Zoya kembali ke ruangan di mana Arvin dan Mia berada, menghela napas saat merasakan suasana canggung dan keheningan yang melanda mereka. Ia tahu Mia ingin segera mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi dan Arvin juga pasti menahan diri untuk menceritakannya sebelum Zoya datang.“Jadi, pada akhirnya kamu menangis, kan?” Zoya langsung dudukdi sisi Arvin dan menatap lurus pada Mia.“A-aku tidak menangis! Aku baru saja bangun tidur dan berniat meminta izin untuk keluar membeli sesuatu, tapi katanya kalian sedang ada tamu, jadi aku menunggu!”Zoya mendengus, Mia selalu payah dalam berbohong. “Yah, baiklah, anggap aku mempercayai alasanmu, tapi kamu tidak boleh keluar rumah ini sekarang, setidaknya sampai Kaindra datang dan menyatakan situasinya sudah baik.”“Situasi apa? Sebenarnya … bisakah aku mendengar apa yang sedang terjadi? Kenapa kamu bisa mengenal Nona Claire?”Zoya menghela napas, merasa lelah hanya dengan membayangkan harus menceritakan panjang lebar tentang hubungannya dan
"Sejak kapan kamu di sana?! Tolong jangan mengagetkanku!" Zoya merengut melihat Grace sedang berusaha menahan tawanya. "Saya ingin memberitahukan jika sudah waktunya untuk makan siang, Nyonya. Anda ingin makan di mana? Kami bisa menyiapkannya di mana pun Anda menginginkannya." Zoya langsung melihat arloji di pergelangan tangannya dan menghela napas saat ternyata memang sudah waktunya untuk makan siang. Rasanya sejak pagi ia tidak sesibuk itu, tapi waktu berlalu dengan cepat. "Tunggu di ruang makan saja, sekalian tolong panggilkan Mia dan tamu kita juga," ucap Zoya memberi perintah.Grace mengangguk sebelum beranjak dari tempatnya, kembali ke dalam untuk melaksanakan titah Zoya. "Nah, anak-anak, kalian dengar yang dikatakan Grace tadi, kan? Meski sudah kenyang dengan camilan, kalian tetap harus makan makanan pokok sesuai jadwal. Ayo masuk!" Elvio yang sejak awal menyadari kehadiran Grace dan langsung bergerak lebih jauh ke belakang Hannes, langsung mengembungkan pipi saat Zoya men
Xavier? Zoya menelan ludah setelah melihat raut pucat Claire. Untungnya pria tinggi yang tiba-tiba membuat kekacauan itu tidak langsung mendobrak masuk ke kamar, meski yang dilakukannya tidak kalah mengerikan dengan menerobos pertahanan Kalandra."Ke sini, Claire!" Xavier menatap tajam pada wanita yang terlihat ketakutan di tempatnya. "Ke sini atau kulubangi kepala wanita ini!"Zoya menahan napas saat merasakan sesuatu di belakang kepalanya. Dari suara yang dihasilkan, Zoya tahu jika pria di belakangnya sedang menodongkan pistol dan tidak main-main dengan ancamannya. "Lepaskan Kak Zoya! Kenapa kau ke sini dan membuat kekacauan?! Tidak, tunggu, kenapa kau bisa tahu aku di sini? Di mana Raz?!" Claire merasa dadanya sesak oleh rasa takut atas situasi yang terjadi. Padahal dia datang untuk bersembunyi dan menjauh dari Xavier, tapi ia justru membawa masalah ke kehidupan orang-orang yang mau membantunya."Ah ... kekasihmu itu?" Xavier terkekeh seraya menekan ujung pistol lebih kuat ke kep
"Biarkan dia istirahat, aku sudah memberinya sedikit obat tidur yang aman dan lukanya juga sudah diperban."Kata-kata dokter membuat Xavier yang sejak tadi hanya memperhatikan bagaimana Claire dirawat, menghela napas lega saat melihat wajah damai wanita itu yang tertidur setelah diobati, seolah kejadian menakutkan tadi tidak pernah terjadi.Tidak ada yang bisa Xavier lakukan selain mengikuti dokter keluar dan membiarkan para pelayan yang tinggal untuk mengganti pakaian Claire. Xavier mengikuti dokter, tahu pasti jika pria tua itu akan membawanya pada Zoya dan Arvin. Xavier pikir ia akan dibawa ke ruang kerja Arvin atau tempat lain di mana mereka menyekap anak buahnya, tapi malah ruangan luas yang tampak hangat dengan berbagai mainan, boneka, miniatur bangunan dan rak-rak buku berjejer, jelas itu adalah ruang keluarga. Meski ruangan itu berada di bagian yang cukup dalam karena harus melewati beberapa koridor, jelas jika tempat itu sangat tidak cocok dijadikan sebagai tempat untuk berd
Kedatangan Mia mengalihkan atensi semua orang. Elvio yang lega karena Mia datang di waktu yang tepat, langsung menuntun Freya menuju wanita itu. “Lova dan Kak Arvin akan segera ke sini, jadi sebaiknya tunggu dengan tenang.” Mia menujukan kata-kata itu pada Xavier, tidak merasa takut saat menatap tepat di manik sebiru es pria itu. “Lalu, Tuan Kenneth, ada pesan dari Lova--maksudku Zoya, katanya jangan mengatakan apa pun.” Mia segera menggendong Freya dan menuntun Elvio setelah menyampaikan pesannya pada dokter. “Aku nggak boleh tanya orang itu siapa, ya?” Elvio bertanya setelah mereka sudah menaiki tangga menuju lantai dua, agak jauh dari ruangan tempatnya bermain tadi. Mia yang mendengar pertanyaan Elvio hanya bisa tersenyum tipis, memberi pengertian lewat matanya jika apa yang Elvio tanyakan memang tidak bisa dijawab. “Tapi, dia bukan orang jahat, kan?” Elvio kembali bertanya, raut wajahnya tidak bisa ditutupi jika ia mengkhawatirkan orang tuanya. Pasalnya tadi Arvin yang sedang
Kata-kata Zoya membuat Xavier mengetatkan rahang. "Perlindungan apa maksudmu? Dia hanya melarikan diri ke sini untuk menemui kekasihnya dan kebetulan pria brengsek itu adalah adikmu, kan? Claire juga anggota keluargaku! Sebagai seorang kakak, aku tidak akan pernah merestui hubungan adikku dengan musuh utama kami!"Bagi Xavier, sebenarnya tidak masalah kalau sejak awal Claire mengatakan tentang hubungannya dengan anggota Veuster, tapi Claire justru pergi begitu saja, membohongi anak buahnya hanya untuk bertemu Raz. Xavier tidak pernah bisa memaafkan pengkhianatan dan entah bagaimana pun caranya, ia harus membawa Claire kembali ke Axton.Zoya menaikkan satu alisnya melihat kemarahan di raut Xavier, hal itu membuktikan jika tebakannya benar. Xavier belum mengetahui apa pun masalah kehamilan Claire. Kalau begitu, hal ini bisa dimanfaatkan!"Claire adalah adikmu? Itu sungguh informasi tak terduga." Zoya tersenyum simpul, "Jadi, sebagai seorang kakak, kau pasti mengerti alasan adikmu sampai
Masih perawan? Zoya merasa tenggorokannya mengering setelah mendengar kata-kata Xavier. Yang benar saja?! Mana ada mafia yang masih perawan di usia dewasa! Tidak mungkin Claire tidak pernah melakukan hubungan satu malam dengan seseorang, setidaknya saat wanita itu sedang melkaukan misi atau ketika ia terpaksa melakukannya untuk mengelabui target. Tapi, masih perawan?"Apa yang kau pikirkan? Dia memang bagian dari dunia yang gelap, tapi bukan berarti semua hal kotor pernah dia lakukan. Claire dididik sebagai pembunuh dan mata-mata yang selalu mengedepankan otaknya, bukan tubuhnya." Ucapan Xavier membuat Zoya tersentak. Memang benar tidak semua orang-orang yang bekerja di bawah tanah melakukan semua hal karena setiap orang memiliki tugasnya masing-masing. "Jadi, kau sungguh ingin membawanya?" Zoya bertanya setelah menghela napa panjang. "Claire bilang jika kamu tidak menginginkan anak itu dan yakin kalau kamu akan menyuruhnya menggugurkan kandungan.""Aku tidak sejahat itu pada anakk
Claire terbangun saat matahari hampir tenggelam dan mengangguk saat Zoya mengatakan hasil pembicaraannya dengan Xavier. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Claire dan Xavier mencapai kesepakatan, meski Zoya tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena ia menunggu di luar, tapi melihat wajah tenang Claire, Zoya bisa memastikan jika hasilnya tidak buruk."Kalian akan langsung pergi?" Zoya menatap pada Claire dan Xavier yang baru saja keluar kamar, satu alis wanita itu terangkat melihat tangan yang saling tertaut."Iya, Kak, terima kasih sudah membiarkanku tinggal." Claire membungkuk sedikit, "Lalu, sampaikan ucapan terima kasihku pada Raz juga," ucapnya pelan.Claire sudah tahu jika Xavier belum bertemu Kaindra dan apa yang pria itu katakan sebelumnya hanyalah kebohongan, jadi ia bisa menghela napas lega dan tidak perlu merasa bersalah seumur hidupnya."Aku akan menyampaikannya. Sebaiknya kamu berhati-hati mulai sekarang, jangan sembarangan menyakiti dirimu sendiri entah bagaimana pun sit