"Sayang, aku boleh beli turntable nggak?"
"Bolehlah." Rinai menjawab dengan bingung dan nada bicaranya jadi seakan ia balik bertanya kepada Ksatria. "Kok nanya aku dulu?"
"Nggak apa-apa, aku kan mau denger pendapat kamu juga," jawab Ksatria.
Rinai tertawa kecil. "Kamu bebas mau beli apa pun yang kamu suka selain barang-barang yang dilarang hukum, agama, dan nilai-nilai norma yang ada, Sat."
"Sayang," koreksi Ksatria lagi sambil mencolek pipi Rinai dengan usil.
"Iya, Sayang."
"Tuh bisa panggil aku 'Sayang'."
"Emang bisa." Ganti Rinai yang mencolek pipi Ksatria. "Tapi seneng aja lihat kamu rese minta aku koreksi panggilan kamu."
"Rinai, hari ini setelah jam kerja, sibuk nggak?"Ditanya begitu oleh Leona, tentu saja Rinai langsung menjawab, "Nggak sibuk kok, Tante."Di Kaia Jewellery, Rinai bekerja untuk bagian back office dan bukan untuk keperluan direct sales kepada pengunjung Kaia. Maka dari itu sistem jam kerjanya tidak mengikuti sistem shift dan jam kerjanya masih tidak beda jauh dengan saat dulu ia di Heavenly & Co."Ada janji sama Ksatria nggak hari ini?""Mm...." Rinai tidak bisa langsung menjawab. Saat Rinai tidak sengaja melirik ke rekan kerja yang mejanya bersebelahan dengannya, perempuan yang usianya lebih tua satu tahun darinya itu sibuk menggoda Rinai dengan menaikturunkan alisnya.Ciee, ditanya ca
Rinai menempelkan access card miliknya dan pintu unit apartemen Ksatria terbuka.Harum reed diffuser yang familier segera menyambutnya. Tentu saja familier, karena Rinai juga menggunakan reed diffuser yang sama di apartemennya."Sayang?" Rinai sengaja mengeraskan suaranya, supaya Ksatria yang entah berada di mana segera menyadari kehadirannya.Lelaki itu kemarin merajuk karena ternyata ia ingin makan malam dengan Rinai, tapi Rinai terlalu asyik menghabiskan waktunya dengan Leona sampai-sampai tidak sadar dengan adanya pesan serta telepon dari Ksatria.Mode silent yang ia gunakan di ponselnya itu rupanya mengundang malapetaka karena ternyata Leo
"Yang kamu maksud istri kamu itu... siapa?""Ada, pokoknya. Aku nggak mau jawab sekarang.""Kok gitu?!""Soalnya aku kan belum lamar si calon istri.""Terus kenapa kamu minta aku yang temenin kamu?""Suka-suka aku dong.""Dih? Nggak jelas!"Percakapan antara dirinya dan Rinai itu terasa seperti baru kemarin terjadi, di ruang tengah apartemennya, usai Rinai merayunya supaya tidak merajuk lagi. Padahal waktu sudah berjalan lebih dari sembilan bulan sejak jantung Ksatria nyaris loncat dari dadanya saat meminta Rinai untuk menemaninya memilih rumah baru.Rumah un
“Papa jahat banget nggak bilang ke aku kalau ke Jakarta.”Bukannya membujuk Rinai yang masih cemberut, Sandy malah tertawa dengan Ksatria. Ksatria bahkan menyodorkan tangannya untuk ber-high five ria dengan Sandy dan lelaki paruh baya itu menyambutnya dengan sama antusiasnya.Kedua tangan Rinai kini terlipat di dada. Perempuan itu tidak habis pikir, kenapa bisa ia dikerjai dua lelaki terpenting di hidupnya ini?“Kamu juga jahat!” Kali ini Rinai berpindah sasaran ke Ksatria, yang duduk di sampingnya. “Kamu kok bisa sama Papa? Padahal pas aku tadi ajak kamu buat dinner bareng Papa di telepon, kamu bilang ada meeting.”“Namanya juga surprise, Sayang, masa aku kasih tahu sih?” kekeh Ksatria. Satu tangannya terulur ke wajah Rinai d
“Hari ini cerah ya, Nang?”“Iya, Pak.”Ksatria bisa menangkap kebingungan di wajah Danang, tapi ia hanya bisa meringis sambil melanjutkan langkahnya menuju lobi gedung kantornya. Mereka baru saja makan siang di salah satu rumah makan baru yang ada di belakang gedung Heavenly & Co.Saat teringat kembali akan rencananya malam nanti, Ksatria tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum hingga salah tingkah sendiri. Makanya ia bisa menanyakan hal tidak penting seperti itu kepada Danang, asistennya.“Bapak butuh sesuatu?” tanya Danang pada akhirnya. “Kayaknya sejak tadi Bapak kelihatan gelisah.”Sebagai asisten pribadi, memang sudah tugas Danang untuk memastikan bahwa kebutuhan Ksatria terpenuhi. Namun, yang membuat Ksatria r
Hari ini pekerjaan Rinai tidak terlalu banyak, makanya ia bisa keluar makan siang dengan Shua yang tiba-tiba mengajaknya setengah jam yang lalu.Begitu jam istirahat, Rinai keluar dengan pegawai Kaia lainnya. Hanya saja mereka berpisah jalan, karena Shua mengajaknya makan di tempat yang berbeda dengan rekan-rekan kerjanya.Begitu tiba di Cork & Screw, tidak sulit untuk Rinai menemukan Shua yang masih duduk sendirian."Haiii," sapa Shua dengan heboh seperti biasanya.Rinai pun balas menyapa dan bertanya, "Janar mana?""Kan udah mulai masuk sekolah.""Oh, iya...." Rinai meringis. "Nggak berasa ya, anakmu udah masuk sekolah aja.""Iya, kenapa pada cepet gede ya?"
"Nanti malem ayo nonton bareng, Yang. Kamu nggak kangen aku apa?"Kira-kira begitulah rajukan Rinai semalam saat mereka sedang bicara di telepon. Rutinitas mengobrol lewat telepon masih sering mereka lakukan meski sudah tidak LDR. Apalagi kalau di hari itu keduanya tidak sempat bertemu dan masih ada tenaga untuk mengobrol di malam hari.Setelah perayaan hari jadi mereka dan rencana Ksatria yang gagal, lelaki itu jadi pusing sendiri.Padahal momennya sudah tepat, tapi kenapa sih ia bisa melemah di hari sepentingitu?!Tidak henti-hentinya Ksatria merutuki dirinya sendiri, yang malah diare padahal sudah sangat siap untuk melamar Rinai.Bisa sih Ksatria memaksakan diri, tapi... tidak elit kan kalau sedang menunggu jawaban
1. Aku cinta dan sayang kamu. Kamu juga cinta dan sayang sama aku.2. Kamu mau menua bersamaku.3. Aku sayang kamu dan mau menua bersama kamu terlepas dari gimana kadang kita tuh kelihatannya beda banget.4. Aku nggak jago masak, kamu juga. Kita cocok.(Teori Ksatria Auriga Abimayu)5. Coba lihat nomor 1-4, kiita beneran cocok lho.6. Balik lagi ke nomor 1.7. Aku bisa jadi suami yang mendukung kamu dan juga sebaliknya. Kalau kamu melakukan hal yang benar, aku nggak segan-segan buat memuji kamu dan mengapresiasinya tanpa diminta. Kalau aku melakukan kesalahan, aku nggak keberatan ditegur dan diberi tahu mana yang benar.8. Kita akan bangun rumah tangga ini sama-sama.9. Aku bakal nyesel kalau nggak bisa nikah sama kamu.10. Orangtuaku dan adekku udah sayang banget sama kamu. Papa kamu juga sayang sama aku.11. Aku sayang kamu dan coba balik lagi ke nomor 1.