Beranda / Romansa / Teman tapi Khilaf / Bab 2 - Jebakan Permulaan

Share

Bab 2 - Jebakan Permulaan

Penulis: Aggiacossito
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-19 00:36:49

Gisca sangat terkejut. Namun, detik berikutnya Gisca mulai waspada, diambilnya guling yang ada di kasur untuk berjaga-jaga siapa tahu pria itu bermaksud macam-macam padanya.

Gisca mulai bepikir, siapa pun pria di hadapannya ini, sangat jelas pria tersebut memiliki akses masuk ke apartemen Sela. Jadi sudah pasti ini adalah orang yang Sela kenal.

Atau jangan-jangan ... pria di hadapan Gisca ini adalah pacar Sela? Hanya itu kemungkinan yang paling masuk akal mengingat apa yang hendak pria itu lakukan cenderung mengarah pada hal vulgar. Gisca yakin, pria ini salah mengira kalau dirinya adalah Sela.

"Tunggu, tunggu ... seharusnya aku yang nanya begitu. Kamu siapa dan kenapa bisa ada di kamar ini?" tanya sang pria.

Sial … kenapa pria itu harus top-less, sih? Jujur, ini kali pertama Gisca melihat pemandangan sialan begini secara langsung. Selama ini ia terbiasa melihatnya di serial drama favoritnya. Dan Gisca refleks menelan ludahnya.

Apa Tuhan memang terkadang sengaja memberikan anugerah ganda pada seseorang? Bagaimana tidak, pria itu sudah memiliki tubuh yang bagus, perutnya kotak-kotak bak roti sobek, ditambah lagi paras yang sangat tampan. Postur tubuhnya pun sangat proporsional sehingga cocok dijadikan model.

"Maaf, sebenarnya kamu siapa?" ulang pria itu.

"A-aku teman Sela." Gisca masih merasa gugup. Namun, ia sudah meletakkan guling ke tempat semula karena sepertinya pria itu tidak akan macam-macam, jadi Gisca tak perlu memukulnya untuk membela diri.

"Jadi kamu teman Sela?"

Gisca mengangguk. Sejujurnya masih ada perasaan syok dengan apa yang baru saja terjadi.

"Sebelumnya sori. Aku nggak tahu kalau kamu ada di sini. Aku kira kamu Sela. Padahal jelas-jelas Sela udah bilang hari ini sibuk banget banyak kerjaan, tapi aku tetap ngira kamu Sela. Apalagi kamu pakai baju Sela."

Gisca masih melongo. Dugaannya benar kalau pria di hadapannya ini pasti salah mengira.

"Oh iya, hampir lupa. Kenalin ... aku Saga, pacar Sela."

Benar lagi dugaan Gisca! Itu pacar Sela!

Memiliki pacar adalah hal normal. Namun, Gisca masih tidak menyangka kalau kehidupan asmara Sela sebebas ini. Pria bernama Saga ini jelas-jelas tadi hendak melakukan hal yang lebih dari sekadar memeluk di ranjang. Semua orang 'dewasa' pasti tahu kelanjutannya akan bagaimana.

"Sumpah demi apa pun, aku nggak bermaksud melakukan hal yang lancang sama kamu," tegas Saga. "Andai tahu ada teman Sela sendirian di sini, aku pasti nggak akan datang," sambungnya.

Tentu saja tanpa dijelaskan pun Gisca sudah tahu ini hanya salah paham dan Saga tidak punya maksud berbuat tak senonoh padanya. Untuk itu, Gisca tidak punya alasan untuk mempermasalahkan apalagi marah pada pria itu.

Selain itu, ada hal yang lebih konyol. Ya, bohong jika Gisca tidak terpesona pada ketampanan Saga. Namun tentu saja ia harus sadar diri dan ingat status hubungan Saga dengan Sela.

"Sadar, Gis! Sadar!"

Ya, Gisca harus secepatnya sadar, jangan jadi teman yang tidak tahu diri. Sekalipun hanya terpesona dalam hati, itu tetap tidak boleh.

"Maaf? Kamu dengar apa yang aku katakan?"

Lamunan Gisca seketika buyar. "Eh?"

Sial, untuk apa Gisca melamun di saat seperti ini?

"Dengar, kok. Aku ngerti ini murni ketidaksengajaan," sambung Gisca.

"Ya, apa yang barusan terjadi ... itu kecelakaan," balas Saga.

Belum sempat Gisca menjawab lagi, suara ponsel otomatis menghentikan pembicaraan mereka. Rupanya itu berasal dari ponsel milik Saga yang diletakkan di meja seberang tempat tidur.

"Sela," gumam Saga.

"Sela nelepon?" tanya Gisca spontan. Entah kenapa ia jadi deg-degan berlebihan, padahal ini murni ketidaksengajaan. Ia takut Sela salah paham.

Saga mengangguk. Pria itu tidak lupa mengambil kausnya kemudian menjauh dari Gisca. Ponsel Saga pun kini sudah menempel di telinganya.

"Halo, Sayang?" sapa Saga pada Sela di ujung telepon sana.

"Sayang ... aku tadi udah bilang hari ini sibuk banget, kan?"

"Iya, anehnya kenapa masih bisa nelepon aku? Sekangen itukah?" Saga berkata setenang mungkin. Seolah tidak terjadi apa-apa. Ah, memang faktanya tidak terjadi apa-apa, bukan?

"Aku lupa bilang kalau apartemenku lagi kedatangan tamu. Teman sekampungku. Jadi, jangan datang dulu, oke?"

"Sejak kapan? Seingatku kemarin nggak ada siapa-siapa."

"Perhari ini. Aku nggak tahu sampai kapan, yang pasti jangan datang dulu. Aku nggak mau bikin Gisca nggak nyaman."

"Oh, jadi namanya Gisca," batin Saga.

"Untung kamu bilangnya tepat waktu. Hampir aja aku mau istirahat tidur siang di apartemen kamu," bohong Saga.

"Astaga. Untung aja. Ya udah aku tutup dulu ya, Ga. Masih banyak kerjaan nih."

"Iya, Sayang. Semangat kerjanya."

Setelah menutup sambungan teleponnya, Saga langsung menoleh pada Gisca yang sedang berjalan ke arahnya.

Sebenarnya, sedari tadi Gisca mencuri dengar apa yang Saga katakan pada Sela di ujung telepon sana. Dan tentu saja Gisca terkejut Saga berbohong.

"Kenapa kamu bohong?" tanya Gisca.

Saga tidak langsung menjawab. Ia lebih dulu memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia juga yang semula tidak mengetakan atasan sudah kembali memakai kausnya.

"Mencegah urusannya jadi panjang. Ribet nantinya."

"Ya ampun."

"Kalau Sela tahu apa yang kita lakukan tadi, bukankah pertemanan kalian malah jadi canggung dan nggak nyaman? Terlepas kalau itu kecelakaan," jawab Saga. "Baik, kita memang nggak ngapa-ngapain, tapi tetap aja ... bahaya kalau Sela tahu kita 'hampir'. Aku hafal betul sifat dia, kamu juga harusnya tahu karena temennya," lanjut pria itu.

Gisca akui ada benarnya juga, tapi tetap saja bagi Gisca ada yang mengganjal hatinya saat berbohong begini.

"Berbohong demi kebaikan bukan masalah. Aku juga lagi malas berantem. Itu sebabnya aku bilang hampir mau datang ke sini, padahal sebenarnya aku udah di sini," jelas Saga kemudian.

Gisca memilih tidak menjawab. Ia mengerti tujuan Saga. Namun, entah kenapa ia malah jadi tidak enak sendiri, seperti sudah berbuat salah pada orang yang sudah menolongnya.

"Udah, nggak usah dipikirin. Anggap aja nggak terjadi apa-apa di antara kita," kata Saga lagi. "Oh ya, nama kamu Gisca, kan?"

Gisca tidak heran, pasti Sela yang memberi tahu namanya pada Saga.

"Salam kenal, ya. Mungkin kesan pertama pertemuan kita cenderung aneh dan konyol, tapi mau gimana lagi. Kita nggak bisa menebak segala sesuatu yang akan terjadi." Saga lalu mengulurkan tangannya, "Meskipun kita barusan udah saling tahu nama masing-masing, tapi nggak ada salahnya untuk berkenalan secara resmi. Kenalin ... aku Saga," lanjutnya.

Meskipun ragu, Gisca menerima uluran tangan Saga sambil berkata, "Gisca."

Gisca harap, ini adalah kali pertama dan terakhir dirinya berurusan dengan Saga. Entah kenapa firasatnya mengatakan agar dirinya jauh-jauh dengan pria tampan itu. Terlebih tatapan mata Saga memancarkan sesuatu yang sulit Gisca artikan.

"Karena kamu udah telanjur bohong sama Sela ... kamu nggak mungkin di sini terus sampai dia pulang, kan?" tanya Gisca hati-hati. Lebih tepatnya, mengusir Saga secara halus.

"Aku mau pulang sekarang, kok. Tapi sebelumnya mau izin ke toilet dulu."

"Oh, silakan silakan," balas Gisca.

"Kamu nggak mungkin nungguin di kamar terus, kan? Soalnya aku mau pakai toilet yang ada di kamar ini."

"Astaga. Sori. Silakan." Gisca jadi salah tingkah sendiri. Ia lalu cepat-cepat keluar dari kamar dan menuju ruang tamu.

Sungguh, ini adalah hari yang absurd.

***

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam dan Sela belum juga pulang. Gisca yang baru saja mencuci piring bekas makan malamnya, kemudian memilih menghabiskan waktu di kamar.

Sialnya, Gisca masih teringat Saga. Ralat, tepatnya bukan Saga-nya yang ia ingat, melainkan kejadian yang mereka alami tadi yang seolah betah dalam pikirannya.

Berusaha mengenyahkan segala hal yang mengganggu pikirannya mengingat besok adalah hari yang menentukan diterima atau tidaknya Gisca, untuk itu Gisca akan berusaha lebih fokus dan konsentrasi. Jangan sampai kejadian konyol yang sepele malah merusak segalanya.

Gisca berbaring dan menarik selimutnya. Saat tubuhnya hendak menyamping, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal pahanya. Dengan tangannya, Gisca berusaha menggapai benda keras tersebut.

Gisca sontak mengernyit saat berhasil mengambilnya, yakni sebuah dompet pria berwarna cokelat. Refleks Gisca langsung terduduk.

Jangan-jangan ini milik Saga yang ketinggalan. Astaga ... bagaimana jika iya bahwa pria itu tidak sengaja meninggalkannya?

Namun, jika tak sengaja, bukankah seharusnya Saga sudah balik lagi untuk mengambilnya karena pria itu pergi dari sini sudah beberapa jam yang lalu.

Daripada penasaran, Gisca dengan hati-hati membuka untuk memeriksanya. Begitu dompet terbuka, sebuah kertas yang dilipat cukup besar dan sengaja diselipkan sembarangan, berhasil menarik perhatian Gisca. Wanita itu perlahan membukanya.

Hai Gisca, ini dompetku. Titip dulu ya, sebagai gantinya, maaf dengan lancang aku bawa dompetmu. Jadi untuk sementara kita bertukar dompet dulu. Kamu boleh pakai uangku sesuka hatimu, begitu juga sebaliknya.

Gisca, mari bertemu lagi untuk menukar dompet masing-masing. Lebih cepat lebih baik. Segera hubungi aku di nomor yang tertulis di balik kertas ini.

~Saga

Gisca lalu membalik kertasnya. "Dasar gila!"

Seharusnya Gisca sudah sadar sejak awal kalau ketampanan Saga digunakan untuk hal-hal seperti ini. Ya, Saga pasti playboy!

Kalau bukan playboy, untuk apa Saga melakukan hal itu? Ah, pokoknya Gisca menyesal sempat terpesona pada pria itu.

Sungguh, Gisca sama sekali tidak tahu kapan dan bagaimana caranya Saga mengambil dompetnya yang disimpan dalam handbag-nya. Gisca juga baru menyadarinya sekarang karena sedari tadi ia memang tidak menggunakan dompetnya lantaran tidak membeli apa pun.

Oh Tuhan, bagaimana ini? Bicara pada Sela pun mustahil. Firasat Gisca jadi semakin buruk. Seharusnya ia tidak terlibat dengan pacar Sela.

Benar, pertemuan antara dirinya dengan Saga hari ini, seharusnya menjadi awal sekaligus akhir interaksi mereka.

Namun nyatanya, sepertinya Gisca terpaksa akan bertemu lagi dengan pria itu.

Astaga ... sebenarnya apa yang Saga inginkan, sih?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ogan Maelee
mantap thor, dari penasaran lanjut ke selingkuh an nihhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Teman tapi Khilaf    Bab 3 - Mau Ngamar dulu?

    Entah pria gila dari mana yang Gisca tengah hadapi saat ini, yang pasti ia masih tidak habis pikir ada pria yang berstatus sebagai 'pacar orang' kini terang-terangan sedang berusaha mendekatinya.Parahnya lagi, Saga adalah pacar dari Sela. Teman Gisca sendiri! Bukankah sangat tidak waras pria itu berusaha merayunya?Ya, apa namanya kalau bukan merayu? Dasar playboy sinting!Percuma tampan kalau ketampanannya digunakan untuk hal kotor seperti itu.Gisca tentu jangan sampai terbuai. Persetan dengan wajah tampan dan tubuh yang sempurna. Seharusnya ia tidak boleh tergoda. Sangat tidak boleh!Saat ini, tidak peduli hari sudah malam, selagi Sela belum pulang, Gisca menunggu panggilannya diangkat oleh Saga. Tentunya ia menghubungi nomor Saga yang tertera di balik kertas tadi."Halo, dengan Saga di sini," sapa Saga di ujung telepon sana yang sangat sok imut."Kamu gila?! Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?" kesal Gisca tanpa mau berbasa-basi."Wah, sepertinya aku tahu siapa yang menelepon,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Teman tapi Khilaf    Bab 4 - Foto Vulgar

    "Sela nelepon. Sebaiknya aku turun aja deh. Urusan kita udah selesai, bukan?""Tanggung, sebentar lagi sampai. Kamu jawab telepon saat mobilku berhenti, ya. Jangan sampai dia mendengar kalau kamu lagi dalam perjalanan."Tak lama kemudian, Saga memberhentikan mobilnya tepat di depan apartemen. Ponsel Gisca pun sudah tidak bergetar lagi, layarnya bertuliskan ada satu panggilan tak terjawab.Tentu saja Gisca bersiap turun, tapi Saga malah menahannya."Kenapa lagi?""Sela pasti nelepon lagi. Jawab di sini aja. Kalau dia udah tiba di apartemen, bilang aja kamu habis beli sesuatu ke minimarket sambil sekalian jalan-jalan cari angin."Ternyata memang benar, rupanya Sela kembali menelepon Gisca. Sebelum mengangkatnya, Gisca menarik napas sejenak. Berusaha tenang, jangan sampai gugup apalagi terdengar mencurigakan."Jawab setenang mungkin. Biasa aja," tambah Saga.Gisca tidak menjawab perkataan Saga. Ia memilih menggeser layar ke warna hijau sekarang juga."Halo, Gisca?" sapa Sela di ujung tel

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Teman tapi Khilaf    Bab 5 - Liciknya Saga

    Berawal dari kecurigaan Saga pada Sela yang belakangan ini sulit dihubungi. Ralat, dihubungi memang bisa, tapi hubungan mereka tidak seperti biasanya.Mereka memang tidak sedang bertengkar, saat menelepon pun masih sayang-sayangan. Namun, Saga merasa Sela sedang menjaga jarak bahkan menjauhinya.Saat Saga menelepon Sela untuk mengajak bertemu, dengan tegas Sela mengatakan tidak bisa lantaran sibuk bekerja. Selalu begitu. Pulang kerja pun Sela berdalih lelah.Baik, sebelum mereka berpacaran pun sebenarnya Sela sudah bekerja, tapi wanita itu biasanya masih bisa menyempatkan waktu untuk bertemu. Sekarang hampir satu tahun hubungan mereka, Sela benar-benar lebih dari sekadar sibuk sampai-sampai selalu menolak jika diajak menghabiskan waktu bersama. Intensitas pertemuan mereka sudah semakin jarang, terakhir Saga bertemu Sela yaitu sekitar seminggu yang lalu.Terkadang Saga sengaja mendatangi apartemen Sela untuk sekadar beristirahat atau menunggu pacarnya itu.Jika Sela pulang kerja Saga m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Teman tapi Khilaf    Bab 6 - Pertemuan Tak Terduga

    Gisca yakin, ada yang tidak beres dari otak Saga! Ya, orang normal mana mungkin melakukan apa yang Saga lakukan?Gisca secepatnya sadar agar berhenti memikirkan pria sinting itu. Ia akan mencari cara untuk lepas dari Saga tanpa menimbulkan kegaduhan, terutama jangan sampai Sela tahu.Menurut Gisca, memberi tahu Sela adalah opsi terakhir. Untuk sementara ia akan mencari cara dulu supaya bisa melepaskan diri."Enak, kan?" tanya Sela pada Gisca, saat ini mereka sudah ada di apartemen Sela dan tengah menikmati jajanan yang beberapa menit lalu mereka beli bersama-sama."Lumayan juga. Enak tapi kalau tiap hari bahaya," balas Gisca.Sela terkekeh. "Aku juga nggak tiap hari, kok. Nanti timbangan naik banyak baru menyesal."Sejenak Gisca menoleh pada kantong belanjaan berisi makanan dan minuman ringan yang Saga berikan. Sial, hal itu otomatis membuatnya teringat pria gila itu lagi.Gisca memang belum memblokir nomornya. Sedari tadi pun berusaha mengenyahkan segala hal tentang Saga dalam pikira

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Teman tapi Khilaf    Bab 7 - Tempat yang Aman

    Usianya 31 tahun. Dokter perusahaan. Ya, setidaknya itu informasi yang Gisca ketahui tentang pria bernama Barra. Pria yang saat ini berjalan di sampingnya.Awalnya Gisca berpikir kalau Barra bisa jadi orang suruhan Saga yang mungkin semakin menjerumuskannya pada pria sinting itu. Namun, saat Barra memintanya untuk ikut ... Gisca seolah terhipnotis sehingga mengikuti langkah pria itu.Entah mengapa sebagian dari dirinya yakin kalau Barra bukanlah pria jahat. Terbukti saat mereka berjalan, di sepanjang perjalanan banyak karyawan Starlight yang menyapa Barra dengan penuh hormat dan dibalas dengan hangat oleh pria itu.Konyol juga kalau Barra berkomplot dengan Saga. Bukankah sangat kurang kerjaan?Namun terlepas dari itu, Gisca berusaha tetap waspada. Ia tidak boleh percaya sepenuhnya pada Barra.Melewati pintu belakang, Gisca dibawa ke salah satu mobil yang terparkir di sana. Gisca jadi baru tahu ternyata di belakang juga ada tempat parkir.Sampai pada akhirnya, Gisca sudah duduk di kurs

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Teman tapi Khilaf    Bab 8 - Kenapa Kamu Menghindariku, Sayang?

    Ketika dihadapkan dengan dua pilihan antara memaksa pulang dengan risiko diikuti oleh pria sinting, atau ikut dengan pria asing dengan cover baik ... sebenarnya Gisca tidak sepenuhnya yakin apakah keputusan yang dipilihnya tepat.Namun, di sinilah Gisca sekarang. Ia masih berada di kursi penumpang dan saat ini Barra sedang menyetir dengan tenang meskipun Saga terus mengikuti mereka.Barra bilang, Gisca akan dibawa ke tempat aman. Tempat yang tidak akan bisa didatangi oleh Saga. Dan Gisca berusaha percaya. Hanya itu yang bisa Gisca lakukan sekarang.Katanya, apa yang dipikirkan dan tanamkan di otak, itulah yang kemungkinan akan terjadi. Seperti sugesti. Untuk itu, Gisca akan menanamkan di otak bahwa Barra tidak seburuk Saga. Barra adalah orang baik yang kebetulan dikirim Tuhan untuk menolongnya.Untuk kesekian kalinya Gisca melirik kaca spion, dan mobil Saga masih setia membuntuti mereka. Gisca bertanya-tanya, terlepas dari tempat aman yang Barra sebutkan, sebenarnya pria itu akan memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Teman tapi Khilaf    Bab 9 - Farra

    Hanya satu kalimat pertanyaan via chat seperti itu saja membuat Gisca ketakutan.Belum hilang kepanikan dan rasa takut Gisca, layar ponselnya berganti tampilan lantaran ada panggilan masuk diikuti getarannya.Ekspresi takut Gisca berubah menjadi penuh frustrasi. Bukan ... yang meneleponnya bukanlah Saga, melainkan Rumina."Iya?" sapa Gisca hati-hati."Kamu udah kerja?"Sungguh pertanyaan yang sangat to the point, tanpa basa-basi."Belum, Bu. Interview-nya diundur. Baru hari ini, bukan kemarin.""Masa bodoh, nggak peduli mau kapan aja, yang penting kamu kerjanya kapan? Gajiannya setiap tanggal berapa? Kapan mulai kirim uang?"Astaga...."Pengumuman penerimaannya aja belum, mending Ibu doain aja supaya aku diterima.""Kapan pengumumannya?" cecar Rumina terus."Paling lambat lusa, Bu. Sekarang pun aku mau pulang dulu, sambil nunggu pengumuman. Lagian barang-barangku masih di rumah.""Buang-buang ongkos aja. Seharusnya kamu bawa sekalian barang-barangnya!" marah Rumina. “Udah tahu keuanga

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Teman tapi Khilaf    Bab 10 - Gadis Susah diatur!

    Barra sempat terdiam selama beberapa saat, sampai kemudian ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi.“Farra itu?” Gisca bertanya karena Barra terus bungkam.Berbagai kejadian seperti berputar dalam otak Barra. Bagai kilasan film yang bergantian menayangkan adegan demi adegan di masa lalu. Satu hal yang pasti. Ia tidak siap menceritakannya."Apa yang terjadi padanya itu sesuatu yang buruk. Sangat buruk. Lebih buruk dari yang kamu alami," sambung Barra.Ada kepedihan sekaligus dendam dari nada bicara Barra, yang membuat Gisca tahu diri untuk berhenti bertanya lebih detail."Untuk itu saya ingin menyarankan agar kamu jangan tinggal di kota ini," tambah Barra.Gisca terkejut. "Apa?""Saya tahu saya terkesan lancang dan ikut campur urusan pribadi kamu. Tapi itu lebih baik daripada kamu harus terlibat dengan pria gila seperti Saga.""Tapi aku ingin kerja di Starlight, Pak," kata Gisca. "Selain itu, Bapak pikir ini adil? Saga yang jahat, kenapa aku yang harus mengorbankan harapanku untuk be

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24

Bab terbaru

  • Teman tapi Khilaf    Extra Part 2

    Kemenangan Gisca dan Saga sebagai pasangan terfavorit maupun Riana sebagai pemeran utama terbaik serta semua pemenang lainnya sama sekali bukanlah rekayasa, melainkan murni hasil akumulasi dari penilaian juri khusus serta voting secara umum.Gia TV dan khususnya penanggung jawab acara serta tim kreatif sama sekali tidak pernah merencanakan tentang Gisca, Saga dan Riana akan berada dalam satu frame sekalipun tahu hal itu bisa membuat rating melonjak tinggi.Memang benar kehadiran mereka bertiga sebelumnya sudah digadang-gadang menjadi sasaran empuk media sebagai bahan pemberitaan, itu sebabnya beberapa pemburu berita sudah mengantisipasi untuk terus memperhatikan gerak-gerik mereka di tempat duduk masing-masing, berjaga jika sewaktu-waktu ada interaksi antara mereka.Namun, tidak pernah ada yang menduga ternyata Gisca malah yang pertama membuka ‘pintu’ komunikasi antara mereka. Ya, permintaan maaf Gisca dalam pidato kemenangan sudah pasti ditujukan untuk Riana. Hal itu membuat tim krea

  • Teman tapi Khilaf    Extra Part - 1

    Kesuksesan Teman tapi Khilaf membawa nama Gisca dan Saga menjadi pasangan paling hits dan favorit pada beberapa bulan belakangan ini. Padahal mereka bukan artis, tapi mereka terkenal selayaknya pasangan artis. Dulu, posisi tersebut sempat diraih oleh Riana dan Barra saat mereka baru menikah.Memang benar bahwa roda itu berputar tanpa bisa ditebak. Mungkin sebelumnya Gisca dan Saga pernah berada di posisi yang membuat siapa pun bisa terpuruk bahkan hancur. Dan kini roda mereka telah berputar. Namun terlepas dari itu, baik Gisca maupun Saga menanggapinya dengan tidak berlebihan. Mereka bersikap apa adanya sebagai pasangan yang bahagia.Dalam kata lain, dengan predikat pasangan paling hits atau tanpa predikat tersebut, situasinya akan tetap sama, bahwa Gisca adalah istri yang terbaik bagi Saga. Begitu juga sebaliknya bahwa Saga merupakan suami terhebat bagi Gisca.Selain menjadikan mereka pasangan ter-hits, Teman tapi Khilaf juga membuat Gisca dan Saga masuk ke salah satu nominasi dalam

  • Teman tapi Khilaf    Bab 85 - Akhir Kisah

    Saat ini Riana baru saja menikmati makan malam bersama Romeo. Romeo yang menyempatkan mampir ke rumah Riana padahal sedang sibuk-sibuknya memproduksi sebuah film. Ah, bahkan Riana juga sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk syuting drama series yang akan dimulai beberapa hari lagi di Bali. Apa makan malam ini bisa mereka anggap sebagai bentuk saling menyemangati kesibukan masing-masing? Atau jangan-jangan sebagai pelepas rindu karena bisa jadi setelah ini mereka akan jarang bertemu akibat kesibukan tersebut.Namun yang pasti, status mereka belum berubah sedikit pun dari yang tadinya sutradara-cast menjadi teman. Ya, mereka masih teman sekalipun interaksi mereka seperti orang pacaran.“Respons orang-orang tentang Teman tapi Khilaf lumayan juga ya, Mas,” kata Riana.“Iya, tim produksi pun udah mulai dibentuk dan merencanakan banyak hal untuk film-nya. Cuma belum tahu juga waktu pastinya karena saya masih harus mengerjakan film lain.”“Mas Romeo yang akan menjadi sutradaranya?”Romeo

  • Teman tapi Khilaf    Bab 84 - Semoga

    Tuti itu cantik khas kembang desa. Tidak kalah cantik dari Riana atau Gisca. Selain itu, Tuti sudah banyak membantu Barra semenjak pria itu menjadi Yanto sehingga bisa beradaptasi dengan hidup barunya itu. Namun, Barra masih tak habis pikir dengan perkataan Tuti yang ingin membatalkan pernikahan dengan sang pacar demi seorang Yanto yang secara status bukan siapa-siapa. Hanya mas-mas penjual bakso yang tidak terlalu good looking.Tuti memang jujur atau hanya sedang membual seperti yang pernah Barra lakukan untuk membuat Gisca terbuai? Barra tidak tahu. Dan konyolnya Barra yang sebenarnya tidak memiliki perasaan apa-apa pada Tuti, beberapa hari ini mendadak terus memikirkan wanita itu. Apa Tuti berhasil membuatnya terbuai?Barra tahu betul bahwa tidak seharusnya ia mempertimbangkan ajakan Tuti untuk menjalin hubungan, karena sama saja ia menjadi orang ketiga dalam hubungan Tuti dengan calon suaminya. Barra tak mau jadi perusak hubungan atau perebut pacar orang. Sialnya, Barra yang norma

  • Teman tapi Khilaf    Bab 83 - Dejavu

    “Apa yang akan terjadi kalau Mas Barra tidak melarikan diri dan memalsukan kematiannya?”“Kenapa tiba-tiba nanya itu?” Saga balik bertanya pada istrinya.Gisca sendiri tidak tahu alasan pastinya. Ya, pertanyaan barusan benar-benar lolos begitu saja. Apa mungkin karena mereka baru saja melihat liputan Riana saat menaburkan bunga di lautan? Entahlah. Berita tentang aktivitas Riana tersebut tak henti-hentinya berseliweran sehingga mengundang pembahasan orang-orang, tak terkecuali Gisca dan Saga yang memang tahu fakta sebenarnya.“Kamu tahu sendiri pembahasan ini pasti larinya ke situ lagi,” sambung Saga.“Ya. Aku tahu pembahasan ini otomatis akan mengingatkan kita pada sesuatu yang sepakat kita lupakan. Tapi serius, aku udah sepenuhnya berdamai dengan keadaan. Aku juga udah memaafkan diri sendiri tentang kesalahan bodohku. Itu sebabnya aku bisa se-santai ini saat membahasnya,” jelas Gisca. “Aku juga udah nggak dihantui penyesalan dan rasa bersalah yang sempat aku rasakan terutama perasaa

  • Teman tapi Khilaf    Bab 82 - Cinta dan Gairah #2

    Di saat Gisca dan Saga menjalani hidup baru dengan bahagia dan bahkan hendak menerbitkan novel Teman tapi Khilaf, berbeda dengan Riana yang sedang menikmati peran gandanya sebagai new mom sekaligus aktris yang disibukkan dengan proyek film terbarunya, yang akan menjadi film keduanya setelah kesuksesan Selingkuhan Suamiku.Selain itu, Riana masih menerima tawaran untuk membintangi beberapa iklan, promosi berbayar di Instagram dan terutama tanggung jawabnya sebagai brand ambasador Starlight.Itu sebabnya Riana baru sempat mendatangi lautan tempat ditemukannya barang-barang pribadi milik mantan suaminya. Sebenarnya Riana tak punya kewajiban datang apalagi sampai membawa bunga untuk ditaburkan. Namun, ia merasa perlu melakukannya.Dengan didampingi oleh manajernya, Riana baru saja turun dari kapal dan bersiap kembali ke mobilnya. Setidaknya apa yang dilakukannya hari ini akan menjadi salam perpisahan terakhirnya untuk pria yang pernah sangat dekat dengannya, yang kemudian menjelma menjadi

  • Teman tapi Khilaf    Bab 81 - Cinta dan Gairah

    Berkat kerja sama yang serius tapi menyenangkan antara penulis ternama Sakina Adriana dengan Gisca dan Saga sang pemilik kisah, dalam beberapa bulan novel Teman tapi Khilaf akhirnya selesai ditulis. Novel tersebut bahkan sudah siap untuk dicetak atau diterbitkan. Hanya tinggal satu langkah terakhir untuk memastikannya.Novel itu akan terbit di bawah naungan Penerbit Aluna, tempat Sakina menerbitkan novel-novelnya. Saat ini Gisca menatap novel di tangannya. Dengan cover romantis menggunakan gambar asli dirinya dengan Saga, benar-benar membuat Gisca merasa terharu. Seumur hidupnya, Gisca tak pernah membayangkan akan ada novel yang dirinya sendiri sebagai pemeran utamanya.“Novel ini nggak mungkin selesai kalau bukan Bu Sakina yang menulisnya,” kata Gisca. “Jujur, sejak awal Bu Sakina itu udah menjadi pendengar yang baik dan nggak heran bakalan sukses menuliskan apa yang Bu Sakina dengar dari kami sehingga sekarang udah menjadi novel setebal empat ratusan halaman ini,” kata Gisca. “Untuk

  • Teman tapi Khilaf    Bab 80 - Perempuan Incaran Saga

    “Dia adalah siapa?” tanya Gisca tak sabaran. Bisa-bisanya Saga malah menggantung kalimatnya padahal Gisca sudah sangat penasaran.“Barra belum meninggal,” kata Saga dengan santainya, seolah apa yang dikatakannya bukanlah hal besar.Berbeda dengan Saga yang santai, justru Gisca sangat terkejut. Jujur saja, berita meninggalnya Barra yang belakangan ini mencuat tidak membuatnya senang maupun sedih, tapi tetap saja fakta jika pria itu masih hidup mengejutkan baginya.“Lalu kenapa kalau belum meninggal? Kamu mau mempertemukanku dengannya? Apa orang yang akan kita temui adalah dia?” tanya Gisca setelah menstabilkan ekspresinya.“Tentu bukan. Untuk apa aku mempertemukanmu dengannya? Menurutku, Barra sudah menjadi bagian dari masa lalu. Baik masa lalumu maupun masa laluku. Meskipun aku tahu dia masih hidup, aku merasa nggak ada gunanya untuk berurusan dengannya lagi,” jelas Saga.“Tapi bagaimana bisa? Sedangkan berita yang beredar….”“Dia memanipulasi keadaan dengan memalsukan kematiannya. Se

  • Teman tapi Khilaf    Bab 79 - Dia Adalah....

    Saat Gisca dan Saga menjalani kehidupan yang bahagia sambil perlahan melupakan skandal yang pernah terjadi, sementara itu Riana tidak jauh berbeda. Wanita itu sangat nyaman dengan kehidupannya bersama putri semata wayangnya, Raline.Seiring berjalannya waktu, Riana sudah belajar lebih banyak tentang berdamai dengan keadaan. Ia yang awalnya seolah hanya diam demi menjaga reputasinya, kini mulai menyadari bahwa langkah yang diambilnya adalah paling tepat.Riana sadar, seandainya ia mengamuk atau membalas dendam, hal itu hanya akan membuang-buang energinya lantaran tidak akan mengubah kenyataan. Itu sebabnya ia mantap untuk menganggap semua yang terjadi padanya adalah ujian dalam hidupnya. Ia juga tidak akan menyesali apa pun lagi.Sekarang, yang Riana tahu Barra sudah meninggal. Sejujurnya terkadang ia tak pernah membayangkan hubungannya dengan Barra berakhir begini. Namun, Riana tak bisa berbuat apa-apa kalau sudah berurusan dengan takdir. Dan satu hal yang pasti, jika suatu saat nanti

DMCA.com Protection Status