Membahas Angela tak akan ada habisnya, dia bagai rumus matematika. Sulit dipecahkan isi pikirannya, kenapa selalu mengetahui setiap kesalahan yang kuperbuat di luar rumah? Berbohong pun percuma, akan tetap ketahuan. Apa kepalanya berisi metal detektor?
“Dari mana?” tanya ini selalu menyambut kepulanganku, tanpa senyum sejuk yang menghalau lelah. Seharusnya sebagai istri, Angela lebih mempelajari teknik memanjakan suami. Bukan meningkatkan performa menindas pasangan.
Aku tahu, setiap manusia terlahir sebagai pemarah andal. Adakah avatar yang dinobatkan sebagai pengendali emosi? Jika ada, aku akan datangi agar Angela lupa pada nada untuk marah. Bosan setiap malam mendapat sambutan khusus.
Dia tidak cerewet, tetapi sedikit menikam setiap kali melontarkan kata-kata. Tak heran jika lidah mampu membunuh tanpa perlu menyentuh orang lain, cukup menjadi pemilik kosakata sadis dengan pemilihan diksi paling buruk. Iya, seperti Angela! Dia begitu ahli dalam menebas perasaan dan melukai harga diri seorang pria.
“Apa aku harus selalu melaporkan semuanya padamu, kamu tukang sensus?” Laki-laki sejati jangan mau diatur seorang wanita, akan hilang harkat dan martabatnya. Mereka terlalu memantau kegiatan tanpa mau memberi kebebasan, selalu berpraduga seolah setiap langkah yang dilakukan akan menuju Neraka. Padahal hanya bermain game bersama teman-teman di Puskesmas.
Oh iya, kisah kali ini terjadi di tahun 2017. Kita flash back dulu. Jadi, kalian akan tahu betapa merintihnya hatiku menjadi suami yang terdzolimi. Jangan hanya karena satu kubu, lalu menyimpulkan permasalahan berat sebelah. Faktanya, Angela memang super posesif dan impulsif sebagai seorang istri.
“Silakan, aku tak mau mendikte untuk urusan rumah tangga. Namun, kamu bernapas bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi ada banyak hal memuakkan yang perlu dilalui. Kenapa aku yang harus mengecap pahitnya pernikahan, sementara kamu kebagian yang manis-manis?” Angela mulai meracau hal tak masuk akal yang sama sekali sulit dipahami, “Apa setelah kamu memberi jatah uang detergen, lalu bebas pulang subuh? Di sini bukan kontrakan, ada mertuamu yang memerhatikan. Setidaknya jangan tampakkan kebusukan karakter pada mereka.”
Benar bukan? Sulit berkaca diri sedangkan untuk mengomentari orang lain, Angela begitu andal. Mengapa lidahnya sangat cepat menanggapi kesalahan orang sedangkan dia belum tentu bersih dari kesalahan? Menjadi istri saja tak becus, rumah masih berantakan saat aku pulang.
Begitu mudahnya mengomentari orang lain, tanpa berkaca terlebih dahulu. Ketika aku
berbuat salah, dia terus saja mengomentari. Bahkan, sekecil apa pun akan terus ia gali sampai besar.Betapa berbahayanya anggota tubuh tanpa tulang ini, jika dibiarkan akan berbuah fitnah. Parahnya, Angela tak sadar dengan semua yang ia lontarkan, seolah aku memang telah melakukan hal keji di luar sana. Apa salahnya bermain bersama rekan kerja?
“Apa lagi yang aku lakukan sekarang, kenapa kamu begitu mudah menjudge seolah suamimu ini tak memiliki celah kebaikan? Kamu mendengarkan omongan orang kembali? Mereka melancarkan fitnah apa lagi?”
“Siapa pemilik akun Muhammad Zulfan?” tanya Angela menampar kesadaran sekali lagi, “Dia kekasih Ayu Samira, bukan? Anak magang dari pondok pesantren yang legendaris di kota ini? Haruskah kulakukan aksi serupa dengan dua tahun lalu?”
Sial! Kenapa lagi dengan Angela? Apa dia membenamkan semacam cip rahasia dalam diriku sampai semua kegiatan di luar rumah mampu diketahui dengan baik? Aku baru memulai, masa harus mengakhiri kesenangan bersama Ayu?
“Hati-hati dengan penilaianmu, dia hanya anak pondok yang sedang magang. Tak tahu apa yang kamu dengar, jangan melakukan hal bodoh padanya.”
“Kenapa, kamu sudah jatuh cinta karena sukses membuat dia kagum dengan tulisanmu? Berani-beraninya kamu memlagiat cerpen dan puisi milikku untuk merayu anak SMK lagi? Apa kamu punya kelainan mental?”
Lidah seharusnya digunakan untuk mengucap kebaikan, bukan malah dimanfaatkan sebagai alat dalam mengomentari kesalahan orang lain. Ternyata benar, lidah lebih tajam dari pedang.
Ia bisa membunuh, merusak hubungan, menjauhkan dari yang dekat, dan memisahkan dari hal baik. Bahkan lebih buruknya lagi, akan mampu menghapus kebaikan yang pernah dilakukan. Mungkin saja Angela kelebihan muatan pahala sehingga mau menyeimbangkannya dengan dosa.Lagi pula, dari mana dia tahu jika akun palsu itu adalah milikku? Kenapa Angela harus mengenal setiap bahasa tulisku dengan baik? Ia hanya seorang istri yang selama 24 jam kali tujuh hari berkutat dengan tulisan, mengarang indah tanpa berpikir normal.
Bukankah pekerjaan itu sia-sia? Menulis sesuatu yang hanya ada dalam rahim imajinasi, melahirkan kisah-kisah manis penuh kepalsuan. Dialah sosok berkelainan mental sesungguhnya, melampiaskan setiap kesalahan padaku. Bersikap seolah aku adalah antagonis paling tak berperasaan!
Angela memang ahli dalam menarik kesimpulan sesuai apa yang ia pikirkan, menempatkan suaminya pada situasi rumit. Penuh intrik dan jebakan, seakan setiap tindakanku merupakan kekeliruan tak termaafkan. Menjadikan seorang Dyo sebagai bulan-bulanan dosa, munafik sekali!
Aku hanya menjadikan Ayu sebagai kekasih biasa, tak berbuat sejauh yang kulakukan bersama Cindy. Dia lebih naif, belum tersentuh. Tahu sendirilah pergaulan anak pondok, hanya perlu dipancingi kisah-kisah romantis milik istriku. Setidaknya, tulisan Angela memiliki manfaat, mampu menggugah hati pembaca.
Bukankah aku membantunya mengenalkan karya yang ia tulis? Seharusnya berterima kasih, malah menuduh suami yang baik ini sebagai plagiat. Sangat sulit dinalar, memberikan setiap penilaian buruk ketika belum melihat dengan mata kepala sendiri. Dia menilai berdasarkan praduga saja, egois!
“Perlu aku laporkan pada bagian keamanan pondok pesantren atau datang langsung menghadap pengasuh dan membeberkan bukti chat mesra kalian?”
“Kamu jangan gila, belum puas merusak masa depan Cindy? Dia dibully karena ulahmu.”
Angela tertawa lepas, benar-benar perempuan licik. Pasti bangga dia, sukses membuat hidup orang lain sengsara. Bahkan, Cindy dikeluarkan sebelum sempat ikut ulangan. Kasihan bukan? Hanya demi ambisinya, ia rela melibas takdir perempuan lain.
“Masa depan seseorang itu bergantung dengan amal dan perbuatan di masa lalunya, enggak mungkin menyemai padi tumbuh benalu. Dia sudah memanen hasil dari yang tertanam, apa kamu belum sadar jika setiap konsep sebab akan berakhir menjadi akibat?”
Jadi, dia mengutukku sekarang? Mencoba menakut-nakuti dengan karma, picik sekali! Dia yang membuat hidup Cindy berantakan, masih mencari banyak alasan guna menempatkan gadis itu di posisi paling bersalah.
“Selama posisiku benar, akan kupertahankan apa yang menjadi hak. Namun, ketika yang bersangkutan tak layak dipertahankan sebagai kewajiban mutlak di sisiku, pasti kulepas tanpa berpikir panjang.”
“Kamu mengancamku?”
“Kamu ada sisa kepingan otak di dalam batok kepala?” balasnya dengan begitu anggun sembari menghadiahkan tatap lembut, “Selalu ada kesempatan paling akhir, Mas. Bukan karena aku mencintaimu dengan bodoh, tetapi pernikahan ini masih kuhormati kesakralannya. Dua kali kamu bertingkah binatang, kuanggap Tuhan sedang menguji kelanggengan hati. Bertobatlah, masih ada waktu memperbaiki kesalahan demi kesalahan. Jangan menunggu murka Tuhan, karena kita tak tahu kapan takdir akan menjungkirbalikkan keadaan.”
Lagi-lagi hanya menakuti, dia pasti cuma menggertak. Menakuti seolah tahu segalanya, mana mungkin memergoki kami. Sangat mustahil. Sebab, aku dan Ayu menjalin hubungan diam-diam tapa meninggalkan jejak di f******k.
Tunggu, kenapa dia tahu tentang akun kloninganku sekali lagi? Apa dia menyadap ponsel milikku? Sebab, mustahil mengetahuinya tanpa menemukan bukti akurat. Siapa di balik semua kepintarannya itu?
***
Masih dari tahun 2017, saat aku sudah bekerja di salah satu Puskesmas. Memang ada seorang gadis cantik yang dekat denganku, tetapi kami hanya sebatas saling menggenggam tangan. Sebab, dia anak pondok yang menjaga sikap untuk jauh dari khilaf.Kami membahas hal seru di setiap tulisan yang kukirim padanya, Ayu sangat menyukai tulisan Angela. Dia bahkan, akan antusias dalam membahas adegan demi adegan yang seolah diciptakan begitu nyata oleh istriku. Tentu saja, gadis ini tak tahu penulis aslinya.Kukatakan jika seseorang membantuku membuat tulisan tersebut, aku juga menyabotase grup-grup menulis milik Angela. Kukatakan jika di sana Dyo Kusuma sering mengisi kelas online, bahkan dianggap sebagai salah satu penulis yang keberadaannya diperhitungkan. Kalian tahu responsnya? Ayu semakin berbinar-binar.“Bapak hebat, suatu saat Ayu mau sepeti Bapak.” Dia menunjukkan rasa takjub, memberi senyuman terbaik untukku. Lihat, senyuman! Hal paling indah yang jarang
Ini di tahun yang sama, kejadian 2017 lalu. Ketika aku masih bersama Ayu, santri asal pondok pesantren ternama yang dianggap alim nan lugu itu sudah dilepas segelnya oleh Dyo Kusuma. Bangga? Jelas, dong! Usia 28 tahun masih laku pada gadis.Sebenarnya malas sekali untuk dinas malam, tetapi daripada di rumah dan terlibat adu pendapat dengan Angela atau diabaikan olehnya hanya karena dia selalu curiga pada setiap alasanku betah di Puskesmas. Heran, dia selalu merasakan hal-hal yang menyudutkan, bisa enggak tak usah mempermasalahkan kesenanganku?Aku tak melakukan hal busuk, Ayu menyerahkan kehormatannya tanpa paksaan. Dia mau, kenapa justru menganggap para pria brengsek? Tingkat kebejatan seseorang selalu dinilai secara sepihak, apa akan terjadi sebuah dosa jika tak diberi celah?Jika memang aku satu-satunya pelaku kejahatan, dianggap tukang celup sana-sini. Apa si pemilik celupan terbebas dari kesalahan? Kenapa setiap perempuan selalu memaafkan khilafnya sesama,
“Dyo!” Panggilan ini sedikit mengagetkan, seorang bidan muda yang masih sukwan menepuk pundak. Dia tersenyum saat melihat tampangku, tak ada sopan-sopannya anak muda sekarang. Padahal umurnya jauh di bawah aku.Masih mending Shiva, mau memanggil 'Mas'. Eh! Dia tak menampakkan diri setelah menyerahkan diri semalam, servis luar biasa di kala tak terduga. Kejutan keren yang mampu membuat semangat menggebu pagi ini.Namun, di mana Ayu? Kenapa dia tak terlihat? Biasanya bus mini akan datang sebelum aku muncul di sini, tetapi sekarang malah belum menampakkan batang hidung.“Apa, sih, Meg?” Aku langsung menanyakan maksud sang gadis berbadan sintal datang di saat tak biasa, atlet voli Puskesmas itu pun hanya menyengir. Mirip kuda kebelet kawin, ada apa dengannya? Mendadak sok akrab begini, pasti ada maunya.“Kita selesaikan sekarang saja, ya?” Kalimat aneh ini cukup rancu, menimbulkan sedikit perasaan aneh dalam benak. Apa yang
Dalam suatu tempat kerja pasti akan sering terjadi hal-hal penuh kejutan, ternyata tak hanya kaum pria saja. Namun, Kambing Hitam paling mengenaskan selalu dari sisi kami. Padahal setiap kali hal ilegal terjadi diam-diam, mereka yang mau.Bukankah suatu kejadian dianggap bejat dan biadab ketika penuh paksaan? Aku bahkan sama sekali tak memaksa, justru mereka yang menggiring sosok suami mania sepertiku menuju lembah kecurangan paling mematikan. Keterlaluan!Menempati kantor baru, ruang sempit yang mengharuskan berdesakan. Tak betah di dalam, para lelaki lebih suka berdiam diri di luar. Menghabiskan waktu dengan bercengkerama atau sekadar bermain kartu, tak ada pasien serius. Hanya sesekali warga datang untuk memeriksakan diri.Shiva atau Mega tak ditempatkan di sini, Ayu juga mulai jarang datang. Tak ada hiburan sama sekali, membosankan bekerja jika terus begini. Aku berharap waktu segera berlalu, mengembalikan Ayu kembali sehingga semangat tak lagi bersembunyi.
“Puas?” sentakku saat kami tiba di rumah, memerhatikan perempuan yang tengah melepas kerudung panjangnya hingga menampakkan keseluruhan pesona. Memang dia tampak menarik dilihat sisi mana pun, bukan hanya sekadar bualan belaka. Kemungkinan rasa percaya diri super tingginya berasal dari wajah cantik yang terpancar nyata.Angela memiliki 1001 cara dalam menyikapi kecurangan demi kecurangan yang kulakukan, anehnya dia tak pernah mempermasalahkan hingga lanjut. Wanita satu ini menurutku terlalu tenang, ia akan bersikap santai setelah melakukan hal besar. Apa dia Psikopat?Seolah tak terjadi apa-apa, Angela akan melakukan setiap aktivitas seperti biasa. Sama sekali tidak terusik oleh Ayu, padahal dialah yang melaporkan kekasih hatiku itu. Sama seperti kasus Cindy, Angela hanya melakukan tugas sesuai porsi yang ia inginkan.“Apa kamu tak kasihan padanya? Dia dikeluarkan dari pondok!” Aku benar-benar gusar, bagiku sosok Ayu tak layak mendapat pe
“Apa lagi, sih?” Angela tampak malas membuka pintu kamar saat aku sudah selesai mengantar Mama pulang, kenyang dengan omelan wanita yang melahirkanku ke dunia. Sementara istriku tampak enggan mempersilakan suaminya masuk kamar.“Masih tanya apa?” ulangku tak percaya pada caranya menyambut, Angela hanya berbalik badan. Malas memandang suaminya sendiri, apa ini sikap seorang istri setelah melakukan aksi kurang ajar?Dia bahkan berani bertingkah tak sopan di depan mama, menunjukkan rasa benci berlebihan. Dasar istri tidak punya etika! Seorang ibu wajib dihormati sekalipun sering membuat goresan luka serta hinaan padanya. Toh, ibu mertua tetaplah orang tua yang harus dia hormati.“Kenapa kamu mengatakannya pada mama?” Aku langsung mengatakan apa yang ada dalam kepala, tak sanggup menahan diri untuk sekadar berbasa-basi. Dia memang harus diberi pelajaran agar tidak selalu bertingkah sesuka hati.“Ada bukti kalau aku ya
Jika semua orang mengatakan mengenai perselingkuhan terjadi karena adanya niat dari si pelaku, kalimat tersebut sedikit berlebihan. menurutku, tidak semua keinginan mengarah pada hal buruk. Apalagi mengenai kecurangan hati.Namun, lebih mengarah pada kesempatan. Begitulah yang selama ini kualami terkait hal-hal yang dianggap sangat tidak terhormat, siapa yang memulai? Bukan aku dan sama sekali tidak pernah terencana. Semua terjadi begitu saja!Seperti sekarang, Hera datang dalam kehidupan rumah tangga kami bukan karena aku yang mengundang. Dia mengetuk pintu dan sebagai tuan rumah yang baik, bukankah sangat disarankan untuk menghormati tamu? Mempersilakan masuk sesuai aturan yang ada.[Mas Dyo apa kabar?]Kalian baca pesannya? Padahal kami baru bertemu semalam, dia juga sangat jelas melihat kondisiku sangat baik. Basa-basi ini sangat jelas akan mengarah ke mana bukan?[Ini aku, Mas. Hera!][Mas Dyo lupa?][Aku yang pas SMA suka sama M
Begitulah kami mengawali sebuah hubungan manis, aku begitu menyukai kebersamaan yang sangat nyaman. Sebab, Hera mampu mengimbangiku di atas ranjang dengan benar, tidak sebentar-sebentar mengaduh kesakitan. Jadi, lebih leluasa melampiaskan hal yang selalu tak terbendung dalam diri.Jadi, aku benar-benar memutuskan menggunakannya sebagai teman ranjang, berbagi kehangatan yang jauh lebih menggairahkan. Setidaknya memiliki hiburan yang begitu menantang, tidak monoton dalam menyikapi kehidupan. Apalagi dengan Angela yang sangat menyebalkan.“Kamu mau lembur atau ke hotel?” sindirnya suatu waktu ketika melihatku sedang mengambil sepatu kerja, “daripada investasi dosa tanpa mendapatkan keuntungan pahala, mending nikah saja sana. Bukankah keinginanmu sangat besar sampai tak bisa membedakan antara hasrat dengan nafsu setan?”Dia yang sedang menarikan jemari di atas laptop justru kian mahir melontarkan kalimat-kalimat pedas, bagaimana dirinya sangg
“Kenapa mukamu begitu?” Tari mengerutkan kening sembari membuka pintu untuk memudahkan aku masuk, masih mau mengaitkan nama sahabatku dengan artis lagi? Tari Maharani, bukan ada tambahan Cut di depannya. Dia juga kagak ada sensual bin bak gitar Spanyol.Hanya gadis manis yang akan membuatkan ramen di saat muka ini kusut, bahkan disetrika pun belum tentu bisa balik kencang. Padahal umurku belum begitu tua, berkat Papa dan Angela semua terasa begitu melelahkan. Apa hidup memang sesialan ini?“Bagi link, dong.” Aku langsung menodong Tari dengan permintaan situs yang kemungkinan ia miliki, gadis itu langsung melempar bantal kursi. Apa lagi, sih? Orang cuma minta alamat sebuah video.“Dasar cabul!” Dia menggerutu sembari menuju dapur, pasti akan memasakkan mie instan bumbu setan. Baguslah, setidaknya kepedasan level Dewa mampu mengurangi rasa kesal akibat pertemuan panas dengan Ika.“Otakmu cabul, orang aku mau nonton lanjutan Mr. Queen. Lumayan ngademin isi kepala.” Langsung saja kubalas,
Pantas saja lelaki tua itu keblinger, langsung betah tinggal berjauhan dengan Mama setelah berjumpa perempuan ini. Naluri binatangnya memang mumpuni, pandai menilai tingkat kemurahan seorang wanita. Di depanku sudah duduk seorang perempuan bernama Ika, panggilan kelas atas yang menjadi simpanan Papa selama satu tahun terakhir.Jadi, dia manusianya? Penampakan fisik yang memang menggoda, seolah dicungkil dari dunia kamasutra. Layak menjadi bulan-bulanan nafsu liar, sangat menjijikkan. Cantik, tapi kalau rela dijarah gratisan ... tetap sampah!“Kamu mencariku kata Mas Bimo, ada apa?” tanya Ika sok akrab, padahal ini kali pertama kami bertemu. Profesional sekali. Apa gara-gara perempuan tak punya urat malu di depanku, papa sampai mulai meninggalkan rumah dan bermain tangan?“Iya, Mas Bimo mengatakan kalau Mbak Ika sudah tak melayani tamu karena akan menikah. Sebelumnya selamat, tapi ....” Aku sengaja menggantung kalimat, menunjukkan keraguan dengan tampang serius. Menghadapi wanita tak t
Ika bukan janda beranak tiga, dia tak bersuami lantaran mantannya memang sudah meninggal, dan belum memiliki anak. Jadi, jangan ada yang mengaitkan namanya dengan ketenaran seorang artis Ibu Kota. Sebab, setiap alur kisah memiliki narasi dan konflik berbeda, sekalipun premis mirip.Banyak pula yang protes akan nama papa. Ferdy S, profesi pun sebagai pengacara. Ya Tuhan, aku bahkan tidak bermaksud mendongeng mengenai nama-nama beken di Negara ini. Sampai ada ancaman bakal somasi dan sebagainya.Apa kemiripan sebuah nama dan profesi akan menjerat seorang anak ke dalam bui? Ini hanya kisah ayah biadabku, tentang sosok lelaki 55 tahun yang hobi mengoleksi perempuan berparas cantik nan glow up. Bukan mengenai pengacara andal yang sepak terjangnya menjadi sorotan media.Papa juga terkenal, tetapi sebatas pengacara lokal dengan berbagai skandal cukup memusingkan kepala. Sebab, sebagai anak, aku merasa menyesal dan malu terlahir dari perpaduan gen Ferdy S dan Julia. Apa kalian juga akan mempe
Kalian selalu beranggapan jika aku brengsek bukan? Semua itu bermula bukan tanpa alasan, mau tahu alasannya? Baiklah, kita mulai kembali menoleh ke belakang, terkait alasanku sangat memburu wanita.Hanya saja, sekarang kabar buruk lain menimpa. Ayahku akan kawin lagi, ada apa dengan pria itu? Dia mau bersaing denganku?Laki-laki yang mendapat gelar ayah itu tak layak disebut manusia, dia bahkan tega mengkhianati Mama. Wanita paling setia di dunia ini. Akan lebih baik kalau membuat pengalihan rasa kesal, dari Hera menuju perempuan lain.Usiaku memang sudah cukup matang serta telah memiliki istri, bahkan bersiap menduda kalau Angela nekat meminta cerai. Akan tetapi, bukan alasan untuk tetap diam saat ada yang mencoba merusak rumah tangga kedua orang tuaku. Singkatnya, perempuan yang sedang mendekati Papa adalah janda kesepian. Mereka berniat menikah tanpa tahu malu.Mama sudah tahu tentang kebusukan suaminya, tetapi memilih pasrah. Berharap keajaiban datang, sangat naif sekali. Di zaman
Kurasa tak perlu menunggu lebih lama lagi, nyatanya Tuhan tidak sedang ingin membuatku tenang. Bahkan, menciptakan sensasi aneh lainnya. Rasa kaget berlipat ganda harus kurasakan sekarang sembari mengerjap-ngerjap tak percaya.Sebab, sosok paling menjijikkan sudah berdiri di depan mata. Apa yang ingin dia lakukan sekarang? Kenapa harus muncul di hadapanku saat malas melayaninya?Lebih baik kuabaikan, buat apa juga meladeni wanita yang sangat tidak tahu diri ini. Akan lebih baik bagiku menghindar, bukan memberi peluang. Sebab, kami tak perlu menjalani kehidupan palsu lagi.Dia hanya akan menyisakan kenangan paling buruk, kedatanganku ke rumah ini hanya untuk menghindari Angela. Membuat istriku tidak tenang, tentu akan merenung di sana. Hanya saja, kenapa Hera pun menunjukkan sikap aneh?“Minggirlah, jangan mendekat padaku karena aku lelah.” Aku sengaja menekankan kalimat, mengingatkan pada sebuah penolakan menyakitkan.Hanya saja, saat hendak melewati, justru wanita itu mencekal pergel
Ini nasib sial, sekali lagi Tuhan menempatkan pada takdir paling buruk. Setelah semua yang menimpa diri, merasa telah dientas dari sengsara. Namun, hanya berpindah pada perundungan lain. Hera, si manis dengan perangai buruk. Artis yang layak mendapat penghargaan terbaik, enam bulan penuh mampu menyihir melalui karakter palsu.Aku terkecoh, tertipu oleh setiap senyum teduh yang ramah. Kesabaran dalam menenangkan, diikuti sikap lembut penuh perhatian. Semua itu hanya muslihat, ia bahkan tidak lebih baik dari Angela.Selingkuhan pemilik janji manis dengan kenyataan pahit, target yang hendak kubuat menyesal. Akan tetapi, justru aku dikejutkan olehnya. Bagaimana bisa tertipu oleh pesona yang kunilai tanpa kebohongan?Aku tak boleh terusik, tetap fokus pada tujuan. Sebab, kedatanganku padanya memang untuk mendapatkan kepuasan. Jadi, lebih baik tetap bersikap tenang meski berada di bawah tekanan kenyataan yang tidak diinginkan.Jangan sampai gagal sebelum melakukan aksi nyaman, apalagi targe
Ini masih saat sebelum Angela melabrak kami di hotel, terjadi beberapa bulan sebelumnya. Ketika Hera menginginkan hal tak masuk akal, meminta dirinya menikah. Sebagai bukti cinta serta keseriusan katanya.Itu gila! Apa dia ingin menjadikanku tumbal? Apa Hera lupa jika selama satu tahun ini menghabiskan uang siapa?Kalau aku benar-benar harus kehilangan Angela, tentu hidup sengasara akan benar-benar tersaji nyata di depan mata. Dia memang sedikit berbeda di atas ranjang, kurang menguasai medan karena memang memiliki penyakit bawaan. Namun, untuk urusan menghasilkan uang, Hera bukan tandingan sepadan.Jika kami benar-benar menikah dan Angela tahu, tentu perceraian akan ada di depan mata. Hanya saja, tak mungkin melepas Hera yang selalu bisa memberikan kepuasan. Harus menemukan alasan agar dia tidak selalu membahas pernikahan.“Mas, kapan kita akan menikah?” tanyanya dengan nada manja yang sangat khas, menempelkan dua tombol on di lengan
Begitulah kami mengawali sebuah hubungan manis, aku begitu menyukai kebersamaan yang sangat nyaman. Sebab, Hera mampu mengimbangiku di atas ranjang dengan benar, tidak sebentar-sebentar mengaduh kesakitan. Jadi, lebih leluasa melampiaskan hal yang selalu tak terbendung dalam diri.Jadi, aku benar-benar memutuskan menggunakannya sebagai teman ranjang, berbagi kehangatan yang jauh lebih menggairahkan. Setidaknya memiliki hiburan yang begitu menantang, tidak monoton dalam menyikapi kehidupan. Apalagi dengan Angela yang sangat menyebalkan.“Kamu mau lembur atau ke hotel?” sindirnya suatu waktu ketika melihatku sedang mengambil sepatu kerja, “daripada investasi dosa tanpa mendapatkan keuntungan pahala, mending nikah saja sana. Bukankah keinginanmu sangat besar sampai tak bisa membedakan antara hasrat dengan nafsu setan?”Dia yang sedang menarikan jemari di atas laptop justru kian mahir melontarkan kalimat-kalimat pedas, bagaimana dirinya sangg
Jika semua orang mengatakan mengenai perselingkuhan terjadi karena adanya niat dari si pelaku, kalimat tersebut sedikit berlebihan. menurutku, tidak semua keinginan mengarah pada hal buruk. Apalagi mengenai kecurangan hati.Namun, lebih mengarah pada kesempatan. Begitulah yang selama ini kualami terkait hal-hal yang dianggap sangat tidak terhormat, siapa yang memulai? Bukan aku dan sama sekali tidak pernah terencana. Semua terjadi begitu saja!Seperti sekarang, Hera datang dalam kehidupan rumah tangga kami bukan karena aku yang mengundang. Dia mengetuk pintu dan sebagai tuan rumah yang baik, bukankah sangat disarankan untuk menghormati tamu? Mempersilakan masuk sesuai aturan yang ada.[Mas Dyo apa kabar?]Kalian baca pesannya? Padahal kami baru bertemu semalam, dia juga sangat jelas melihat kondisiku sangat baik. Basa-basi ini sangat jelas akan mengarah ke mana bukan?[Ini aku, Mas. Hera!][Mas Dyo lupa?][Aku yang pas SMA suka sama M