Aku bahkan tak berpikir tentang perceraian, kenapa Angela bisa sejauh itu? Oke, aku salah. Sering berbuat curang, mengkhianati satu-satunya perempuan yang selalu ada untukku selama ini. Semua itu hanya iseng, berpikir benar-benar kehilangan istriku bukan bagian dari rencana terstruktur di kepala.
Sejak dari Cindy, aku sama sekali tak berniat serius. Hanya bocah SMK yang digoda sedikit langsung mau, cukup dipancing perhatian palsu. Anggap melatih otak agar tak pikun, mengembangkan teknik kepiawaian dalam merayu anak gadis orang.
Ternyata masih ampuh, diam-diam aku terjebak pada balada kisah cinta terlarang. Saat itu, usia pernikahan kami baru dua tahun. Angela sibuk dengan urusan toko, sementara aku menjadi pegawai di instansi pemerintah.
Jangan disebutkan, nanti akan viral. Cukup rapi aku bermain kala itu, sangat hati-hati mengingat Angela memiliki daya peka tingkat Dewa. Dia selalu tahu setiap kali aku berbohong, akan sangat mencekam ketika hari-hari kami dalam kondisi baik-baik saja.
Seperti waktu itu, kita flashback, ya! Kembali pada masa perselingkuhan pertamaku, biar alur kisah ini jelas. Enggak semata-mata menyalahkan suami ketika terjadi masalah.
Tahun 2015 merupakan usia kedua pernikahan kami, aku pun merasa isi dari rumah tangga sebatas cek-cok mulut dan pemandangan muka cemberut. Angela bahkan tak semanis masa pacaran, dia jarang menanyakan kabar atau sekadar mengirimiku pesan saat di kantor. Bisa dibayangkan betapa membosankannya kehidupan baru ini.
Sebenarnya tak ada niat untuk mendekati anak PSG, tetapi melihat aksi mereka yang selalu menarik perhatian membuat hasrat iseng muncul. Aku mengamati lima orang yang sedang magang itu, salah satunya mencolok. Dandanan melebihi usia.
Kala itu belum ada istilah Skincare atau Bodycare, masih berupa nama ampelas muka. Setidaknya Angela mengatakan bahwa muka porselen akan menimbulkan efek kejang-kejang saat kerudungnya dibuka, benar saja. Anak yang berdandan mirip tante-tante beranak empat itu memiliki warna wajah dan tangan berbeda.
Terkadang istriku memang memiliki tingkat penilaian profesional, ia bahkan pernah menilai gadis yang kuincar. Bukan si Muka Porselen tadi, tetapi ada seorang lagi. Namanya Cindy Elfareza, dia lebih kalem kelihatannya. Namun, saat tanpa sengaja akun f******k dia muncul di berandaku, Angela langsung komen.
“Itu anak yang magang di tempat kerjamu, ‘kan, Mas?” tanya dia saat dengan bodohnya Cindy menyukai semua postinganku, sekaligus meminta pertemanan dengan Angela. Ia memang anak kecil yang berusaha menjadi dewasa sebelum waktunya, mengusik singa betina yang sedang duduk manis. Kesalahan paling fatal setiap selingkuhanku adalah penasaran pada istri sah.
Mereka tak tahu jika insting Angela lebih tajam dibanding tokoh idolanya, Detective Conan. Perempuan itu akan langsung mendapat sinyal, radar di kepala menangkap hal-hal mencurigakan hanya karena sebuah foto. Sementara Cindy, dengan pedenya mencari mati dengan terus mencolek Angela.
“Iya, kenapa?” Aku berpura-pura santai, padahal berdebar-debar. Kemungkinan ketahuan sangat besar mengingat Angela memang terbilang istimewa, bukan pakai telor terus diikat karet merah. Justru dia akan dengan mudah mendeteksi kebohongan seseorang hanya dengan berkomunikasi, bahkan lewat chat.
“Itu hidung kenapa mirip jambu monyet, jidat juga kek lapangan futsal. Dia foto pake HPmu, ‘kan?” Benar bukan? Tak akan keliru, Angela ini bak Cenayang. Dia mampu mengetahui setiap jejak yang kutinggalkan pada perempuan lain. Padahal jelas jika jarak tempat kerja dan rumah butuh waktu setengah jam perjalanan, kenapa dia bisa hafal hasil jepretan kamera yang di-upload di akun media sosial?
“Emang aku doang yang punya HP bagus?” Aku berupaya menyembunyikan dengan berpura-pura sibuk bermain game, dia hanya mengangguk-angguk. Seharusnya saat itu aku tak percaya pada sikap manisnya, Angela tak sejinak itu. Dia membuatku lengah.
Diam-diam, dia stalking akun Cindy. Mungkin setiap istri memang memiliki jiwa detektif atau aura anjing pelacak, Angela tak butuh waktu 24 jam buat menemukan bukti akurat. Dia cukup mendatangiku ke kantor untuk memastikan semua baik-baik saja, hanya sampai di luar gerbang. Belum menginjak lantai, tetapi kedok kami terbuka.
“Mas, aku di alun-alun. Ayo, ke Warung Pojok!” Dia menghubungi begitu mendadak, saat aku sudah membuat janji akan mentraktir Cindy dan keempat temannya. Apa Angela sudah tahu? Jika benar, seharusnya dia masuk dan melabrak. Kenapa suaranya santai dan meminta makan siang bersama.
Ternyata itu trik super jitu untuk membuat aku dan Cindy bertengkar, tak perlu menampakkan diri. Hanya membuatku terlihat bodoh saat membatalkan makan siang, Angela menguasai situasi dengan sangat baik. Dia bahkan tak marah ketika dengan tololnya anak-anak SMK itu juga mengunjungi rumah makan serupa.
“Mereka mengamati kita?” tanya Angela dengan santai sambil memainkan ponsel di tangan sembari menunggu pesanan datang, “Jangan datang kalau tak mau menangis di pojokan, hanya bocah ingusan begitu. Kadal kok mau ngelawan Buaya.”
Aku hanya diam, berpura-pura tak mengerti. HP bergetar, ada pesan masuk. Kulihat istriku anteng, jadi cepat kuperiksa ponsel keluaran lama. Sengaja memiliki dua alat komunikasi untuk melancarkan aksi perselingkuhan.
[Ini yang katanya sayang? Sayang sama istrimu saja! Bukankah kita sudah punya janji duluan? Pokoknya bayar makanan kami!]
SMS dari Cindy urusan enteng, aku langsung membalas setuju sambil menyematkan simbol hati padanya. Kulirik teman-temannya cekikikan. Namun, cepat bersikap wajar saat Angela menerima telepon. Tampaknya penting, baguslah. Dia akan segera pergi.
“Mas, kita harus pulang.” Dia berkata saat dua pelayan melintas di samping kami, kalimat macam apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali.
“Aku masih kerja, enggak mungkin pulang begitu saja.” Tentu saja aku menolak, mana mungkin pulang sebelum memberikan rayuan maut pada anak SMK yang sedang kesal.
“Surat pengunduran dirimu sudah disetujui, tinggal ambil pesangon dan tas kerja. Ayo!” Dia berdiri dengan cuek, bahkan tak memberi kesempatan padaku untuk bertanya.
“Makanannya belum bayar.” Aku mengingatkan tentang pesanan kami yang tak datang-datang, Angela hanya tersenyum santai.
“Enggak ada yang memesan makanan, kita duduk di sini untuk menunggu Kepala Dinas datang dan menandatangani surat pengunduran dirimu.” Jawaban yang cukup cerdas, dari mana akal licik itu muncul?
“Tapi, tadi kamu memesan sesuatu pada mereka.”
“Enggak, aku hanya bayar sewa tempat duduk. Dari pada menunggu di luar, panas. Di sini lebih nyaman.” Sekali lagi, aku kehabisan kata. Dia menarik lenganku, tak mungkin menolak pergi saat semua orang memerhatikan.
“Lain kali, kalau mau makan gratis, mending ke lampu merah. Menjadi pengemis lebih baik daripada menjual diri dengan sepiring lalapan.” Angela masih berujar, cukup santai. Namun, melewati meja para gadis SMK. Jadi, dia sudah tahu? Sialan!
Aku menoleh pada Cindy yang tampak pucat, mereka memesan lima porsi menu utama. Siapa yang akan membayarnya? Mana mungkin aku balik kanan, bisa tamat riwayat ini. Lagi pula, siapa yang mengirim surat pengunduran diriku?
Pantas saja, seseorang sudah melambaikan tangan pada kami. Tas kerjaku ada padanya, senior yang sering dibicarakan para wanita. Pemuda lajang itu berlari pada kami, menyerahkan benda milikku lengkap dengan amplop cokelat.
“Terima kasih, Mas Efendi. Maaf, merepotkan. Sampaikan salam saya pada Pak Jay.” Angela mengambil amplop dan tas dari tangan pria lajang tersebut, mereka saling kenal? Sejak kapan? Kenapa aku baru tahu?
“Jangan berpikir dia mata-mataku di tempat kerjamu. Jangankan akun palsu, jadi arwah gentayangan pun aku tahu kalau itu kamu, Sun Hali.” Seolah bisa membaca isi pikiran, dia menegaskan tentang akun yang kupakai untuk bermesraan dengan Cindy selama ini. Aku tertangkap hanya karena akun kloning?
[Mas, kenapa banyak nomor baru yang menawar tarif? Apa yang sudah dilakukan istrimu?]
Apa lagi ini? Cindy mengirimkan pesan dengan kalimat tak jelas, tetapi lebih parah saat satu sambaran menyabotase ponsel dari tangan. Angela tersenyum, menggerak-gerakkan alat komunikasi tersebut. Kemudian menekan tombol panggil, sekali lagi menekan tombol speaker.
“Apa lagi, mau membuatku semakin kesal?” Tanggapan ini menyambut dari dalam telepon seluler, tampak jelas jika Cindy marah besar.
“Baguslah, kamu kesal. Hari ini nomor yang kusebar, jangan sampai harga dirimu kuobral.” Hanya begitu, tetapi panggilan dihentikan. Sekali lagi, Angela tersenyum. Menelanjangiku dengan tatap penuh kemenangan.
Benar-benar keterlaluan, dia membuat gadis kecil itu harus menghadapi teror dari laki-laki hidung belang. Aku harus menyuruhnya menghapus kiriman atau ... apa yang dia lakukan? Angela melempar ponsel ke arah kendaraan yang melaju dan sudah dipastikan nasib benda kesayanganku itu. Terlindas kontainer mustahil bisa utuh kembali, seperti perasaanku saat ini. Dicabik penuh rasa malu.
Dari sini kalian bisa menilai bukan? Siapa Angela dan siapa Dyo Kusuma? Aku sudah teraniaya dari awal. Masih mau tahu nasibku di perselingkuhan kedua? Kalian akan semakin muak pada Angela, aku jamin!
***
Ini kisah tragisku tahun 2015, ya. Kala itu, setelah ketahuan selingkuh dengan Cindy Elfareza. Sikap istriku terlalu tenang, tetapi kalian tahu peribahasa bukan? Tentang air yang beriak tanda tak dalam dan akan tenang dalam menghanyutkan, Angela ada pada poin kedua.Tanpa riak, tandanya murka dia begitu dalam sampai aku merasakan aura mencekam setibanya di rumah. Namun, tak ada pembahasan apa pun. Satu menit, dua menit, sampai malam hari. Tiada kondisi serius di antara kami.Namun, bocah SMK itu menerorku dengan berbagai macam amarah. Angela seharusnya memaklumi, Cindy hanya anak kecil. Masih gadis 17 tahun, belum layak bertanding dengan dirinya yang memang sudah malang melintang di dunia asmara. Kenapa dia harus menyerang anak semanis itu?“Makan malam sudah siap, Bubu Sayang.” Angela berteriak dengan nada manja, dasar wanita itu! Dia sengaja menyebut panggilan sayang Cindy padaku, pasti siap ribut malam ini. Ternyata ini yang ditunggu-tunggu. Akan
Membahas Angela tak akan ada habisnya, dia bagai rumus matematika. Sulit dipecahkan isi pikirannya, kenapa selalu mengetahui setiap kesalahan yang kuperbuat di luar rumah? Berbohong pun percuma, akan tetap ketahuan. Apa kepalanya berisi metal detektor?“Dari mana?” tanya ini selalu menyambut kepulanganku, tanpa senyum sejuk yang menghalau lelah. Seharusnya sebagai istri, Angela lebih mempelajari teknik memanjakan suami. Bukan meningkatkan performa menindas pasangan.Aku tahu, setiap manusia terlahir sebagai pemarah andal. Adakah avatar yang dinobatkan sebagai pengendali emosi? Jika ada, aku akan datangi agar Angela lupa pada nada untuk marah. Bosan setiap malam mendapat sambutan khusus.Dia tidak cerewet, tetapi sedikit menikam setiap kali melontarkan kata-kata. Tak heran jika lidah mampu membunuh tanpa perlu menyentuh orang lain, cukup menjadi pemilik kosakata sadis dengan pemilihan diksi paling buruk. Iya, seperti Angela! Dia begitu ahli dalam menebas perasaan da
Masih dari tahun 2017, saat aku sudah bekerja di salah satu Puskesmas. Memang ada seorang gadis cantik yang dekat denganku, tetapi kami hanya sebatas saling menggenggam tangan. Sebab, dia anak pondok yang menjaga sikap untuk jauh dari khilaf.Kami membahas hal seru di setiap tulisan yang kukirim padanya, Ayu sangat menyukai tulisan Angela. Dia bahkan, akan antusias dalam membahas adegan demi adegan yang seolah diciptakan begitu nyata oleh istriku. Tentu saja, gadis ini tak tahu penulis aslinya.Kukatakan jika seseorang membantuku membuat tulisan tersebut, aku juga menyabotase grup-grup menulis milik Angela. Kukatakan jika di sana Dyo Kusuma sering mengisi kelas online, bahkan dianggap sebagai salah satu penulis yang keberadaannya diperhitungkan. Kalian tahu responsnya? Ayu semakin berbinar-binar.“Bapak hebat, suatu saat Ayu mau sepeti Bapak.” Dia menunjukkan rasa takjub, memberi senyuman terbaik untukku. Lihat, senyuman! Hal paling indah yang jarang
Ini di tahun yang sama, kejadian 2017 lalu. Ketika aku masih bersama Ayu, santri asal pondok pesantren ternama yang dianggap alim nan lugu itu sudah dilepas segelnya oleh Dyo Kusuma. Bangga? Jelas, dong! Usia 28 tahun masih laku pada gadis.Sebenarnya malas sekali untuk dinas malam, tetapi daripada di rumah dan terlibat adu pendapat dengan Angela atau diabaikan olehnya hanya karena dia selalu curiga pada setiap alasanku betah di Puskesmas. Heran, dia selalu merasakan hal-hal yang menyudutkan, bisa enggak tak usah mempermasalahkan kesenanganku?Aku tak melakukan hal busuk, Ayu menyerahkan kehormatannya tanpa paksaan. Dia mau, kenapa justru menganggap para pria brengsek? Tingkat kebejatan seseorang selalu dinilai secara sepihak, apa akan terjadi sebuah dosa jika tak diberi celah?Jika memang aku satu-satunya pelaku kejahatan, dianggap tukang celup sana-sini. Apa si pemilik celupan terbebas dari kesalahan? Kenapa setiap perempuan selalu memaafkan khilafnya sesama,
“Dyo!” Panggilan ini sedikit mengagetkan, seorang bidan muda yang masih sukwan menepuk pundak. Dia tersenyum saat melihat tampangku, tak ada sopan-sopannya anak muda sekarang. Padahal umurnya jauh di bawah aku.Masih mending Shiva, mau memanggil 'Mas'. Eh! Dia tak menampakkan diri setelah menyerahkan diri semalam, servis luar biasa di kala tak terduga. Kejutan keren yang mampu membuat semangat menggebu pagi ini.Namun, di mana Ayu? Kenapa dia tak terlihat? Biasanya bus mini akan datang sebelum aku muncul di sini, tetapi sekarang malah belum menampakkan batang hidung.“Apa, sih, Meg?” Aku langsung menanyakan maksud sang gadis berbadan sintal datang di saat tak biasa, atlet voli Puskesmas itu pun hanya menyengir. Mirip kuda kebelet kawin, ada apa dengannya? Mendadak sok akrab begini, pasti ada maunya.“Kita selesaikan sekarang saja, ya?” Kalimat aneh ini cukup rancu, menimbulkan sedikit perasaan aneh dalam benak. Apa yang
Dalam suatu tempat kerja pasti akan sering terjadi hal-hal penuh kejutan, ternyata tak hanya kaum pria saja. Namun, Kambing Hitam paling mengenaskan selalu dari sisi kami. Padahal setiap kali hal ilegal terjadi diam-diam, mereka yang mau.Bukankah suatu kejadian dianggap bejat dan biadab ketika penuh paksaan? Aku bahkan sama sekali tak memaksa, justru mereka yang menggiring sosok suami mania sepertiku menuju lembah kecurangan paling mematikan. Keterlaluan!Menempati kantor baru, ruang sempit yang mengharuskan berdesakan. Tak betah di dalam, para lelaki lebih suka berdiam diri di luar. Menghabiskan waktu dengan bercengkerama atau sekadar bermain kartu, tak ada pasien serius. Hanya sesekali warga datang untuk memeriksakan diri.Shiva atau Mega tak ditempatkan di sini, Ayu juga mulai jarang datang. Tak ada hiburan sama sekali, membosankan bekerja jika terus begini. Aku berharap waktu segera berlalu, mengembalikan Ayu kembali sehingga semangat tak lagi bersembunyi.
“Puas?” sentakku saat kami tiba di rumah, memerhatikan perempuan yang tengah melepas kerudung panjangnya hingga menampakkan keseluruhan pesona. Memang dia tampak menarik dilihat sisi mana pun, bukan hanya sekadar bualan belaka. Kemungkinan rasa percaya diri super tingginya berasal dari wajah cantik yang terpancar nyata.Angela memiliki 1001 cara dalam menyikapi kecurangan demi kecurangan yang kulakukan, anehnya dia tak pernah mempermasalahkan hingga lanjut. Wanita satu ini menurutku terlalu tenang, ia akan bersikap santai setelah melakukan hal besar. Apa dia Psikopat?Seolah tak terjadi apa-apa, Angela akan melakukan setiap aktivitas seperti biasa. Sama sekali tidak terusik oleh Ayu, padahal dialah yang melaporkan kekasih hatiku itu. Sama seperti kasus Cindy, Angela hanya melakukan tugas sesuai porsi yang ia inginkan.“Apa kamu tak kasihan padanya? Dia dikeluarkan dari pondok!” Aku benar-benar gusar, bagiku sosok Ayu tak layak mendapat pe
“Apa lagi, sih?” Angela tampak malas membuka pintu kamar saat aku sudah selesai mengantar Mama pulang, kenyang dengan omelan wanita yang melahirkanku ke dunia. Sementara istriku tampak enggan mempersilakan suaminya masuk kamar.“Masih tanya apa?” ulangku tak percaya pada caranya menyambut, Angela hanya berbalik badan. Malas memandang suaminya sendiri, apa ini sikap seorang istri setelah melakukan aksi kurang ajar?Dia bahkan berani bertingkah tak sopan di depan mama, menunjukkan rasa benci berlebihan. Dasar istri tidak punya etika! Seorang ibu wajib dihormati sekalipun sering membuat goresan luka serta hinaan padanya. Toh, ibu mertua tetaplah orang tua yang harus dia hormati.“Kenapa kamu mengatakannya pada mama?” Aku langsung mengatakan apa yang ada dalam kepala, tak sanggup menahan diri untuk sekadar berbasa-basi. Dia memang harus diberi pelajaran agar tidak selalu bertingkah sesuka hati.“Ada bukti kalau aku ya
“Kenapa mukamu begitu?” Tari mengerutkan kening sembari membuka pintu untuk memudahkan aku masuk, masih mau mengaitkan nama sahabatku dengan artis lagi? Tari Maharani, bukan ada tambahan Cut di depannya. Dia juga kagak ada sensual bin bak gitar Spanyol.Hanya gadis manis yang akan membuatkan ramen di saat muka ini kusut, bahkan disetrika pun belum tentu bisa balik kencang. Padahal umurku belum begitu tua, berkat Papa dan Angela semua terasa begitu melelahkan. Apa hidup memang sesialan ini?“Bagi link, dong.” Aku langsung menodong Tari dengan permintaan situs yang kemungkinan ia miliki, gadis itu langsung melempar bantal kursi. Apa lagi, sih? Orang cuma minta alamat sebuah video.“Dasar cabul!” Dia menggerutu sembari menuju dapur, pasti akan memasakkan mie instan bumbu setan. Baguslah, setidaknya kepedasan level Dewa mampu mengurangi rasa kesal akibat pertemuan panas dengan Ika.“Otakmu cabul, orang aku mau nonton lanjutan Mr. Queen. Lumayan ngademin isi kepala.” Langsung saja kubalas,
Pantas saja lelaki tua itu keblinger, langsung betah tinggal berjauhan dengan Mama setelah berjumpa perempuan ini. Naluri binatangnya memang mumpuni, pandai menilai tingkat kemurahan seorang wanita. Di depanku sudah duduk seorang perempuan bernama Ika, panggilan kelas atas yang menjadi simpanan Papa selama satu tahun terakhir.Jadi, dia manusianya? Penampakan fisik yang memang menggoda, seolah dicungkil dari dunia kamasutra. Layak menjadi bulan-bulanan nafsu liar, sangat menjijikkan. Cantik, tapi kalau rela dijarah gratisan ... tetap sampah!“Kamu mencariku kata Mas Bimo, ada apa?” tanya Ika sok akrab, padahal ini kali pertama kami bertemu. Profesional sekali. Apa gara-gara perempuan tak punya urat malu di depanku, papa sampai mulai meninggalkan rumah dan bermain tangan?“Iya, Mas Bimo mengatakan kalau Mbak Ika sudah tak melayani tamu karena akan menikah. Sebelumnya selamat, tapi ....” Aku sengaja menggantung kalimat, menunjukkan keraguan dengan tampang serius. Menghadapi wanita tak t
Ika bukan janda beranak tiga, dia tak bersuami lantaran mantannya memang sudah meninggal, dan belum memiliki anak. Jadi, jangan ada yang mengaitkan namanya dengan ketenaran seorang artis Ibu Kota. Sebab, setiap alur kisah memiliki narasi dan konflik berbeda, sekalipun premis mirip.Banyak pula yang protes akan nama papa. Ferdy S, profesi pun sebagai pengacara. Ya Tuhan, aku bahkan tidak bermaksud mendongeng mengenai nama-nama beken di Negara ini. Sampai ada ancaman bakal somasi dan sebagainya.Apa kemiripan sebuah nama dan profesi akan menjerat seorang anak ke dalam bui? Ini hanya kisah ayah biadabku, tentang sosok lelaki 55 tahun yang hobi mengoleksi perempuan berparas cantik nan glow up. Bukan mengenai pengacara andal yang sepak terjangnya menjadi sorotan media.Papa juga terkenal, tetapi sebatas pengacara lokal dengan berbagai skandal cukup memusingkan kepala. Sebab, sebagai anak, aku merasa menyesal dan malu terlahir dari perpaduan gen Ferdy S dan Julia. Apa kalian juga akan mempe
Kalian selalu beranggapan jika aku brengsek bukan? Semua itu bermula bukan tanpa alasan, mau tahu alasannya? Baiklah, kita mulai kembali menoleh ke belakang, terkait alasanku sangat memburu wanita.Hanya saja, sekarang kabar buruk lain menimpa. Ayahku akan kawin lagi, ada apa dengan pria itu? Dia mau bersaing denganku?Laki-laki yang mendapat gelar ayah itu tak layak disebut manusia, dia bahkan tega mengkhianati Mama. Wanita paling setia di dunia ini. Akan lebih baik kalau membuat pengalihan rasa kesal, dari Hera menuju perempuan lain.Usiaku memang sudah cukup matang serta telah memiliki istri, bahkan bersiap menduda kalau Angela nekat meminta cerai. Akan tetapi, bukan alasan untuk tetap diam saat ada yang mencoba merusak rumah tangga kedua orang tuaku. Singkatnya, perempuan yang sedang mendekati Papa adalah janda kesepian. Mereka berniat menikah tanpa tahu malu.Mama sudah tahu tentang kebusukan suaminya, tetapi memilih pasrah. Berharap keajaiban datang, sangat naif sekali. Di zaman
Kurasa tak perlu menunggu lebih lama lagi, nyatanya Tuhan tidak sedang ingin membuatku tenang. Bahkan, menciptakan sensasi aneh lainnya. Rasa kaget berlipat ganda harus kurasakan sekarang sembari mengerjap-ngerjap tak percaya.Sebab, sosok paling menjijikkan sudah berdiri di depan mata. Apa yang ingin dia lakukan sekarang? Kenapa harus muncul di hadapanku saat malas melayaninya?Lebih baik kuabaikan, buat apa juga meladeni wanita yang sangat tidak tahu diri ini. Akan lebih baik bagiku menghindar, bukan memberi peluang. Sebab, kami tak perlu menjalani kehidupan palsu lagi.Dia hanya akan menyisakan kenangan paling buruk, kedatanganku ke rumah ini hanya untuk menghindari Angela. Membuat istriku tidak tenang, tentu akan merenung di sana. Hanya saja, kenapa Hera pun menunjukkan sikap aneh?“Minggirlah, jangan mendekat padaku karena aku lelah.” Aku sengaja menekankan kalimat, mengingatkan pada sebuah penolakan menyakitkan.Hanya saja, saat hendak melewati, justru wanita itu mencekal pergel
Ini nasib sial, sekali lagi Tuhan menempatkan pada takdir paling buruk. Setelah semua yang menimpa diri, merasa telah dientas dari sengsara. Namun, hanya berpindah pada perundungan lain. Hera, si manis dengan perangai buruk. Artis yang layak mendapat penghargaan terbaik, enam bulan penuh mampu menyihir melalui karakter palsu.Aku terkecoh, tertipu oleh setiap senyum teduh yang ramah. Kesabaran dalam menenangkan, diikuti sikap lembut penuh perhatian. Semua itu hanya muslihat, ia bahkan tidak lebih baik dari Angela.Selingkuhan pemilik janji manis dengan kenyataan pahit, target yang hendak kubuat menyesal. Akan tetapi, justru aku dikejutkan olehnya. Bagaimana bisa tertipu oleh pesona yang kunilai tanpa kebohongan?Aku tak boleh terusik, tetap fokus pada tujuan. Sebab, kedatanganku padanya memang untuk mendapatkan kepuasan. Jadi, lebih baik tetap bersikap tenang meski berada di bawah tekanan kenyataan yang tidak diinginkan.Jangan sampai gagal sebelum melakukan aksi nyaman, apalagi targe
Ini masih saat sebelum Angela melabrak kami di hotel, terjadi beberapa bulan sebelumnya. Ketika Hera menginginkan hal tak masuk akal, meminta dirinya menikah. Sebagai bukti cinta serta keseriusan katanya.Itu gila! Apa dia ingin menjadikanku tumbal? Apa Hera lupa jika selama satu tahun ini menghabiskan uang siapa?Kalau aku benar-benar harus kehilangan Angela, tentu hidup sengasara akan benar-benar tersaji nyata di depan mata. Dia memang sedikit berbeda di atas ranjang, kurang menguasai medan karena memang memiliki penyakit bawaan. Namun, untuk urusan menghasilkan uang, Hera bukan tandingan sepadan.Jika kami benar-benar menikah dan Angela tahu, tentu perceraian akan ada di depan mata. Hanya saja, tak mungkin melepas Hera yang selalu bisa memberikan kepuasan. Harus menemukan alasan agar dia tidak selalu membahas pernikahan.“Mas, kapan kita akan menikah?” tanyanya dengan nada manja yang sangat khas, menempelkan dua tombol on di lengan
Begitulah kami mengawali sebuah hubungan manis, aku begitu menyukai kebersamaan yang sangat nyaman. Sebab, Hera mampu mengimbangiku di atas ranjang dengan benar, tidak sebentar-sebentar mengaduh kesakitan. Jadi, lebih leluasa melampiaskan hal yang selalu tak terbendung dalam diri.Jadi, aku benar-benar memutuskan menggunakannya sebagai teman ranjang, berbagi kehangatan yang jauh lebih menggairahkan. Setidaknya memiliki hiburan yang begitu menantang, tidak monoton dalam menyikapi kehidupan. Apalagi dengan Angela yang sangat menyebalkan.“Kamu mau lembur atau ke hotel?” sindirnya suatu waktu ketika melihatku sedang mengambil sepatu kerja, “daripada investasi dosa tanpa mendapatkan keuntungan pahala, mending nikah saja sana. Bukankah keinginanmu sangat besar sampai tak bisa membedakan antara hasrat dengan nafsu setan?”Dia yang sedang menarikan jemari di atas laptop justru kian mahir melontarkan kalimat-kalimat pedas, bagaimana dirinya sangg
Jika semua orang mengatakan mengenai perselingkuhan terjadi karena adanya niat dari si pelaku, kalimat tersebut sedikit berlebihan. menurutku, tidak semua keinginan mengarah pada hal buruk. Apalagi mengenai kecurangan hati.Namun, lebih mengarah pada kesempatan. Begitulah yang selama ini kualami terkait hal-hal yang dianggap sangat tidak terhormat, siapa yang memulai? Bukan aku dan sama sekali tidak pernah terencana. Semua terjadi begitu saja!Seperti sekarang, Hera datang dalam kehidupan rumah tangga kami bukan karena aku yang mengundang. Dia mengetuk pintu dan sebagai tuan rumah yang baik, bukankah sangat disarankan untuk menghormati tamu? Mempersilakan masuk sesuai aturan yang ada.[Mas Dyo apa kabar?]Kalian baca pesannya? Padahal kami baru bertemu semalam, dia juga sangat jelas melihat kondisiku sangat baik. Basa-basi ini sangat jelas akan mengarah ke mana bukan?[Ini aku, Mas. Hera!][Mas Dyo lupa?][Aku yang pas SMA suka sama M