Dalam tidur mengingatkan Pandora pada situasi tertentu. Bayangan liar seolah menjamah sesuatu yang tidak pernah dia harapkan. Bayangan tentang ketidakberdayaan Kingston begitu terdampar di atas pijakan kaki empuk dengan warna – warna menyala. Jari – jari tangan pria itu mengepal erat, persis ingin meremukkan sesuatu di dalam genggamannya. Tetapi yang paling menyakitkan ketika Pandora tidak menaruh tatapan ke arah lain adalah darah terus berjatuhan. Telapak tangan itu sedang terluka, dibelah kasar oleh benda tipis menajam milik sesemakhluk bertanduk. Dan untuk tidak membiarkan jari maupun telapak tangan itu terpisah. Kingston tidak bisa melepas kepalan yang membuat pria itu berusaha bangun, sekaligus tersentak dalam upaya tak berguna.Makhluk bertanduk telah memenangkan perang. Tawa kentara menggema hebat, bahkan tidak peduli liur sedang bergelantungan di sudut bibirnya. Di sudut paling mengerikan ketika langkah itu mendekat.Makhluk yang kasar, tanpa pengampunan menyeret Pandora perg
“Kau membeli bra dalam rangka apa?”Wajah Anna muncul, celinguk menyentuh lengan Pandora yang masih sibuk memilih bra dengan ‘cup’ yang dia mau. Mereka tiba setelah Pandora membereskan Kingston terdahulu, memastikan pria itu akan tidur, mendapat istirahat yang cukup, dan kondisi semakin lebih baik dari terakhir Pandora menyentuh kening suaminya.Dia tidak begitu memedulikan pertanyaan Anna. Meraih dua bra berenda, tiga dengan polosan, dan satu yang bertali silang. Pandora berpikiran untuk membeli lebih banyak sekadar berjaga – jaga. Melangkahkan kaki pelan seraya memusatkan perhatian pada etalase pakaian dalam.“Panda, aku bicara denganmu.”Anna menyusul, itulah mengapa Pandora berusaha mencari cara mengenyahkan rasa ingin tahu Anna.“Kau tidak mau beli bra, dalaman, atau baju santai, Ann?”“Aku traktir pakai kredit card King kong,” ucap Pandora, sesaat mempan menghentikan Anna hingga gadis itu seolah sedang menimbang. Sorot mata Anna menyipit, lalu seringai muncul di waktu bersamaan.
Pandora sudah mengeluarkan kata – kata akan ketidakpersetujuan, tetapi cerita berbeda memiliki setiap upaya untuk menyatukannya menjadi cita rasa menggetarkan. Jari – jari kasar perlahan merambat, menekuni setiap lekuk – lekuk di tulang rusuk Pandora. Dia menahan napas saat Kingston menariknya mundur bersandar pada sebentuk otot – otot tubuh yang liat.Diam – diam ujung jari Kingston menyingkirkan rambut panjangnya. Pria itu menjatuhkan bibir. Membanjiri ceruk leher Pandora dengan pelbagai kecupan. Basah, panas, semua menjadi satu argumen liar yang ingin memberontak dalam satu ledakan dashyat, tetapi pria itu berhenti.“Berbalik, Pandora.”Suku – suku kata tersusun lewat suara parau yang mendebarkan. Pandora ragu ketika dia harus menghadap suaminya. Sorot mata Kingston penuh kabut gairah. Pandora tahu bahwa itulah yang berdenyut dan membara antara mereka. Pria itu tidak mengatakan apa pun. Mencondongkan tubuh; melewati sedikit bahu Pandora dengan lengan terulur meraih botol lotion yan
“Bangun, Kucing manis.”Bulu – bulu menggelikan terus menyapu permukaan wajah Pandora. Memulai perjalanan dari ujung kening; sangat lembut dan ringan. Merambat pelan menyusuri alis dan kelopak mata, jatuh ke tulang pipi, lalu bergerak lingkar di sekitar bibir; menyapu tekstur ranum secara berulang beberapa kali sebelum berpindah sisi ke bawah, bagian dagu yang bulat menggoda, cukup lama di sana, kemudian jatuh menggelitik ceruk leher Pandora.“It’s your birthday, Kucing manis. Bangun.”Bisik – bisik suara dalam Kingston memberitahu Pandora tentang satu informasi. Dia berusaha tidak mengacuhkan. Hanya melanjutkan tidur yang menjadi kebutuhan terpenting. Akan tetapi, samar – samar ketika Pandora memikirkan kembali, secara mengejutkan dia langsung tercekat, mantap ingin beranjak bangun ....Dan tertahan oleh keberadaan tubuh Kingston.Pria itu sangat dekat di hadapan Pandora. Nyaris bersentuhan hidung, membuat Pandora putus asa mengenyakkan punggung ke ranjang. Kingston menindih tubuhnya
Pandora tergesa turun dari mobil mendapati bayangan dari kaca mobil menegaskan bagaimana pintu rumah dan jendela ayahnya tertutup rapat. Persis tidak menunjukkan tanda – tanda kehidupan di dalam, hanya sangkar kosong tergantung di luar. Sangkar Burung Parkit dengan warna biru menyala dan putih di bagian wajah yang Kingston berikan pada ayahnya ketika dua pria itu pergi memburu di hutan. Pandora masih ingat betul cara Chris begitu antusias saat mengatakan burung itu sangat menurut kepada Kingston.Sekarang jantung Pandora diam – diam mencelus membayangkan ayahnya tidak terlihat di mana pun. Dia melangkah dengan hentakan tidak sabar, meraih ganggang kuning tembaga, kemudian menekan kuat. Berkali – kali seolah ingin merontokkan baut yang tertanam di sana.“Dad!”Pandora berusaha mengintip ke dalam. Mendekatkan wajah ke arah kaca jendela, melibatkan kedua tangan untuk menutup celah – celah tersisa agar pandangannya langsung menembus ke dalam ruang temaram—nyaris tanpa penerangan, tetapi b
“Mengapa kau katakan itu pada mereka? Kau ingin menjadikan ayahku tumbal?” tuding Pandora sarat nada menggebu setelah August dan dua rekan lainnya meninggalkan rumah nyaris tanpa penghuni dan memastikan mereka akan kembali untuk mendapatkan Chris, bagaimanapun caranya.Pandora pikir, dia tidak ingin membiarkan Chris terlibat dalam bahaya. Ntah – ntah Duchess of Dunhill, Yang Mulia Venessa, telah merencanakan sesuatu yang buruk dan Pandora tidak berharap hal itu akan terjadi.Dia menatap Kingston defensif. Menunggu sikap pembelaan diri atau barangkali kata – kata manis sekadar membujuk yang akan pria itu ucapkan. Tetapi Kingston belum mengatakan apa pun. Hanya mengulurkan lengan menyusuri wajah Pandora dengan hati – hati, seolah sejengkal kekesalan adalah ledakan mutlak yang tak ingin Kingston hadapi.“Selama 19 tahun ayahmu hidup dalam ketakutan. Bagaimana kau bisa berpikir aku akan menjadikannya tumbal, Pandora?”“Dia berusaha melindungimu selama itu. Tapi sekarang kau adalah tanggun
“Dari mana dan apa yang kau lakukan di sini, Panda?”Pelukannya sudah luar biasa erat, tetapi Chris masih begitu terkejut. Membayangkan bagaimana Pandora tahu tempat tersembunyi, yang secara khusus dia bangun untuk sesuatu dan situasi tertentu. Sesaat sorot mata hijaunya menatap Kingston di tempat. Berdiri tidak cukup jauh dengan postur tubuh yang tegak dan mantap.Perlahan Chris menarik diri. Menangkup wajah Pandora, menyadari perbedaan ketika wajah putri kecilnya; akan selalu seperti itu, tidak peduli seberapa pun usia Pandora sekarang, di matanya tidak pernah berubah. Mata hijau Pandora, bentuk hidung, dan garis bibir persis seperti Chris, gambaran dirinya. Chris menyukai ketika harus menyentuh wajah yang terasa kenyal berisi. Pandora-nya bertambah gemuk ... seupama; gendut bersama Kingston, karena perubahan cukup signifikan mencuak dari sudut wajah pria itu.“Kau belum menjawab pertanyaanku, Panda. Bagaimana kau ada di sini?” tanya Chris sekali lagi. Sekali lagi itu pula dia menga
Pandora mengedarkan pandangan ke sekitar sudut kamar. Menatap langit – langit ruang tanpa minat, kemudian kembali memejam sekadar meregangkan tulang – tulang yang seolah seluruh tarikan itu begitu meremukkan.Saat Kingston meminta izin Chris untuk diajak bicara serius. Satu kesimpulan Pandora adalah menjadikan kesempatan demikian sebagai saat – saat beristirahat yang menyenangkan. Dia bahkan tak sadar terlelap nyaris satu jam lamanya. Dan ketika terbangun, kekosongan terasa begitu ... begitu menggerogoti isi lambung.Pandora butuh sesuatu untuk dimakan. Ranjang segera menderak meliputi satu gerakan pasti. Dia membiarkan kedua kakinya berjuntai sesaat. Mengumpulkan energi sedemikian banyak, kemudian melangkahkan kaki keluar kamar.Kedua alis Pandora bertaut heran tidak menemukan siapa pun di beberapa ruang yang dia lewati. Bertanya – tanya apakah pembicaraan Kingston dan ayahnya sudah selesai? Lalu Aquela, apakah wanita itu belum kembali dari lorong bawah tanah? Rasanya sulit dibayangk