Beranda / Romansa / Teman tapi Khilaf / Bab 3 - Mau Ngamar dulu?

Share

Bab 3 - Mau Ngamar dulu?

Penulis: Aggiacossito
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-19 00:37:26

Entah pria gila dari mana yang Gisca tengah hadapi saat ini, yang pasti ia masih tidak habis pikir ada pria yang berstatus sebagai 'pacar orang' kini terang-terangan sedang berusaha mendekatinya.

Parahnya lagi, Saga adalah pacar dari Sela. Teman Gisca sendiri! Bukankah sangat tidak waras pria itu berusaha merayunya?

Ya, apa namanya kalau bukan merayu? Dasar playboy sinting!

Percuma tampan kalau ketampanannya digunakan untuk hal kotor seperti itu.

Gisca tentu jangan sampai terbuai. Persetan dengan wajah tampan dan tubuh yang sempurna. Seharusnya ia tidak boleh tergoda. Sangat tidak boleh!

Saat ini, tidak peduli hari sudah malam, selagi Sela belum pulang, Gisca menunggu panggilannya diangkat oleh Saga. Tentunya ia menghubungi nomor Saga yang tertera di balik kertas tadi.

"Halo, dengan Saga di sini," sapa Saga di ujung telepon sana yang sangat sok imut.

"Kamu gila?! Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?" kesal Gisca tanpa mau berbasa-basi.

"Wah, sepertinya aku tahu siapa yang menelepon," balas Saga. "Sejujurnya aku agak kecewa, kenapa baru menghubungi sekarang padahal aku pergi dari tadi sore? Apa kamu baru menemukan dompetku?"

"Sial. Balikin dompet aku sekarang juga!"

"Tentunya kamu harus balikin dompetku juga dong," jawab Saga santai.

"Sebenarnya maksud kamu apa, sih, ngelakuin hal sekonyol ini? Apa kamu nggak mikir ... apa jadinya kalau yang menemukan dompetnya itu Sela? Dia pasti mikir yang nggak-nggak."

"Aku cuma lagi iseng aja, ngisi waktu luang dengan cara mengenal kamu lebih dekat," jawab Saga tanpa merasa berdosa. "Kamu bilang gimana kalau Sela yang nemuin? Hmm, tapi kenyataannya kamu yang nemuin, kan? Bukan Sela."

"Kamu pasti beneran nggak waras. Aku ini teman Sela. Kenapa kamu begini?"

"Loh, memangnya kenapa kalau kamu teman dari pacarku? Bukankah bagus."

"Apa? Bagus kamu bilang?"

"Iya bagus. Kenapa? Kamu mau lapor sama Sela kalau aku begini? Silakan aja kalau mau mencari masalah."

Gisca terdiam. Memang sempat terbesit keinginan untuk menceritakan apa yang dialaminya pada Sela, tapi Gisca tidak siap dengan risiko terburuk. Sekalipun menceritakan yang sebenarnya terlebih dirinya tidak salah, tetap saja Gisca takut perasaan Sela pada Saga bisa mempengaruhi jalan pikiran wanita itu.

Ya, bagaimana jika Sela lebih percaya Saga? Kalau sudah begini, harus bagaimana? Gisca jadi galau sendiri.

"Diam artinya lagi mikir. Dan aku yakin kamu setuju kalau kita ketemu lagi," tambah Saga.

Baiklah, Gisca akan menganggap pertemuannya dengan Saga untuk menukar dompet merupakan terakhir kalinya mereka bertemu.

Gisca merasa Saga adalah tipe pria yang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, terbukti pria itu bisa-bisanya memiliki ide menukar dompet agar mereka bertemu lagi.

Ah, andai saja di dompetnya hanya berisi uang saja, Gisca mungkin memilih mengikhlaskannya sekalipun dirinya tidak kaya. Masalahnya adalah ... terdapat barang-barang berharga seperti kartu-kartu identitas yang akan ribet mengurusnya jika sampai kehilangannya. Sungguh, Gisca tidak mau membuang waktu hanya untuk mengurus hal-hal seperti itu.

"Foto KTP kamu cantik juga, ya?" Suara Saga kembali membuyarkan lamunan Gisca. "Eh, tapi aslinya lebih cantik, sih."

"Berisik! Enggak usah banyak omong deh. Mending kasih tahu kapan bisa balikin dompetku."

"Secepatnya dong. Bila perlu, sekarang juga bisa."

"Kamu gila?" Sumpah demi apa pun Gisca masih tidak menyangka beginilah sifat Saga, padahal tadi pria itu tidak menunjukkan gelagat mencurigakan.

"Entah berapa kali kamu nyebut aku gila. Gimana kalau kamu ikutan gila juga, nemenin aku. Jadi kita gila sama-sama."

"Dasar sinting!"

Saga malah tertawa.

"Aku tunggu di basemen sekarang. Sebelum KTP punyamu aku daftarin pinjol." Saga masih terkekeh. "Buruan sekarang juga, sebelum Sela pulang."

Mengecek isi dompet Saga, Gisca ingin mengumpat saat tidak menemukan satu kartu identitas pun. Rupanya pria itu sangat niat sehingga hanya meninggalkan uang dan catatan saja.

"Dasar licik!" kesal Gisca. "Mau kamu itu apa, sih? Kamu udah punya pacar, ngapain masih ngerayu aku?"

"Ayo, aku tunggu. Aku udah sampai basemen nih." Saga sengaja mengabaikan pertanyaan Gisca.

"Gimana kalau kita ketemu Sela?"

"Itu sebabnya dari tadi aku bilang buruan, sebelum Sela pulang. Hmm, atau kamu mau dompetnya nginep di aku?"

"Astaga." Gisca terpaksa mengambil jaket yang digantung di kamar Sela. "Tunggu sebentar. Aku turun sekarang. Tapi aku cuma mau tukeran dompet aja, ya. Udah itu doang."

"Lah, memangnya mau ngapain lagi selain tuker dompetApa mau ngamar dulu? Aku yakin untuk sekarang kamu belum mau."

Gisca tidak menjawab pertanyaan Saga yang semakin melantur. Ia memilih memutus sambungan telepon mereka lalu bergegas menuju basemen, sambil berharap-harap cemas semoga Sela masih di kantornya. Ya, setidaknya sampai Gisca kembali ke kamar, Sela jangan sampai pulang dulu.

Sampai pada akhirnya, di sinilah Gisca berada. Di dalam sebuah mobil yang dikemudikan oleh Saga.

Tadi saat Gisca baru tiba di basemen, sebuah mobil langsung mendekat padanya. Pintu mobil pun dibuka dan Gisca dipersilakan masuk. Ah, lebih tepatnya diancam, jika tidak masuk secepatnya dikhawatirkan Sela memergoki mereka. Untuk itu Gisca terpaksa menuruti permintaan Saga untuk duduk di samping pria itu.

"Sebenarnya kita mau ke mana? Kita hanya perlu tukeran dompet, kenapa nggak di sana aja?"

Sambil menyetir dengan tenang, Saga menjawab, "Kamu serius mau ketahuan sama Sela? Dia hafal mobilku loh. Enggak lucu, kan, saat kita tukeran dompet ... Sela tiba-tiba mendekat dan memergoki kita."

"Sial. Kita nggak lagi berbuat hal vulgar. Justru kamu yang salah di sini. Bisa-bisanya kamu ngelakuin ini ke teman pacarmu yang bahkan baru kamu temui hari ini. Sumpah ya, aku nggak ngerti sama jalan pikiran kamu."

"Lagi berbuat vulgar atau nggak, tetap aja bahaya kalau Sela memergoki kita. Lagian tenang aja, kita nggak akan ke mana-mana, kok. Ini sekarang lagi putar balik."

"Mana dompetku?" tanya Gisca cepat.

"Sabar dong."

"Mana? Cepetan?"

"Ternyata kamu nggak sabaran ya." Sejenak Saga merogoh saku hoodie-nya. "Nih."

Secepatnya Gisca langsung mengambil alih dompetnya. Ia juga tanpa ragu langsung meletakkan dompet Saga secara sembarang di dasbor. Dan di saat yang bersamaan, ponsel Gisca bergetar tanda ada panggilan masuk.

Gawat! Itu dari Sela!

Bab terkait

  • Teman tapi Khilaf    Bab 4 - Foto Vulgar

    "Sela nelepon. Sebaiknya aku turun aja deh. Urusan kita udah selesai, bukan?""Tanggung, sebentar lagi sampai. Kamu jawab telepon saat mobilku berhenti, ya. Jangan sampai dia mendengar kalau kamu lagi dalam perjalanan."Tak lama kemudian, Saga memberhentikan mobilnya tepat di depan apartemen. Ponsel Gisca pun sudah tidak bergetar lagi, layarnya bertuliskan ada satu panggilan tak terjawab.Tentu saja Gisca bersiap turun, tapi Saga malah menahannya."Kenapa lagi?""Sela pasti nelepon lagi. Jawab di sini aja. Kalau dia udah tiba di apartemen, bilang aja kamu habis beli sesuatu ke minimarket sambil sekalian jalan-jalan cari angin."Ternyata memang benar, rupanya Sela kembali menelepon Gisca. Sebelum mengangkatnya, Gisca menarik napas sejenak. Berusaha tenang, jangan sampai gugup apalagi terdengar mencurigakan."Jawab setenang mungkin. Biasa aja," tambah Saga.Gisca tidak menjawab perkataan Saga. Ia memilih menggeser layar ke warna hijau sekarang juga."Halo, Gisca?" sapa Sela di ujung tel

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Teman tapi Khilaf    Bab 5 - Liciknya Saga

    Berawal dari kecurigaan Saga pada Sela yang belakangan ini sulit dihubungi. Ralat, dihubungi memang bisa, tapi hubungan mereka tidak seperti biasanya.Mereka memang tidak sedang bertengkar, saat menelepon pun masih sayang-sayangan. Namun, Saga merasa Sela sedang menjaga jarak bahkan menjauhinya.Saat Saga menelepon Sela untuk mengajak bertemu, dengan tegas Sela mengatakan tidak bisa lantaran sibuk bekerja. Selalu begitu. Pulang kerja pun Sela berdalih lelah.Baik, sebelum mereka berpacaran pun sebenarnya Sela sudah bekerja, tapi wanita itu biasanya masih bisa menyempatkan waktu untuk bertemu. Sekarang hampir satu tahun hubungan mereka, Sela benar-benar lebih dari sekadar sibuk sampai-sampai selalu menolak jika diajak menghabiskan waktu bersama. Intensitas pertemuan mereka sudah semakin jarang, terakhir Saga bertemu Sela yaitu sekitar seminggu yang lalu.Terkadang Saga sengaja mendatangi apartemen Sela untuk sekadar beristirahat atau menunggu pacarnya itu.Jika Sela pulang kerja Saga m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Teman tapi Khilaf    Bab 6 - Pertemuan Tak Terduga

    Gisca yakin, ada yang tidak beres dari otak Saga! Ya, orang normal mana mungkin melakukan apa yang Saga lakukan?Gisca secepatnya sadar agar berhenti memikirkan pria sinting itu. Ia akan mencari cara untuk lepas dari Saga tanpa menimbulkan kegaduhan, terutama jangan sampai Sela tahu.Menurut Gisca, memberi tahu Sela adalah opsi terakhir. Untuk sementara ia akan mencari cara dulu supaya bisa melepaskan diri."Enak, kan?" tanya Sela pada Gisca, saat ini mereka sudah ada di apartemen Sela dan tengah menikmati jajanan yang beberapa menit lalu mereka beli bersama-sama."Lumayan juga. Enak tapi kalau tiap hari bahaya," balas Gisca.Sela terkekeh. "Aku juga nggak tiap hari, kok. Nanti timbangan naik banyak baru menyesal."Sejenak Gisca menoleh pada kantong belanjaan berisi makanan dan minuman ringan yang Saga berikan. Sial, hal itu otomatis membuatnya teringat pria gila itu lagi.Gisca memang belum memblokir nomornya. Sedari tadi pun berusaha mengenyahkan segala hal tentang Saga dalam pikira

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Teman tapi Khilaf    Bab 7 - Tempat yang Aman

    Usianya 31 tahun. Dokter perusahaan. Ya, setidaknya itu informasi yang Gisca ketahui tentang pria bernama Barra. Pria yang saat ini berjalan di sampingnya.Awalnya Gisca berpikir kalau Barra bisa jadi orang suruhan Saga yang mungkin semakin menjerumuskannya pada pria sinting itu. Namun, saat Barra memintanya untuk ikut ... Gisca seolah terhipnotis sehingga mengikuti langkah pria itu.Entah mengapa sebagian dari dirinya yakin kalau Barra bukanlah pria jahat. Terbukti saat mereka berjalan, di sepanjang perjalanan banyak karyawan Starlight yang menyapa Barra dengan penuh hormat dan dibalas dengan hangat oleh pria itu.Konyol juga kalau Barra berkomplot dengan Saga. Bukankah sangat kurang kerjaan?Namun terlepas dari itu, Gisca berusaha tetap waspada. Ia tidak boleh percaya sepenuhnya pada Barra.Melewati pintu belakang, Gisca dibawa ke salah satu mobil yang terparkir di sana. Gisca jadi baru tahu ternyata di belakang juga ada tempat parkir.Sampai pada akhirnya, Gisca sudah duduk di kurs

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Teman tapi Khilaf    Bab 8 - Kenapa Kamu Menghindariku, Sayang?

    Ketika dihadapkan dengan dua pilihan antara memaksa pulang dengan risiko diikuti oleh pria sinting, atau ikut dengan pria asing dengan cover baik ... sebenarnya Gisca tidak sepenuhnya yakin apakah keputusan yang dipilihnya tepat.Namun, di sinilah Gisca sekarang. Ia masih berada di kursi penumpang dan saat ini Barra sedang menyetir dengan tenang meskipun Saga terus mengikuti mereka.Barra bilang, Gisca akan dibawa ke tempat aman. Tempat yang tidak akan bisa didatangi oleh Saga. Dan Gisca berusaha percaya. Hanya itu yang bisa Gisca lakukan sekarang.Katanya, apa yang dipikirkan dan tanamkan di otak, itulah yang kemungkinan akan terjadi. Seperti sugesti. Untuk itu, Gisca akan menanamkan di otak bahwa Barra tidak seburuk Saga. Barra adalah orang baik yang kebetulan dikirim Tuhan untuk menolongnya.Untuk kesekian kalinya Gisca melirik kaca spion, dan mobil Saga masih setia membuntuti mereka. Gisca bertanya-tanya, terlepas dari tempat aman yang Barra sebutkan, sebenarnya pria itu akan memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Teman tapi Khilaf    Bab 9 - Farra

    Hanya satu kalimat pertanyaan via chat seperti itu saja membuat Gisca ketakutan.Belum hilang kepanikan dan rasa takut Gisca, layar ponselnya berganti tampilan lantaran ada panggilan masuk diikuti getarannya.Ekspresi takut Gisca berubah menjadi penuh frustrasi. Bukan ... yang meneleponnya bukanlah Saga, melainkan Rumina."Iya?" sapa Gisca hati-hati."Kamu udah kerja?"Sungguh pertanyaan yang sangat to the point, tanpa basa-basi."Belum, Bu. Interview-nya diundur. Baru hari ini, bukan kemarin.""Masa bodoh, nggak peduli mau kapan aja, yang penting kamu kerjanya kapan? Gajiannya setiap tanggal berapa? Kapan mulai kirim uang?"Astaga...."Pengumuman penerimaannya aja belum, mending Ibu doain aja supaya aku diterima.""Kapan pengumumannya?" cecar Rumina terus."Paling lambat lusa, Bu. Sekarang pun aku mau pulang dulu, sambil nunggu pengumuman. Lagian barang-barangku masih di rumah.""Buang-buang ongkos aja. Seharusnya kamu bawa sekalian barang-barangnya!" marah Rumina. “Udah tahu keuanga

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Teman tapi Khilaf    Bab 10 - Gadis Susah diatur!

    Barra sempat terdiam selama beberapa saat, sampai kemudian ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi.“Farra itu?” Gisca bertanya karena Barra terus bungkam.Berbagai kejadian seperti berputar dalam otak Barra. Bagai kilasan film yang bergantian menayangkan adegan demi adegan di masa lalu. Satu hal yang pasti. Ia tidak siap menceritakannya."Apa yang terjadi padanya itu sesuatu yang buruk. Sangat buruk. Lebih buruk dari yang kamu alami," sambung Barra.Ada kepedihan sekaligus dendam dari nada bicara Barra, yang membuat Gisca tahu diri untuk berhenti bertanya lebih detail."Untuk itu saya ingin menyarankan agar kamu jangan tinggal di kota ini," tambah Barra.Gisca terkejut. "Apa?""Saya tahu saya terkesan lancang dan ikut campur urusan pribadi kamu. Tapi itu lebih baik daripada kamu harus terlibat dengan pria gila seperti Saga.""Tapi aku ingin kerja di Starlight, Pak," kata Gisca. "Selain itu, Bapak pikir ini adil? Saga yang jahat, kenapa aku yang harus mengorbankan harapanku untuk be

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Teman tapi Khilaf    Bab 11 - Neraka Berkedok Rumah

    Dasar pembohong!Dua kata itulah yang ingin Gisca sematkan pada Barra. Bagaimana tidak, pria itu secara tegas berkata tidak akan peduli pada Gisca, bahkan mengatakan tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu karena menurutnya Gisca susah diberi tahu.Namun, apa yang Barra lakukan sekarang? Setelah kembali dari klinik, pria itu memaksa mengantar Gisca sampai rumah. Padahal Gisca berpikir dirinya hanya akan diantar sampai stasiun saja karena Saga sudah tidak mengintainya lagi, tapi Barra tetap memaksa mengantar sampai rumah tanpa peduli jaraknya cukup jauh.Tentunya penolakan yang Gisca lakukan pun akan percuma, akhirnya daripada berdebat, ia memutuskan setuju untuk diantar oleh Barra. Apalagi hari sudah malam. Gisca tidak menyangkal kalau ia merasa aman saat diantar pulang oleh Barra.Setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam melalui jalur bebas hambatan, kini mereka sudah berada di depan pintu masuk gapura perumahan tempat tinggal Gisca.“Tolong sampai sini aja, Pak,” pinta

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25

Bab terbaru

  • Teman tapi Khilaf    Extra Part 2

    Kemenangan Gisca dan Saga sebagai pasangan terfavorit maupun Riana sebagai pemeran utama terbaik serta semua pemenang lainnya sama sekali bukanlah rekayasa, melainkan murni hasil akumulasi dari penilaian juri khusus serta voting secara umum.Gia TV dan khususnya penanggung jawab acara serta tim kreatif sama sekali tidak pernah merencanakan tentang Gisca, Saga dan Riana akan berada dalam satu frame sekalipun tahu hal itu bisa membuat rating melonjak tinggi.Memang benar kehadiran mereka bertiga sebelumnya sudah digadang-gadang menjadi sasaran empuk media sebagai bahan pemberitaan, itu sebabnya beberapa pemburu berita sudah mengantisipasi untuk terus memperhatikan gerak-gerik mereka di tempat duduk masing-masing, berjaga jika sewaktu-waktu ada interaksi antara mereka.Namun, tidak pernah ada yang menduga ternyata Gisca malah yang pertama membuka ‘pintu’ komunikasi antara mereka. Ya, permintaan maaf Gisca dalam pidato kemenangan sudah pasti ditujukan untuk Riana. Hal itu membuat tim krea

  • Teman tapi Khilaf    Extra Part - 1

    Kesuksesan Teman tapi Khilaf membawa nama Gisca dan Saga menjadi pasangan paling hits dan favorit pada beberapa bulan belakangan ini. Padahal mereka bukan artis, tapi mereka terkenal selayaknya pasangan artis. Dulu, posisi tersebut sempat diraih oleh Riana dan Barra saat mereka baru menikah.Memang benar bahwa roda itu berputar tanpa bisa ditebak. Mungkin sebelumnya Gisca dan Saga pernah berada di posisi yang membuat siapa pun bisa terpuruk bahkan hancur. Dan kini roda mereka telah berputar. Namun terlepas dari itu, baik Gisca maupun Saga menanggapinya dengan tidak berlebihan. Mereka bersikap apa adanya sebagai pasangan yang bahagia.Dalam kata lain, dengan predikat pasangan paling hits atau tanpa predikat tersebut, situasinya akan tetap sama, bahwa Gisca adalah istri yang terbaik bagi Saga. Begitu juga sebaliknya bahwa Saga merupakan suami terhebat bagi Gisca.Selain menjadikan mereka pasangan ter-hits, Teman tapi Khilaf juga membuat Gisca dan Saga masuk ke salah satu nominasi dalam

  • Teman tapi Khilaf    Bab 85 - Akhir Kisah

    Saat ini Riana baru saja menikmati makan malam bersama Romeo. Romeo yang menyempatkan mampir ke rumah Riana padahal sedang sibuk-sibuknya memproduksi sebuah film. Ah, bahkan Riana juga sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk syuting drama series yang akan dimulai beberapa hari lagi di Bali. Apa makan malam ini bisa mereka anggap sebagai bentuk saling menyemangati kesibukan masing-masing? Atau jangan-jangan sebagai pelepas rindu karena bisa jadi setelah ini mereka akan jarang bertemu akibat kesibukan tersebut.Namun yang pasti, status mereka belum berubah sedikit pun dari yang tadinya sutradara-cast menjadi teman. Ya, mereka masih teman sekalipun interaksi mereka seperti orang pacaran.“Respons orang-orang tentang Teman tapi Khilaf lumayan juga ya, Mas,” kata Riana.“Iya, tim produksi pun udah mulai dibentuk dan merencanakan banyak hal untuk film-nya. Cuma belum tahu juga waktu pastinya karena saya masih harus mengerjakan film lain.”“Mas Romeo yang akan menjadi sutradaranya?”Romeo

  • Teman tapi Khilaf    Bab 84 - Semoga

    Tuti itu cantik khas kembang desa. Tidak kalah cantik dari Riana atau Gisca. Selain itu, Tuti sudah banyak membantu Barra semenjak pria itu menjadi Yanto sehingga bisa beradaptasi dengan hidup barunya itu. Namun, Barra masih tak habis pikir dengan perkataan Tuti yang ingin membatalkan pernikahan dengan sang pacar demi seorang Yanto yang secara status bukan siapa-siapa. Hanya mas-mas penjual bakso yang tidak terlalu good looking.Tuti memang jujur atau hanya sedang membual seperti yang pernah Barra lakukan untuk membuat Gisca terbuai? Barra tidak tahu. Dan konyolnya Barra yang sebenarnya tidak memiliki perasaan apa-apa pada Tuti, beberapa hari ini mendadak terus memikirkan wanita itu. Apa Tuti berhasil membuatnya terbuai?Barra tahu betul bahwa tidak seharusnya ia mempertimbangkan ajakan Tuti untuk menjalin hubungan, karena sama saja ia menjadi orang ketiga dalam hubungan Tuti dengan calon suaminya. Barra tak mau jadi perusak hubungan atau perebut pacar orang. Sialnya, Barra yang norma

  • Teman tapi Khilaf    Bab 83 - Dejavu

    “Apa yang akan terjadi kalau Mas Barra tidak melarikan diri dan memalsukan kematiannya?”“Kenapa tiba-tiba nanya itu?” Saga balik bertanya pada istrinya.Gisca sendiri tidak tahu alasan pastinya. Ya, pertanyaan barusan benar-benar lolos begitu saja. Apa mungkin karena mereka baru saja melihat liputan Riana saat menaburkan bunga di lautan? Entahlah. Berita tentang aktivitas Riana tersebut tak henti-hentinya berseliweran sehingga mengundang pembahasan orang-orang, tak terkecuali Gisca dan Saga yang memang tahu fakta sebenarnya.“Kamu tahu sendiri pembahasan ini pasti larinya ke situ lagi,” sambung Saga.“Ya. Aku tahu pembahasan ini otomatis akan mengingatkan kita pada sesuatu yang sepakat kita lupakan. Tapi serius, aku udah sepenuhnya berdamai dengan keadaan. Aku juga udah memaafkan diri sendiri tentang kesalahan bodohku. Itu sebabnya aku bisa se-santai ini saat membahasnya,” jelas Gisca. “Aku juga udah nggak dihantui penyesalan dan rasa bersalah yang sempat aku rasakan terutama perasaa

  • Teman tapi Khilaf    Bab 82 - Cinta dan Gairah #2

    Di saat Gisca dan Saga menjalani hidup baru dengan bahagia dan bahkan hendak menerbitkan novel Teman tapi Khilaf, berbeda dengan Riana yang sedang menikmati peran gandanya sebagai new mom sekaligus aktris yang disibukkan dengan proyek film terbarunya, yang akan menjadi film keduanya setelah kesuksesan Selingkuhan Suamiku.Selain itu, Riana masih menerima tawaran untuk membintangi beberapa iklan, promosi berbayar di Instagram dan terutama tanggung jawabnya sebagai brand ambasador Starlight.Itu sebabnya Riana baru sempat mendatangi lautan tempat ditemukannya barang-barang pribadi milik mantan suaminya. Sebenarnya Riana tak punya kewajiban datang apalagi sampai membawa bunga untuk ditaburkan. Namun, ia merasa perlu melakukannya.Dengan didampingi oleh manajernya, Riana baru saja turun dari kapal dan bersiap kembali ke mobilnya. Setidaknya apa yang dilakukannya hari ini akan menjadi salam perpisahan terakhirnya untuk pria yang pernah sangat dekat dengannya, yang kemudian menjelma menjadi

  • Teman tapi Khilaf    Bab 81 - Cinta dan Gairah

    Berkat kerja sama yang serius tapi menyenangkan antara penulis ternama Sakina Adriana dengan Gisca dan Saga sang pemilik kisah, dalam beberapa bulan novel Teman tapi Khilaf akhirnya selesai ditulis. Novel tersebut bahkan sudah siap untuk dicetak atau diterbitkan. Hanya tinggal satu langkah terakhir untuk memastikannya.Novel itu akan terbit di bawah naungan Penerbit Aluna, tempat Sakina menerbitkan novel-novelnya. Saat ini Gisca menatap novel di tangannya. Dengan cover romantis menggunakan gambar asli dirinya dengan Saga, benar-benar membuat Gisca merasa terharu. Seumur hidupnya, Gisca tak pernah membayangkan akan ada novel yang dirinya sendiri sebagai pemeran utamanya.“Novel ini nggak mungkin selesai kalau bukan Bu Sakina yang menulisnya,” kata Gisca. “Jujur, sejak awal Bu Sakina itu udah menjadi pendengar yang baik dan nggak heran bakalan sukses menuliskan apa yang Bu Sakina dengar dari kami sehingga sekarang udah menjadi novel setebal empat ratusan halaman ini,” kata Gisca. “Untuk

  • Teman tapi Khilaf    Bab 80 - Perempuan Incaran Saga

    “Dia adalah siapa?” tanya Gisca tak sabaran. Bisa-bisanya Saga malah menggantung kalimatnya padahal Gisca sudah sangat penasaran.“Barra belum meninggal,” kata Saga dengan santainya, seolah apa yang dikatakannya bukanlah hal besar.Berbeda dengan Saga yang santai, justru Gisca sangat terkejut. Jujur saja, berita meninggalnya Barra yang belakangan ini mencuat tidak membuatnya senang maupun sedih, tapi tetap saja fakta jika pria itu masih hidup mengejutkan baginya.“Lalu kenapa kalau belum meninggal? Kamu mau mempertemukanku dengannya? Apa orang yang akan kita temui adalah dia?” tanya Gisca setelah menstabilkan ekspresinya.“Tentu bukan. Untuk apa aku mempertemukanmu dengannya? Menurutku, Barra sudah menjadi bagian dari masa lalu. Baik masa lalumu maupun masa laluku. Meskipun aku tahu dia masih hidup, aku merasa nggak ada gunanya untuk berurusan dengannya lagi,” jelas Saga.“Tapi bagaimana bisa? Sedangkan berita yang beredar….”“Dia memanipulasi keadaan dengan memalsukan kematiannya. Se

  • Teman tapi Khilaf    Bab 79 - Dia Adalah....

    Saat Gisca dan Saga menjalani kehidupan yang bahagia sambil perlahan melupakan skandal yang pernah terjadi, sementara itu Riana tidak jauh berbeda. Wanita itu sangat nyaman dengan kehidupannya bersama putri semata wayangnya, Raline.Seiring berjalannya waktu, Riana sudah belajar lebih banyak tentang berdamai dengan keadaan. Ia yang awalnya seolah hanya diam demi menjaga reputasinya, kini mulai menyadari bahwa langkah yang diambilnya adalah paling tepat.Riana sadar, seandainya ia mengamuk atau membalas dendam, hal itu hanya akan membuang-buang energinya lantaran tidak akan mengubah kenyataan. Itu sebabnya ia mantap untuk menganggap semua yang terjadi padanya adalah ujian dalam hidupnya. Ia juga tidak akan menyesali apa pun lagi.Sekarang, yang Riana tahu Barra sudah meninggal. Sejujurnya terkadang ia tak pernah membayangkan hubungannya dengan Barra berakhir begini. Namun, Riana tak bisa berbuat apa-apa kalau sudah berurusan dengan takdir. Dan satu hal yang pasti, jika suatu saat nanti

DMCA.com Protection Status