“Kau mau ke mana?”Setelah percakapan serius berakhir, Pandora berasumsi berat bagi Kingston mempertimbangkan semua keputusan secara gamblang. Tiba – tiba dia harus menerima kenyataan bahwa ranjang berderak, mengikuti gerak kaki Kingston terseret untuk berpijak di atas marmer dingin. Gerakan yang secara spontan menyibak selimut tebal hingga pinggul ramping dan kokoh—haus, bergairah, membelakangi dan menawarkan pemandangan liar bagi dirinya. Dia tidak pernah berhenti mengamati cara terburu – buru dari Kingston saat kembali mengenakan boxer maupun celana kain panjang. Seperti sedang diburu sesuatu, kemudian Kingston menjulang sangat tinggi. Tidak langsung melangkah, karena sepertinya pria itu berusaha mengembalikan pengelihatan bercabang dan rasa berputar yang terjal.“King, aku bertanya padamu?” Pandora menghela napas kasar. Menyusul jejak Kingston membaluri tubuhnya ke dalam kain – kain tebal. Dia menyeka rambut hitam panjang terurai yang terjepit di antara kerah pakaian, membiarkan c
Dengan pandangan setengah kosong. Pandora hati – hati menyentuh gelang rantai di tangannya. Berusaha tidak terlihat seperti dia-lah yang terjebak di tengah kondisi paling buruk. Beberapa kali Pandora menyeka air di sudut mata. Menghirup udara sedalam – dalamnya, lalu mengembuskan napas sedatar mungkin.Seseorang yang perlu dia khawatirkan adalah Kingston. Pria yang berlutut menghadap tubuh kecil Aceli. Membujuk gadis kecil itu untuk tidak menjadi nakal. Mengusap – usap buntalan pipi yang menonjol. Dan tanpa diduga Kingston akan menarik tubuh sang keponakan, sekali lagi, mendekap sangat erat dengan tempo waktu yang lama.Terlalu menyakitkan.Sesuatu terasa seperti menghunus perasaan Pandora. Jantungnya mencelus. Tiga hari sebelum kejadian dia sudah menyaksikan kegelisahan yang membludak dalam diri suaminya. Bahkan saat menghadapi momen pelepasan. Kingston tidak terlihat sanggup mengeluarkan apa yang bersarang di benak pria itu. Membiarkan bentuk kehilangan menggerogoti seluruh ... selu
Melakukan perjalanan ke Peru seperti manusia biasa merupakan peristiwa pertama yang sedang Avanthe hadapi. Jari – jarinya tangannya tidak pernah melepaskan Aceli, menuntun gadis kecil itu duduk di tengah – tengah bangku pesawat, Hores berada di posisi dekat jendela, sementara dia memilih bagian luar untuk memastikan segala hal jika nanti Aceli membutuhkan bantuan.Selama perjalanan hanya kebungkaman. Avanthe mengerti Aceli butuh waktu menyesuaikan diri. Saat menatap Hores, dia sadar pria itu sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang tidak bisa Avanthe duga dengan baik ketika beragam macam pertanyaan skeptis muncul di kepalanya sendiri. Dia tidak bisa mengenyahkan pikiran – pikiran aneh tentang Kingston.Sekeras mungkin mencoba menahan diri. Rasanya terus – menerus dihantui perasaan bersalah. Avanthe tidak tahu sejauh mana dia akan bertahan di balik situasi pelik dan menyakitkan seperti ini.Sedikit satu keputusan yang disembunyikan adalah dia punya keberanian yang mantap menghadapi Raja
Dalam tidur mengingatkan Pandora pada situasi tertentu. Bayangan liar seolah menjamah sesuatu yang tidak pernah dia harapkan. Bayangan tentang ketidakberdayaan Kingston begitu terdampar di atas pijakan kaki empuk dengan warna – warna menyala. Jari – jari tangan pria itu mengepal erat, persis ingin meremukkan sesuatu di dalam genggamannya. Tetapi yang paling menyakitkan ketika Pandora tidak menaruh tatapan ke arah lain adalah darah terus berjatuhan. Telapak tangan itu sedang terluka, dibelah kasar oleh benda tipis menajam milik sesemakhluk bertanduk. Dan untuk tidak membiarkan jari maupun telapak tangan itu terpisah. Kingston tidak bisa melepas kepalan yang membuat pria itu berusaha bangun, sekaligus tersentak dalam upaya tak berguna.Makhluk bertanduk telah memenangkan perang. Tawa kentara menggema hebat, bahkan tidak peduli liur sedang bergelantungan di sudut bibirnya. Di sudut paling mengerikan ketika langkah itu mendekat.Makhluk yang kasar, tanpa pengampunan menyeret Pandora perg
“Kau membeli bra dalam rangka apa?”Wajah Anna muncul, celinguk menyentuh lengan Pandora yang masih sibuk memilih bra dengan ‘cup’ yang dia mau. Mereka tiba setelah Pandora membereskan Kingston terdahulu, memastikan pria itu akan tidur, mendapat istirahat yang cukup, dan kondisi semakin lebih baik dari terakhir Pandora menyentuh kening suaminya.Dia tidak begitu memedulikan pertanyaan Anna. Meraih dua bra berenda, tiga dengan polosan, dan satu yang bertali silang. Pandora berpikiran untuk membeli lebih banyak sekadar berjaga – jaga. Melangkahkan kaki pelan seraya memusatkan perhatian pada etalase pakaian dalam.“Panda, aku bicara denganmu.”Anna menyusul, itulah mengapa Pandora berusaha mencari cara mengenyahkan rasa ingin tahu Anna.“Kau tidak mau beli bra, dalaman, atau baju santai, Ann?”“Aku traktir pakai kredit card King kong,” ucap Pandora, sesaat mempan menghentikan Anna hingga gadis itu seolah sedang menimbang. Sorot mata Anna menyipit, lalu seringai muncul di waktu bersamaan.
Pandora sudah mengeluarkan kata – kata akan ketidakpersetujuan, tetapi cerita berbeda memiliki setiap upaya untuk menyatukannya menjadi cita rasa menggetarkan. Jari – jari kasar perlahan merambat, menekuni setiap lekuk – lekuk di tulang rusuk Pandora. Dia menahan napas saat Kingston menariknya mundur bersandar pada sebentuk otot – otot tubuh yang liat.Diam – diam ujung jari Kingston menyingkirkan rambut panjangnya. Pria itu menjatuhkan bibir. Membanjiri ceruk leher Pandora dengan pelbagai kecupan. Basah, panas, semua menjadi satu argumen liar yang ingin memberontak dalam satu ledakan dashyat, tetapi pria itu berhenti.“Berbalik, Pandora.”Suku – suku kata tersusun lewat suara parau yang mendebarkan. Pandora ragu ketika dia harus menghadap suaminya. Sorot mata Kingston penuh kabut gairah. Pandora tahu bahwa itulah yang berdenyut dan membara antara mereka. Pria itu tidak mengatakan apa pun. Mencondongkan tubuh; melewati sedikit bahu Pandora dengan lengan terulur meraih botol lotion yan
“Bangun, Kucing manis.”Bulu – bulu menggelikan terus menyapu permukaan wajah Pandora. Memulai perjalanan dari ujung kening; sangat lembut dan ringan. Merambat pelan menyusuri alis dan kelopak mata, jatuh ke tulang pipi, lalu bergerak lingkar di sekitar bibir; menyapu tekstur ranum secara berulang beberapa kali sebelum berpindah sisi ke bawah, bagian dagu yang bulat menggoda, cukup lama di sana, kemudian jatuh menggelitik ceruk leher Pandora.“It’s your birthday, Kucing manis. Bangun.”Bisik – bisik suara dalam Kingston memberitahu Pandora tentang satu informasi. Dia berusaha tidak mengacuhkan. Hanya melanjutkan tidur yang menjadi kebutuhan terpenting. Akan tetapi, samar – samar ketika Pandora memikirkan kembali, secara mengejutkan dia langsung tercekat, mantap ingin beranjak bangun ....Dan tertahan oleh keberadaan tubuh Kingston.Pria itu sangat dekat di hadapan Pandora. Nyaris bersentuhan hidung, membuat Pandora putus asa mengenyakkan punggung ke ranjang. Kingston menindih tubuhnya
Pandora tergesa turun dari mobil mendapati bayangan dari kaca mobil menegaskan bagaimana pintu rumah dan jendela ayahnya tertutup rapat. Persis tidak menunjukkan tanda – tanda kehidupan di dalam, hanya sangkar kosong tergantung di luar. Sangkar Burung Parkit dengan warna biru menyala dan putih di bagian wajah yang Kingston berikan pada ayahnya ketika dua pria itu pergi memburu di hutan. Pandora masih ingat betul cara Chris begitu antusias saat mengatakan burung itu sangat menurut kepada Kingston.Sekarang jantung Pandora diam – diam mencelus membayangkan ayahnya tidak terlihat di mana pun. Dia melangkah dengan hentakan tidak sabar, meraih ganggang kuning tembaga, kemudian menekan kuat. Berkali – kali seolah ingin merontokkan baut yang tertanam di sana.“Dad!”Pandora berusaha mengintip ke dalam. Mendekatkan wajah ke arah kaca jendela, melibatkan kedua tangan untuk menutup celah – celah tersisa agar pandangannya langsung menembus ke dalam ruang temaram—nyaris tanpa penerangan, tetapi b