"Kamu nggak bilang kalau kita mau ketemu seseorang. Kamu cuma bilang kita kencan aja," kata Gisca seraya berjalan berdampingan dengan Saga. Hatinya dipenuhi rasa penasaran, siapa seseorang yang Saga maksud."Aku pun nggak merencanakannya meski tahu dia pasti ada di sini. Beberapa saat yang lalu, aku nggak sengaja melihatnya, jadi rasanya nggak ada salahnya kita menemuinya dulu.”"Masalahnya dia siapa? Aku mau dipertemukan sama siapa?""Sini...." Saga berkata sambil menggandeng tangan Gisca, mengajaknya berjalan lebih cepat, menghampiri seseorang yang baru turun dari mobil mewah. Mobil yang juga parkir di area VIP."Pak Nugraha, tunggu sebentar," ucap Saga setengah berteriak, membuat pria yang Saga panggil itu menoleh.Pak Nugraha? Gisca masih belum bisa menebak siapa orang itu dan apa tujuan Saga mempertemukan mereka.Sementara itu, Nugraha yang datang bersama asisten pribadinya, menatap Saga dan Gisca secara bergantian."Saya memang sudah menduga bahwa Pak Nugraha ada di sini, tapi s
Gisca memang mengakui kemiripan wajah Saga dengan Nugraha, tapi baginya apa yang baru saja terjadi sungguh tidak masuk akal. Terlebih dirinya diberi satu unit apartemen padahal ia dan Nugraha baru satu kali bertemu, bukankah itu sangat berlebihan?Sampai pada akhirnya, Saga berhasil membuktikan kalau Nugraha bukanlah orang yang dibayar untuk berpura-pura menjadi orangtua Saga, melainkan orangtua Saga asli. Gisca melihat dengan mata kepalanya sendiri Nugraha sedang berbincang dengan orang yang Gisca yakini merupakan salah satu kru sebuah film.Tunggu, tunggu ... Gisca rasa pria itu tidak asing baginya. Seketika Gisca teringat saat dirinya dikejar-kejar Saga pada malam hari sepulangnya dari kafe. Gisca ditolong oleh pria itu bahkan sampai diantar pulang.Seandainya pria yang merupakan tim produksi film itu tahu bahwa wanita yang semalam diselamatkannya kini sedang bersama pria ber-hoodie yang dihindarinya, pasti merasa usaha menolongnya sia-sia."Sayang, mau makan dulu atau nonton dulu?
Selama dalam perjalanan menuju ke mes, Saga tak henti-hentinya mendengarkan setiap kata demi kata yang Gisca dan Barra bicarakan. Tangan Saga mengepal tatkala mendengar kalimat-kalimat Barra yang sebagian besar berisi rayuan agar Gisca bersedia melakukan yang pria itu inginkan. Sungguh, Saga ingin cepat-cepat tiba di mes Gisca lalu menghentikan Barra. Bahkan, Barra sangat pantas untuk diberi pelajaran. Bogeman tangan Saga yang penuh amarah contohnya.Tiba di depan gedung Starlight, Saga yang sebelumnya sudah pernah masuk ke kamar mes yang Gisca tempati, tidak kebingungan harus melakukan apa pada situasi seperti sekarang. Ia menemui satpam korup yang pernah mengantarnya. Baguslah karena malam ini satpam tersebut sedang berjaga.Awalnya satpam tersebut menolak lantaran waktu itu langsung mendapatkan peringatan keras dari Barra dan langsung sepakat untuk tidak memperpanjang kasus tentang pembobolan kamar Gisca dengan syarat hal itu tak akan terulang lagi.Namun, bukan Saga namanya kalau
Saga merasa ada sensasi mendebarkan saat diam-diam mendengarkan kalimat-kalimat tak terduga yang keluar dari mulut Gisca saat wanita itu bicara dengan Barra.Saga merasa menemukan sedikit cahaya yang akan memberinya harapan bahwa hubungannya dengan Gisca akan bahagia. Saga juga optimis bahwa Gisca akan jatuh cinta padanya. Cepat atau lambat.Sekarang Saga berhasil membawa Gisca meninggalkan mes, rasa senang dan kesal bercampur menjadi satu. Senangnya ia bisa membawa Gisca pergi dari sana secepat ini. Namun, ia juga kesal pada Barra yang begitu berani melakukan percobaan pemerkosaan pada Gisca.Hampir saja Saga kecolongan. Andai Saga tidak pernah memasang alat penyadap di tas Gisca, entah apa yang terjadi pada Gisca selanjutnya. Mungkin malam ini Barra berhasil memerkosa wanita itu dan Saga akan sangat marah jika itu sungguh terjadi."Ini minum dulu," ucap Saga pada Gisca yang tetap duduk di kursi kemudi. Beberapa saat yang lalu Saga turun sebentar untuk membeli air mineral ke minimark
Tiga minggu sebelumnya….Hari di mana Barra nyaris memaksa Gisca berhubungan badan di mes, Saga menyelamatkan Gisca lalu membawa pacarnya itu ke apartemen Nugraha yang secara otomatis menjadi hak milik Gisca.Setelah berhasil membuat Gisca lebih tenang serta memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja, Saga kembali ke mes Starlight. Karena pengaruh obat bius, Barra tentu saja masih berada di lantai dengan posisi sama tanpa mengenakan atasan.Saga kemudian tanpa ragu langsung membuka bawahan yang Barra kenakan juga, sehingga pria itu tidak mengenakan sehelai benang pun. Saga lalu mengabadikan pemandangan tak biasa itu dalam bentuk foto maupun video. Ia akan mengancam Barra menggunakan foto dan video tersebut sehingga Barra bukan hanya berhenti mengganggu Gisca, tapi juga berhenti berhubungan dengan wanita itu lagi.Saga rasa apa yang ia lakukan sungguh berhasil karena setelah itu Barra tak pernah mengganggu Gisca lagi.Sampai hari ini setelah tiga pekan berlalu, Saga benar-benar tidak p
Gisca tak menyangka dirinya bukan hanya memulai lebih dulu untuk berciuman dengan Saga, melainkan mempersilakan pria itu juga untuk membalas ciumannya sehingga ciuman panas yang menggebu-gebu pun terjadi.Anehnya, Gisca tidak menyesal. Ia malah sangat menikmati permainan bibir sekaligus lidah Saga yang begitu lihainya membuat Gisca seakan melayang, padahal ini hanya berciuman, belum sampai aktivitas panas yang lebih dari sekadar bersentuhan bibir. Dari situ Gisca sadar betul betapa berpengalamannya Saga melakukan ciuman bibir.Di saat Barra merasa berciuman dengan Gisca lebih mendebarkan dibandingkan dengan Riana. Jujur, tak bisa dimungkiri kalau Gisca malah merasa berciuman dengan Saga justru lebih mendebarkan daripada dengan Barra, padahal ini bukan pertama kalinya Gisca berciuman dengan Saga.Ya, malam saat Gisca datang ke hotel tempat Saga menginap, malam di mana mereka resmi berpacaran, saat itu Saga sempat memaksa berciuman dengan Gisca. Apa karena saat itu Gisca melakukannya de
Meeting dadakan yang Riana dan seluruh tim Selingkuhan Suamiku berjalan dengan lancar. Rupanya jadwal syuting dimajukan dan itu artinya segalanya harus dipersiapkan semaksimal mungkin. Riana berusaha terus berinteraksi dengan lawan mainnya untuk membangun chemistry.Tanpa Riana ketahui sebenarnya meeting tersebut atas permintaan Nugraha, yang berawal dari keinginan Saga. Jadi bukan kebetulan Riana harus pergi meninggalkan Gisca di apartemennya, melainkan Saga mengatur segalanya untuk bisa terus bersama Gisca.Riana tidak tahu Barra baru saja datang untuk menemui Gisca di sana, tapi gagal lantaran ada Saga. Riana bahkan belum tahu kalau Barra terlibat kecelakaan setelahnya.***Saga memutar balik mobilnya untuk mencari jalanan alternatif. “Sepertinya di depan baru terjadi kecelakaan yang lumayan serius. Kita nggak mungkin macet-macetan jadi aku sengaja putar balik,” jelas Saga sebelum ditanya. “Sayang banget padahal tinggal dikit lagi kita nyampe. Padahal aku udah pengen banget nyampe
"Barra kecelakaan, Gis."Kalimat Riana di ujung telepon sana seakan terus terngiang di telinga Gisca. Bahkan saat dirinya sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit dengan diantar oleh Saga. Saga yang awalnya menolak, tapi Gisca meyakinkan dirinya pergi ke rumah sakit demi Riana, bukan serta-merta demi Barra semata.Sampai pada akhirnya, di sinilah Gisca berada saat ini. Ia masuk lebih dulu, sedangkan Saga akan menyusul karena harus memarkirkan mobil sebentar.Sungguh, Gisca tidak bohong bahwa dirinya cepat-cepat datang bukan semata-mata karena khawatir pada Barra, melainkan juga khawatir pada Riana yang pastinya sangat sedih.Dari sekian banyak orang yang Riana kenal, wanita itu lebih memilih Gisca sebagai orang yang pertama kali diberi tahu tentang kecelakaan yang Barra alami. Untuk itu Gisca merasa perlu berada di samping wanita yang kini sudah benar-benar menjadi sahabatnya itu.Begitu tiba di depan ruang operasi operasi, Gisca melihat Riana sedang duduk sendirian sambil menunduk s