Beranda / Romansa / Temanku Menusukku Dari Belakang / Selamat Tinggal Cinta Pertama

Share

Temanku Menusukku Dari Belakang
Temanku Menusukku Dari Belakang
Penulis: Rita Aria

Selamat Tinggal Cinta Pertama

Penulis: Rita Aria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seorang wanita tampak menunggu temannya di depan sebuah gedung pernikahan. Sudah setengah jam dia menunggunya untuk mengurus gedung yang akan dipakainya nanti. Sebulan lagi temannya akan menikah.

Namun ada sedikit yang mengganjal di hati wanita yang bernama Shela tersebut. Karena temannya akan menikah dengan seorang pria yang pernah mengisi hidupnya. Namanya adalah Arthur.

Shela berteman dengannya sudah cukup lama. Kurang lebih mungkin ada sepuluh tahun.

Dia dan Arthur sudah seperti saudara, sahabat atau mungkin lebih. Kadang terbesit dalam benaknya menyesal karena telah mengenalkannya pada Neva.

Tapi mungkin itu sudah jalan mereka seperti ini. Shela menghela napas panjang, saat melihat Neva keluar dari gedung. Wanita bermata cokelat itu mencoba tersenyum senormal mungkin. Agar Neva tidak curiga kepadanya.

"Shel, boleh minta tolong nggak?" Dia menggamit lengan Shela dengan manja. Entah sejak kapan dia menjadi seperti itu pada sahabat Arthur tersebut.

"Minta tolong apa Nev?" tanyanya, namun raut wajah Shela tampak tidak nyaman. Ia mencoba melonggarkan tangan Neva padanya.

"Ada beberapa undangan buat teman kuliah kita, tapi aku ada urusan mendadak."

Shela menyanggupinya dan menerima beberapa undangan yang diberikan oleh Neva. Mau bagaimana lagi? Dia tak mungkin menolaknya 'kan?!

"Jangan pergi dulu, biar dianterin sama Arthur. Dia lagi otw kok," ucapnya membuat langkah Shela terhenti. Nama Arthur yang diucapkan oleh Neva membuat hatinya sedikit terasa sesak.

"'Nggak usah, aku sendiri aja." Tolaknya sehalus mungkin.

"Jauh soalnya Shel. Nanti kamu capek." Neva melambai ke arah lain, rupanya Arthur sudah tiba dengan mobil.

Arthur membawa mobil Outlander, yang tidak lain adalah hadiah pernikahan dari ayah Neva untuk calon menantunya. Arthur keluar dari mobil dan tersenyum.

"Ayo Shel." Arthur membuka pintu untuk Shela. Neva tersenyum dengan polos, karena dia tidak tahu apa yang pernah terjadi antara Shela dan Arthur.

"Kenapa ekspresi wajah kamu seperti itu?? Nggak suka atau gimana??" tanya Arthur, mobil sudah melaju meninggalkan Neva yang masih melambai.

Shela melihat dari kaca spion. Ada perasaan tak enak, karena dia sekarang tengah berdua bersama Arthur.

''Aku kasihan sama Neva," gumamnya, ia membuang pandangannya menuju jalanan yang ada di sampingnya.

"Aku kasihan sama kita berdua," jawab Arthur cuek, matanya fokus ke depan.

"Kenapa?? Kalau kamu menikah sama Neva pasti hidupmu kecukupan. Belum apa-apa aja udah dibeliin mobil. Udah disiapin rumah. Coba kalau kamu nikahnya sama aku, nggak bakalan dapet apa-apa." Suara Shela bergetar, seakan cukup lama menahan rasa getir dalam hatinya.

"Jangan pernah nyesel kalau aku sudah jadi suaminya Neva. Dan kita nggak bisa kayak dulu lagi."

Kata-katanya pelan namun cukup menusuk dalam ulu hatinya. Sebelum bertemu dengan Neva. Shela dan Arthur memang saling menyukai namun tak pernah ada niatan untuk berpacaran. Mereka berdua menjalani hari seperti biasanya. Seperti teman yang kadang bertengkar karena berbeda pendapat.

Merasakan cemburu seperti pasangan kekasih. Tapi tetap pada porsinya, Shela dan Arthur sama-sama tahu diri.

Lalu Neva muncul dan jatuh cinta pada Arthur sejak pertama kali bertemu. Dia meminta Shela untuk mengenalkan Arthur padanya. Karena ia mengira jika antara mereka berdua tak ada hubungan spesial, hanya bersahabat. Lalu pada akhirnya Shela menyanggupi permintaanya.

Arthur awalnya menolak mentah-mentah permintaan Shela. Namun akhirnya luluh juga setelah wanita itu mendiamkannya selama berhari-hari.

"Jangan pernah minta aku kembali lagi."

Shela mengangguk seperti tak yakin. Lalu Arthur meninggalkannya sendirian. Setelah masa pdkt nya selesai. Mereka lalu berpacaran. Masa-masa itu sangat sulit untuknya. Lebih menyakitkan daripada putus dengan pacar. Arthur yang selalu ada untuk Shela kini hanya ada untuk Neva.

Dia selalu berpura-pura bahagia di depan mereka berdua meski pada kenyataannya dirinya selalu menangis di belakang mereka.

''Setelah menikah, mari jangan bertemu lagi," ucap Shela pelan.

Arthur membanting setirnya ke kiri membuat Shela sedikit terkejut dengan apa yang dilakukannya.

"Ini semua keinginanmu kan? Kenapa sekarang malah kamu jadi seperti ini. Bilang sama aku, jangan menikah. Aku bakal bilang sama Neva buat batalin pernikahan!!"

"Nggak segampang itu, Arthur." Tangannya menyeka air mata yang sudah mengalir di pipi.

Tangan Arthur kemudian membuka seat belt dan memeluk Shela dengan erat. Dia menangis semakin kencang saat Arthur merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukannya. Pelukan yang selama ini Shela rindukan. Pelukan yang sudah menjadi milik orang lain. Arthur mengecup keningnya dan mengusap bulir air matanya.

la melanjutkan perjalanan, namun tidak untuk mengantarkan undangan. Melainkan membawa Shela ke rumah baru yang dihadiahkan untuknya nanti. Rumah yang sangat besar dan mewah. Ada kursi ayunan di depannya.

Shela hanya mematung dan berdiri di halaman namun tangan Arthur menggandengnya menuju ke dalam rumah.

Shela mencium bau cat yang masih baru, dan melihat ada beberapa kursi yang sudah ada di sana. Wanita yang bernama lengkap Shela Maria itu mengedarkan pandangannya, dan melihat beberapa kamar dirumah itu. Dia tersenyum kelu.

"Kamarnya banyak," ucapnya singkat.

"Ayah Neva ingin punya cucu banyak." Senyumnya langsung memudar dan duduk disebuah kursi yang masih dibungkus oleh plastik.

"Sekali ini saja." Arthur menyadarkan kepalanya di pangkuannya dan memejamkan matanya.

Shela mengusap keningnya lalu membelai rambut hitam Arthur.

''Aku pengen nikahnya sama kamu," ucapnya tangan Shela berhenti membelai namun tangan Arthur menangkapnya dan menyuruhnya untuk membelainya lagi.

''Ada yang salah sama ucapanku?"

Shela mengatupkan bibirnya dan hanya diam. Arthur membuka matanya, pria itu kemudian bangun dan duduk di sampingnya. Wajahnya mulai mendekati wajah Shela. Ia menatap wajahnya dalam-dalam, tangannya menarik punggungnya hingga tak ada jarak diantara mereka berdua.

Bibirnya mulai mencecap bibirnya dengan lembut, dan anehnya Shela tak bisa menolaknya. Dia hanya mengikuti permainan Arthur waktu itu. Lalu ia kemudian membuka satu persatu kancing baju miliknya, Shela langsung menahan tangannya.

"Jangan," lirihnya.

"Kenapa?" Suaranya terdengar parau. "Sekali ini saja Shel." Arthur menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Shela.

Shela merasakan betapa putus asanya dia, wanita itu memeluknya erat. Dan dia menatapnya kembali. Shela mencecap bibirnya, sebagai pertanda jika dia telah mengizinkan Arthur untuk mengambil keperawanannya.

***

Paginya Shela dan Arthur pergi dari rumah itu. Saat keluar rumah, Shela melihat mobil ayah Neva sudah terparkir di depan halaman. Wajahnya terkejut ketika melihat bayangan yang begitu akrab ada di belakang Arthur. Neva yang keluar dari mobil tak kalah terkejut dan hanya diam tak bisa berkata apa-apa.

Cintanya pada Arthur membuatnya menjadi bodoh.

"Maaf pak, ini kunci mobilnya." Arthur menyerahkan kunci mobil pada ayah Neva dan membawa Shela keluar dari halaman rumah itu.

Mereka berdua akan pulang dengan transportasi umum. Neva hanya memandangi mereka berdua dengan bingung dan sedih.

***

Hari bahagia akhirnya datang. Shela melirik gaun putih yang menempel di tubuh Neva sangat cantik.

"Terima kasih sudah mau jadi pengiring pengantinku," ucapnya pada Shela, ia tersenyum miring pada temannya itu.

Neva memutuskan tetap ingin menikah dengan Arthur. Dia tak ingin kehilangan pria yang sudah berpacaran dengannya yang tidak sebentar itu, meski Arthur sudah menjelaskan apa yang terjadi pada Shela dan dirinya di rumah barunya beberapa waktu yang lalu.

Shela memaksakan senyumnya.

"Menghilanglah dari hidupku dan Arthur nanti," ucapnya sinis.

Shela mengambilkannya bunga dan mengangguk pelan. Itu adalah perjanjiannya dengan Neva, Arthur tak tahu jika ada perjanjian seperti itu. Mungkin jika mengetahuinya dia akan menolak pernikahan ini.

Ayah Neva tak mau menatap wajah Shela lagi, itu adalah hal wajar dan Shela tampak bisa menerimanya. Dari kejauhan wanita itu melihat Arthur rapi dengan setelan jas hitamnya. la tampak sangat tampan di hari pernikahannya.

Shela tersenyum pada Arthur lalu keluar dari gedung itu dan meninggalkan mereka berdua untuk memulai lembaran barunya.

"Selamat tinggal, Arthur," lirihnya tanpa menoleh ke belakang lagi.

Bab terkait

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Masa Lalu

    Kembali pada tahun-tahun kuliah, Shela adalah pribadi yang rajin menyapa teman-temannya. Seringkali senyum riangnya membuat wajahnya yang cantik semakin terlihat memesona. Meskipun begitu tetap saja ada orang-orang yang tidak menyukainya.Seperti apa yang terjadi siang ini ketika dia tanpa sengaja menabrak rekan sekelasnya. Hanya masalah kecil, namun pada dasarnya orang itu memang tidak menyukainya."Eh, maaf, nggak sengaja," ucap Shela dengan rasa bersalah. Tangannya terulur untuk membantu Sarah bangkit."Gimana, sih? Kamu kalo jalan yang bener, dong!" Sarah menepis tangan Shela dengan kasar, tidak mau untuk bersentuhan dengannya lebih lama.Shela hendak mengatakan sesuatu tapi tangannya tiba-tiba ditarik dari belakang. Dia menoleh dan mendapati pria tampan yang sedang menatapnya dengan senyum hangat."Udah, biarin aja dia. Yang penting kamu udah minta maaf," ucap pria itu sambil menggandeng Shela pergi.Namanya Arthur, teman akrab Shela sedari SMA. Dia hampir tidak ingat sejak kapan

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Teman Dekat

    Setelah selesai membeli buku, Shela dan Arthur kembali ke motor. Mereka tidak langsung pulang melainkan mampir terlebih dahulu ke warung bakso kesukaan mereka.Arthur mengendarai motornya dengan santai. Bukan karena dia tidak berani bermain dengan kecepatan, namun karena dia sedang menikmati momen seperti ini. Saat-saat ketika dia bisa begitu dekat dengan Shela.Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di warung bakso yang cukup ramai, lalu terdapat tulisan 'Gepeng' di bagian depannya.Shela dan Arthur segera masuk dan memesan porsi bakso seperti biasa. Mereka juga memilih duduk di tempat kesukaan mereka yaitu tepat di bawah kipas angin."Besok weekend, ada rencana mau kemana?" tanya Arthur."Kosong. Kenapa? Mau ngajak jalan?" Shela tersenyum kuda sambil menatap Arthur. Dia sudah paham jika Arthur bertanya seperti itu pasti ia akan mengajaknya keluar.Arthur mengacak puncak kepala Shela. "Bagus, deh. Aku mau ngajak kamu ke rumah. Udah lama nggak main, 'kan?""Em ... gimana ya?" Sh

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Prinsip

    "Bodoh! Udah lah kamu nggak usah nemuin aku lagi. Buat apa? Apa kamu mau ngasih luka lagi?"Shela berbalik untuk meninggalkan Brian. Dia masih ingat bagaimana dia dulu sangat mencintainya. Sempat dia merasa jatuh setelah mengetahui siapa Brian yang sebenarnya. Untungnya saat itu dia memiliki Arthur.Ya, lagi-lagi Arthur yang terbaik untuknya. Dia tahu bagaimana perasaan Arthur untuknya. Dia sendiri juga memiliki perasaan yang lebih. Tapi entahlah, dia masih merasa takut.Bagaimana jika mereka menjalin hubungan tapi harus kandas di tengah jalan? Lalu pasti setelah itu mereka tidak akan menjadi sedekat sekarang. Sudah banyak kasus seperti itu. Yang awalnya sahabat, lalu berubah menjadi musuh gara-gara putus hubungan.Tidak, itu bukan hal yang dia inginkan. Dia masih nyaman seperti ini. Hanya saja kadang-kadang dia juga merasa takut kalau-kalau nanti Arthur akan memilih wanita lain hanya karena prinsip konyol yang dia pegang.Tapi untuk saat ini dia masih tidak ingin memikirkannya. Biark

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Terkena Jebakan

    Dalam ruangan yang cukup terang, Arthur duduk terdiam dengan kepala yang menunduk. Berkali-kali dia memeriksa ponselnya untuk melihat apakah Shela mau membalas pesan darinya. Sayangnya sampai saat ini perempuan itu tidak memberinya pesan apa pun.Perasaannya menjadi tidak nyaman. Dia takut Shela benar-benar marah padanya. Dia sangat paham bagaimana sikap Shela jika sedang marah. Mungkin perempuan itu akan mendiamkannya selama berhari-hari sampai dia merasa jengah sendiri.Selain merasa cemas, Arthur juga merasa tidak enak jika harus meninggalkan Neva seorang diri. Meskipun kondisinya tidak terlalu parah, namun tidak ada siapa pun yang menemaninya. Dia sudah bertanya tentang keluarganya, namun Neva hanya mengatakan jika orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri.Entah itu kebenaran atau kebohongan Arthur tidak bisa melakukan banyak hal. Sebenarnya dia berharap jika Shela akan datang ke sana untuk melihat kondisi Neva. Sekalian untuk menemaninya di sini agar dia tidak ha

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Teman Tapi Intim

    Shela sangat malas berdandan. Dia hanya memakai bedak tipis dan lipgloss natural untuk menutup bibirnya yang sedikit terlihat pucat. Meskipun dia merasa sedikit tidak nyaman dengan kondisinya, namun itu tidak menghalangi niatnya dari pergi kuliah.Arthur sudah menunggu di ruang tamu. Sementara Shela sangat malas untuk menemui pria itu tapi juga tidak tega jika harus membiarkannya. Akhirnya dengan langkah yang malas dia menghampiri Arthur yang sedang menundukkan kepala."Ehm!" Shela berdehem untuk memberitahukan Arthur bahwa dia sudah ada di sana.Benar saja Arthur langsung mendongak. Saat itu juga dia langsung bangkit dan mendekatinya. "Shel, kamu masih marah? Maaf, aku bener-bener nggak ada maksud buat lebih peduli ke Neva."Shela hanya terdiam tanpa mengatakan apa pun. Tatapannya berpaling ke arah lain, tidak memperhatikan Arthur sama sekali. Bukannya dia manja, tapi dia masih merasa tidak senang dengan kejadian kemarin. Benar-benar membuatnya kehilangan mood baik.Apalagi jika meng

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Harapan

    Manis.Itulah yang dirasakan oleh Arthur. Setelah menyimpan perasaan selama hampir empat tahun, akhirnya dia memberanikan diri untuk mencoba lebih dekat. Dia ingin melebihi batas pertemanan mereka.Arthur ingat bagaimana dia pertama kali bertemu dengan Shela. Melihatnya duduk di kursi pinggiran lapangan dengan pakaian putih khas milik pengibar bendera di upacara kemerdekaan.Wajahnya yang manis memiliki butiran keringat di dahinya. Secara mandiri dia menyekanya dengan tissu kecil. Dia akan tertawa ketika temannya melontarkan lelucon, lalu akan bergidik ketika orang lain menakutinya.Entahlah. Sejak pertama melihat, Arthur sudah menyukai karakter riangnya. Semakin hari berjalan, ternyata dia memiliki kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat. Tidak mau membuang peluang, akhirnya mereka dipertemukan dalam kegiatan rutin sekolah.Dia tidak ingat lagi bagaimana dia bisa menjadi dekat dengan Shela. Menyaksikannya tumbuh, dari gadis polos sampai menjadi perempuan yang cukup dewasa. Dan sekar

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Sakit

    Shela tersenyum manis sambil menatap Arthur. "Ya, aku tahu."Itu adalah kebenaran. Arthur menyukainya dan dia tahu hal itu dengan cukup jelas. Tapi dia masih belum bisa membuat mereka bersama. Ada saja hal-hal yang membuatnya menggantungkan hubungan mereka. Lebih dari teman tapi bukan kekasih.Apa dia terlalu kejam?"Makasih," ucap Arthur lalu dia memberanikan diri untuk mencium kening Shela. "Jangan lupa minum obat lagi ya kalau panasnya belum turun."Shela mengangguk mengerti. Lalu dia melihat kepergian Arthur dengan senyum yang tersungging. Seandainya matahari akan tetap bersinar atau jika bumi masih terus berputar, bisakah dia tetap menyimpannya?Sebelumnya dia tidak pernah merasakannya. Jantung yang berdetak tidak normal atau pipi yang memerah hangat. Ini seperti cinta yang orang-orang katakan. Menjadi bahagia.Namun semuanya memiliki resiko. Lalu apa yang terjadi jika dia tetap seperti ini?***Arthur keluar dari tempat kost Shela dan menjalankan sepeda motornya. Hari ini dia bo

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Sebuah Rahasia

    Arthur memandangi ponsel yang terus-terusan berdering, bingung mau menjawab atau mengabaikan. Akan tetapi mengingat ancaman Neva, mau tidak mau dia tetap menjawab telepon itu."Halo, Arthur." Suara dari seberang sana terdengar sangat antusias."Iya Nev, kenapa?""Besok aku mau ngajak kamu nemenin belanja, bisa nggak?"Arthur mengurut keningnya, kembali merasa pusing dengan permintaan Neva. Dia sudah memiliki janji dengan Shela, tidak mungkin jika dia membatalkannya bukan? Apalagi kemarin dia sempat membatalkan janjinya juga gara-gara dia menolong Neva.Jika sekarang dia membatalkan pertemuannya besok pasti Shela akan kembali marah, tapi bagaimana dengan Neva? Dia sudah banyak mendengar tentang Neva yang seringkali serius dengan ucapannya."Aku sudah ada janji sama Shela besok." Arthur menjawab dengan hati-hati. Dia takut menyinggung Neva atau membuatnya marah."Janji ke mana? Kamu masih ingat 'kan apa yang aku bilang?"Arthur mengembuskan napasnya dengan kasar. "Oke, besok kita pergi.

Bab terbaru

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Berakhir

    Shela sudah berada di depan counter pembelian tiket. Dua tiket sudah dipegangnya tinggal menunggu Desi datang menemuinya.Ada sedikit perasaan kecewa dalam hati Shela. Mungkin karena Arthur mendadak tak bisa menepati janjinya. Namun ia harus kembali mengingat pada status yang mereka jalani. Jika mereka hanyalah teman. Ya, hanya teman."Shel!" seru Desi dari kejauhan, dia nampak setengah berlari menuju tempat Shela berdiri."Sorry, aku telat. Tadi kehabisan bensin motornya.""Oh ya udah nggak apa-apa." Shela tampak memaklumi, dia mengedarkan matanya untuk mencari tempat duduk sebelum film dimulai."Shel..." ucap Desi pelan. Dia tampak ragu melanjutkan kalimatnya."Kenapa Des?!""Emang bener ya, Arthur sama Neva pacaran?"Pertanyaan yang cukup membuat ekspresi Shela berubah 180 derajat. Bagaimana Desi bisa berpikir seperti itu?"Setahuku, enggak Des.""Oh, tadi aku salah lihat kali ya. Soalnya tadi nggak sengaja ketemu sama orang yang wajahnya mirip banget Arthur sama Neva di toko baju

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Sebuah Rahasia

    Arthur memandangi ponsel yang terus-terusan berdering, bingung mau menjawab atau mengabaikan. Akan tetapi mengingat ancaman Neva, mau tidak mau dia tetap menjawab telepon itu."Halo, Arthur." Suara dari seberang sana terdengar sangat antusias."Iya Nev, kenapa?""Besok aku mau ngajak kamu nemenin belanja, bisa nggak?"Arthur mengurut keningnya, kembali merasa pusing dengan permintaan Neva. Dia sudah memiliki janji dengan Shela, tidak mungkin jika dia membatalkannya bukan? Apalagi kemarin dia sempat membatalkan janjinya juga gara-gara dia menolong Neva.Jika sekarang dia membatalkan pertemuannya besok pasti Shela akan kembali marah, tapi bagaimana dengan Neva? Dia sudah banyak mendengar tentang Neva yang seringkali serius dengan ucapannya."Aku sudah ada janji sama Shela besok." Arthur menjawab dengan hati-hati. Dia takut menyinggung Neva atau membuatnya marah."Janji ke mana? Kamu masih ingat 'kan apa yang aku bilang?"Arthur mengembuskan napasnya dengan kasar. "Oke, besok kita pergi.

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Sakit

    Shela tersenyum manis sambil menatap Arthur. "Ya, aku tahu."Itu adalah kebenaran. Arthur menyukainya dan dia tahu hal itu dengan cukup jelas. Tapi dia masih belum bisa membuat mereka bersama. Ada saja hal-hal yang membuatnya menggantungkan hubungan mereka. Lebih dari teman tapi bukan kekasih.Apa dia terlalu kejam?"Makasih," ucap Arthur lalu dia memberanikan diri untuk mencium kening Shela. "Jangan lupa minum obat lagi ya kalau panasnya belum turun."Shela mengangguk mengerti. Lalu dia melihat kepergian Arthur dengan senyum yang tersungging. Seandainya matahari akan tetap bersinar atau jika bumi masih terus berputar, bisakah dia tetap menyimpannya?Sebelumnya dia tidak pernah merasakannya. Jantung yang berdetak tidak normal atau pipi yang memerah hangat. Ini seperti cinta yang orang-orang katakan. Menjadi bahagia.Namun semuanya memiliki resiko. Lalu apa yang terjadi jika dia tetap seperti ini?***Arthur keluar dari tempat kost Shela dan menjalankan sepeda motornya. Hari ini dia bo

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Harapan

    Manis.Itulah yang dirasakan oleh Arthur. Setelah menyimpan perasaan selama hampir empat tahun, akhirnya dia memberanikan diri untuk mencoba lebih dekat. Dia ingin melebihi batas pertemanan mereka.Arthur ingat bagaimana dia pertama kali bertemu dengan Shela. Melihatnya duduk di kursi pinggiran lapangan dengan pakaian putih khas milik pengibar bendera di upacara kemerdekaan.Wajahnya yang manis memiliki butiran keringat di dahinya. Secara mandiri dia menyekanya dengan tissu kecil. Dia akan tertawa ketika temannya melontarkan lelucon, lalu akan bergidik ketika orang lain menakutinya.Entahlah. Sejak pertama melihat, Arthur sudah menyukai karakter riangnya. Semakin hari berjalan, ternyata dia memiliki kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat. Tidak mau membuang peluang, akhirnya mereka dipertemukan dalam kegiatan rutin sekolah.Dia tidak ingat lagi bagaimana dia bisa menjadi dekat dengan Shela. Menyaksikannya tumbuh, dari gadis polos sampai menjadi perempuan yang cukup dewasa. Dan sekar

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Teman Tapi Intim

    Shela sangat malas berdandan. Dia hanya memakai bedak tipis dan lipgloss natural untuk menutup bibirnya yang sedikit terlihat pucat. Meskipun dia merasa sedikit tidak nyaman dengan kondisinya, namun itu tidak menghalangi niatnya dari pergi kuliah.Arthur sudah menunggu di ruang tamu. Sementara Shela sangat malas untuk menemui pria itu tapi juga tidak tega jika harus membiarkannya. Akhirnya dengan langkah yang malas dia menghampiri Arthur yang sedang menundukkan kepala."Ehm!" Shela berdehem untuk memberitahukan Arthur bahwa dia sudah ada di sana.Benar saja Arthur langsung mendongak. Saat itu juga dia langsung bangkit dan mendekatinya. "Shel, kamu masih marah? Maaf, aku bener-bener nggak ada maksud buat lebih peduli ke Neva."Shela hanya terdiam tanpa mengatakan apa pun. Tatapannya berpaling ke arah lain, tidak memperhatikan Arthur sama sekali. Bukannya dia manja, tapi dia masih merasa tidak senang dengan kejadian kemarin. Benar-benar membuatnya kehilangan mood baik.Apalagi jika meng

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Terkena Jebakan

    Dalam ruangan yang cukup terang, Arthur duduk terdiam dengan kepala yang menunduk. Berkali-kali dia memeriksa ponselnya untuk melihat apakah Shela mau membalas pesan darinya. Sayangnya sampai saat ini perempuan itu tidak memberinya pesan apa pun.Perasaannya menjadi tidak nyaman. Dia takut Shela benar-benar marah padanya. Dia sangat paham bagaimana sikap Shela jika sedang marah. Mungkin perempuan itu akan mendiamkannya selama berhari-hari sampai dia merasa jengah sendiri.Selain merasa cemas, Arthur juga merasa tidak enak jika harus meninggalkan Neva seorang diri. Meskipun kondisinya tidak terlalu parah, namun tidak ada siapa pun yang menemaninya. Dia sudah bertanya tentang keluarganya, namun Neva hanya mengatakan jika orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri.Entah itu kebenaran atau kebohongan Arthur tidak bisa melakukan banyak hal. Sebenarnya dia berharap jika Shela akan datang ke sana untuk melihat kondisi Neva. Sekalian untuk menemaninya di sini agar dia tidak ha

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Prinsip

    "Bodoh! Udah lah kamu nggak usah nemuin aku lagi. Buat apa? Apa kamu mau ngasih luka lagi?"Shela berbalik untuk meninggalkan Brian. Dia masih ingat bagaimana dia dulu sangat mencintainya. Sempat dia merasa jatuh setelah mengetahui siapa Brian yang sebenarnya. Untungnya saat itu dia memiliki Arthur.Ya, lagi-lagi Arthur yang terbaik untuknya. Dia tahu bagaimana perasaan Arthur untuknya. Dia sendiri juga memiliki perasaan yang lebih. Tapi entahlah, dia masih merasa takut.Bagaimana jika mereka menjalin hubungan tapi harus kandas di tengah jalan? Lalu pasti setelah itu mereka tidak akan menjadi sedekat sekarang. Sudah banyak kasus seperti itu. Yang awalnya sahabat, lalu berubah menjadi musuh gara-gara putus hubungan.Tidak, itu bukan hal yang dia inginkan. Dia masih nyaman seperti ini. Hanya saja kadang-kadang dia juga merasa takut kalau-kalau nanti Arthur akan memilih wanita lain hanya karena prinsip konyol yang dia pegang.Tapi untuk saat ini dia masih tidak ingin memikirkannya. Biark

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Teman Dekat

    Setelah selesai membeli buku, Shela dan Arthur kembali ke motor. Mereka tidak langsung pulang melainkan mampir terlebih dahulu ke warung bakso kesukaan mereka.Arthur mengendarai motornya dengan santai. Bukan karena dia tidak berani bermain dengan kecepatan, namun karena dia sedang menikmati momen seperti ini. Saat-saat ketika dia bisa begitu dekat dengan Shela.Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di warung bakso yang cukup ramai, lalu terdapat tulisan 'Gepeng' di bagian depannya.Shela dan Arthur segera masuk dan memesan porsi bakso seperti biasa. Mereka juga memilih duduk di tempat kesukaan mereka yaitu tepat di bawah kipas angin."Besok weekend, ada rencana mau kemana?" tanya Arthur."Kosong. Kenapa? Mau ngajak jalan?" Shela tersenyum kuda sambil menatap Arthur. Dia sudah paham jika Arthur bertanya seperti itu pasti ia akan mengajaknya keluar.Arthur mengacak puncak kepala Shela. "Bagus, deh. Aku mau ngajak kamu ke rumah. Udah lama nggak main, 'kan?""Em ... gimana ya?" Sh

  • Temanku Menusukku Dari Belakang   Masa Lalu

    Kembali pada tahun-tahun kuliah, Shela adalah pribadi yang rajin menyapa teman-temannya. Seringkali senyum riangnya membuat wajahnya yang cantik semakin terlihat memesona. Meskipun begitu tetap saja ada orang-orang yang tidak menyukainya.Seperti apa yang terjadi siang ini ketika dia tanpa sengaja menabrak rekan sekelasnya. Hanya masalah kecil, namun pada dasarnya orang itu memang tidak menyukainya."Eh, maaf, nggak sengaja," ucap Shela dengan rasa bersalah. Tangannya terulur untuk membantu Sarah bangkit."Gimana, sih? Kamu kalo jalan yang bener, dong!" Sarah menepis tangan Shela dengan kasar, tidak mau untuk bersentuhan dengannya lebih lama.Shela hendak mengatakan sesuatu tapi tangannya tiba-tiba ditarik dari belakang. Dia menoleh dan mendapati pria tampan yang sedang menatapnya dengan senyum hangat."Udah, biarin aja dia. Yang penting kamu udah minta maaf," ucap pria itu sambil menggandeng Shela pergi.Namanya Arthur, teman akrab Shela sedari SMA. Dia hampir tidak ingat sejak kapan

DMCA.com Protection Status