu saja ia merasa cangung dan bingung karena dirinya memang belum pernah berciuman.“Ya ampun, Rose! Berhenti mikirin yang tadi deh,” seru Rosaline pada dirinya sendiri. Karena semakin ia mengingat kejadian tadi, maka ia akan semakin malu. Bahkan kini wajahnya pun memanas.Rosaline memasukkan mobilnya ke halaman rumah. Sebisa mungkin ia harus menormalkan suasana hatinya kembali. Ia tak ingin bila siapapun mengetahui kejadian tadi karena jika sampai ada orang yang tahu bisa dipastikan orang itu pasti akan menggodanya.Berunt

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   7. Semakin Dekat

    Rosaline menerima email yang menyatakan bahwa Adhikari diterima kerja di perusahaan kenalannya itu. Tentu saja ia merasa sangat senang. Pulang dari kantor buru-buru ia menuju ke rumah Adhikari untuk menyampaikan kabar baik ini. Namun sebelum itu, ia mampir dulu ke sebuah toko pakaian untuk membelikan hadiah untuk kekasihnya yang sebentar lagi akan mulai bekerja di tempat yang baru.“Tante,” sapa Rosaline saat ia melihat ibu dari kekasihnya sedang menyiram tanamannya di depan rumah.“Rose?!” seru Ruwina. Ia senang sekali melihat calon menantunya itu mengunjungi rumahnya.“Ayo masuk,” ajak Ruwina.“Adhi-nya ada, Tante?” tanya Rosaline.“Ada di dalam.” Ruwina menggiring Rosaline memasuki rumahnya. “Kamu duduk dulu, biar Tante panggilkan Adhi dulu.” Ruwina b

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   8. Makan Malam

    Hari ini hari pertama Adhikari memulai harinya di kantor yang baru. Pagi tadi ia sudah langsung tanda tangan kontrak. Ia tak menyangka bila jabatannya sekarang jauh dari kata lumayan dan tentu saja jabatanya yang sekarang juga berdampak pada gaji yang nantinya ia dapat.“Ini semua berkat Rose,” gumam Adhikari.“Pulang dari sini nanti aku akan mampir ke rumah Rose,” imbuh Adhikari.Ponsel Adhikari bergetar.“Rose?” gumam Adhikari saat ia menatap layar ponselnya.“Halo, Rose?” sapa Adhikari.“Hai, gimana hari ini? Lancar kan?”“Lancar banget. Kayaknya aku bakal betah kerja di sini deh. Makasih ya, Sayang. Ini semua berkat kamu,” ucap Adhi.“Syukurlah kalau kamu nyaman kerja di sana. Aku dari tadi pagi udah deg-degan loh, aku takut kamu nggak nyaman kerja di sana,” ucap Rose.“Nggak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   9. Pertemuan Dua Keluarga

    Satu bulan telah berlalu, Adhikari begitu senang karena telah mendapatkan gaji pertamanya dari tempat kerjanya yang baru. Seperti yang sudah ia katakan pada Rosaline saat itu bahwa ia akan segera membawa kedua orangtuanya berkunjung ke rumah Rosaline untuk saling mengenalkan keluarga masing-masing.Hari ini Ruwina begitu antusiasnya menyiapkan apa saja yang akan dibawa ke rumah calon besannya.“Mama sibuk banget?” Panji menghampiri Ruwina.“Kita mau bawa apa lagi ya, Pa?” tanya Ruwina.“Kan kita cuma bertamu biasa, Ma. Kita baru tahap perkenalan jadi Mama nggak perlu bawa banyak barang,” ucap Panji.“Ihh ... Papa. Paling enggak kita kan bawa oleh-oleh apa gitu, Pa. Masa pergi ke rumah calon besan pergi dengan tangan kosong?!” ucap Ruwina.“Emang Mama mau bawa apa aja?” tanya Panji.“Mama udah siapin beberapa kue bikinan mama sendiri sama ada beberapa makanan yang pesan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   10. Sama-sama Sibuk

    Setelah hari di mana Adhikari mengajak keluarganya berkenalan dengan keluarga Rosaline hingga kedua belah pihak keluarga memutuskan untuk segera melaksanakan acara pertunangan, kini Adhikari semakin giat bekerja. Tunangan lalu menikah bukanlah hal yang sepele, semua itu dibutuhkan pertanggung jawabannya entah dari segi hati dan jiwanya ataupun dari segi financialnya. Terlebih lagi Adhikari sangat mengetahui bagaimana gaya hidup Rosaline selama ini. Sedari kecil Rosaline sudah terbiasa hidup dengan berkecukupan harta dan setelah Rosaline kerja pun wanita itu mendapatkan posisi dan pekerjaan yang bagus hingga sudah bisa langsung dipastikan kalau Rosaline tak akan bisa bila hidup sedikit kekurangan. Sebagai lelaki kelak Adhikari harus bisa menjadi kepala rumah tangga yang baik, sebisa mungkin ia tak akan membuat keluarganya nanti sampai hidup kekurangan.Enam bulan kerja di perusaan besar tempat Adhikari bekerja, atas kegigihan, kepandaian dan kerja keras kini Adhikari sudah aka

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02

Bab terbaru

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   Ekstra Part 6

    Adhikari dan Rosaline sudah tak sabar menantikan kelahiran buah hati mereka yang kedua. Setelah di USG diketahui saat ini Rosaline sedang mengandung bayi perempuan. Kamar dan pernak-perniknya sudah mereka persiapkan setelah usia kandungannya lebih dari tujuh bulan.Seperti yang Rosaline alami saat kehamilan pertamanya dulu, kini dikehamilannya yang kedua ia juga mengalami morning sickness yang berlebihan sampai usia kandungannya empat bulan, setelah itu ia sudah kembali normal meski terkadang ia juga merasakan pusing dan mual.Di usia kehamilan Rosaline yang ke delapan bulan ini ia senang sekali jika perutnya diusap oleh sang suami. Tentu saja Adhikari tak menolak karena ini adalah hal yang baru baginya.Dulu Adhikari tak melihat perkembangan Abrisam saat masih ada dalam kandungan Rosaline, untuk itu di kehamilan kedua istrinya ini ia tak ingin jauh-jauh dari Rosaline. bahkan setiap harinya selambat mungkin ia akan pergi ke kantor lalu saat sore hari secep

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   Ekstra Part 5

    Hari cepat sekali berlalu, tak terasa sudah empat bulan Rosaline kembali ke tanah air dan kembali menjalin hubungan dengan Adhikari. Sejak hari pertemuan Rosaline dan Adhikari kembali, rencana pernikahan sudah langsung dipersiapkan karena dari kedua belah pihak juga sudah sangat setuju dengan pernikahan Rosaline dan Adhikari terlebih sekarang sudah ada Abrisam di antara mereka.Adhikari ingin sekali cepat meresmikan hubungannya dengan Rosaline namun ia tak bisa egois karena ia tahu Rosaline pasti juga seperti wanita-wanita di luaran sana yang memimpikan menjadi seorang pengantin dan menikah secara sakral dan meriah dengan disaksikan oleh orangtua, keluarga, teman serta kerabat. Untuk itu ia harus bisa sedikit lebih bersabar dengan persiapan pernikahan yang tentunya sedikit memakan waktu.Hingga kini tibalah saat yang membahagiakan untuk semua orang terlebih untuk Adhikari dan Rosaline karena hari ini mereka telah melangsungkan pernikahan. Pesta digelar dengan begitu me

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   Ekstra Part 4

    Adhikari mengantarkan Rosaline dan Abrisam pulang ke rumah. Sebenarnya Rosaline tak mengijinkannya mengantar sampai masuk ke rumah namun Adhikari tetap ngeyel dan tetap berjalan memasuki rumah orangtua Rosaline.“Silakan masuk, Mas.” Bik Lastri mempersilakan Adhikari duduk di ruang tamu.“Rosaline, kamu baru pulang? Kamu pulang sama siapa?” Mardina keluar menghampiri Rosaline untuk bertanya pada Rosaline.Rosaline tak menjawab pertanyaan mamanya yang kedua. “Abrisam sudah tidur, Ma. Aku akan menidurkan Abrisam dulu ke kamar.” Rosaline berjalan meninggalkan mamanya menuju kamarnya.Mardina melihat ke arah ruang tamu, ia terkejut mendapati Adhikari yang sudah duduk di sofa ruang tamu.“Kamu ada di sini?” tanya Mardina.“Iya, Ma.”&n

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   Ekstra Part 3

    Adhikari mendapat pesan singkat dari Jasmine yang menyuruhnya untuk segera datang ke sebuah butik tanpa memberitahu alasannya. Hal itu tentu saja membuatnya panik sekaligus penasaran. Untuk itu ia segera menuju ke tempat yang Jasmine maksud.Adhikari memarkirkan mobilnya lalu dengan tergesa ia memasuki butik yang Jasmine maksud. Pandangannya menyusuri setiap sudut dalam butik itu untuk mencari keberadaan Jasmine tapi bukan Jasmine yang ia temukan, melainkan sesosok wanita yang begitu ia rindukan.“Rosaline,” gumam Adhikari. Harusnya ia langsung menghampiri sesosok wanita yang ia duga dan ia lihat seperti Rosaline tersebut. Tapi entah mengapa tubuhnya malah menegang kaku. Semua ini bagaikan mimpi untuknya hingga beberapa kali ia mengucek matanya dan mengedip-ngedipkan matanya.Wanita yang dilihat Adhikari masih terus fokus dengan balita yang ada di dalam gendongannya. Melihat balita itu, Adhikari semakin yakin kalau wanita yang ia lohat sekarang ini m

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   Ekstra Part 2

    Benjamin dan Mardina berjalan beriringan seraya menarik koper mereka, sedangkan Rosaline menggendong Abrisam yang tengah tertidur. Mereka mengedarkan pandangan mereka ke seluruh penjuru arah untuk mencari keberadaan Jagat dan Jasmine yang menjemput mereka di bandara.“Pa, itu Jasmine sama Jagat,” ucap Mardina memberitahu.“Iya.”Mereka semua berjalan ke arah Jagat dan Jasmine berada.“Mama, Papa!” seru Jasmine memeluk Benjamin dan Mardina bergantian.“Kak Rose, akhirnya kamu pulang juga. Aku udah kangen banget sama Kakak.” Ucap Jasmine saat ia memeluk tubuh Rosaline.“Mari kita ke mobil, Pa, Ma, Rose,” ajak Jagat setelah ia juga melepas rind

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   Ekstra Part 1

    Tak terasa sudah dua tahun Rosaline tinggal di Amerika tanpa pernah sekali pun ia menginjakkan kakinya kembali ke tanah kelahirannya. Ia sudah sangat bahagia hidup bersama dengan Abrisam, putranya, buah cintanya bersama pria yang dulu sangat dicintainya bahkan hingga sekarang.“Mamama.” Si kecil Abrisam berjalan tertatih menghampiri Rosaline yang sedang memainkan ponselnya.“Ada apa, Sayang?”“Mum ucu.” Ucap Abrisam seraya mengulurkan kedua tangannya kepada sang mama.“Mum ucu?” goda Rosaline yang tak kunjung meraih tangan putranya itu.“Mum ucuu ....” Abrisam sudah mulai merengek dan menelungkupkan tubuh gembulnya ke kaki jenjang Rosaline.Rosaline tersenyum lalu mengangkat putranya itu untuk ia dudukan di pangkuanny

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   80. Abrisam Rajendra Dimitri

    Rosaline merasa kesakitan di bagian perutnya saat baru saja ia akan tidur setelah makan malam. Rasa sakit itu terasa sangat sakit lalu tiba-tiba menghilang setelah beberapa saat. Begitu terus berulang-ulang. Dari beberapa hari yang lalu ia sudah menunggu saat-saat seperti ini setelah usia kandungannya berusia sembilan bulan.“Adduhh.” Rosaline keluar dari kamarnya menuju kamar orangtuanya.“Papa, Mama.” Rosaline mengetuk pintu kamar orangtuanya.“Ada apa, Sayang?” tanya Mardina saat ia sudah membuka pintu kamarnya.“Ma, perut aku sakit. Dari tadi mules-mules terus.” Ucap Rosaline seraya memegang perutnya. Keringat sudah membanjiri wajah dan punggungnya.“Mungkin kamu udah waktunya melahirkan, Sayang.”“Ada apa, Ma?” Tanya Benjamin yang baru saja keluar.“Sepertinya Rose mau melahirkan, Pa,” sahut Mardina.“Apa?! Kalau begitu ayo kita ke ru

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   79. Harapan Baru

    Adhikari tetap tak putus asa untuk mencari keberadaan Rosaline. Selain melamun, ia selalu menghabiskan waktu luangnya untuk berkeliling kota mencari keberadaan Rosaline.Tak patah semanagtnya untuk terus bertanya kepada Jagat dan Jasmine tentang keberadaan Rosaline. Kali ini Adhikari kembali mengunjungi rumah Jasmine dan Jagat.“Jasmine, aku mohon. tolong beritahu aku di mana Rosaline berada.”“Aku nggak bisa kasih tahu, Kak. Aku udah janji sama Papa, Mama dan Kak Rose,” sahut Jasmine.“Rose?” gumam Adhikari saat mendengar nama Rosaline disebut.“Iya. Selain Papa dan Mama yang nggak ingin Kak Rose ketemu sama Kak Adhi, Kak Rose sendiri juga nggak mau ketemu sama Kak Adhi,” ucap Jasmine pada akhirnya.Selama enam bulan ini Jasmine dan Jagat terus saja bungkam tentang keberadaan Rosaline, keadaan, maupun alasan kepergian Rosaline. Selama enam bulan terakhir ini Jasmine lebih banyak menghindar dan

  • Tenggelam Cinta Masa Lalu   78. Terpuruk

    Sudah satu minggu Rosaline rawat inap di rumah sakit. Kini saatnya ia keluar dari rumah sakit.Jasmine dan Jagat membawa serta bayi mereka yang masih berumur satu minggu untuk kembali menuju rumah sakit guna mengantar kepergian Rosaline, Benjamin dan Mardina sampai ke bandara.“Gimana, udah siap semua?” tanya Jagat.“Udah.” Jagat dan Benjamin membawa koper-koper, sedangkan Mardina menggendong cucunya yang masih sangat kecil itu. Rosaline dan Jasmine berjalan beriringan keluar dari rumah sakit.Mereka menaiki dua mobil menuju ke bandara.“Jagat, kamu jaga Jasmine dan anak kalian baik-baik.” Ucap Benjamin saat ia memeluk Jagat. Saat ini merek

DMCA.com Protection Status