Pandora mengedarkan pandangan ke sekitar sudut kamar. Menatap langit – langit ruang tanpa minat, kemudian kembali memejam sekadar meregangkan tulang – tulang yang seolah seluruh tarikan itu begitu meremukkan.Saat Kingston meminta izin Chris untuk diajak bicara serius. Satu kesimpulan Pandora adalah menjadikan kesempatan demikian sebagai saat – saat beristirahat yang menyenangkan. Dia bahkan tak sadar terlelap nyaris satu jam lamanya. Dan ketika terbangun, kekosongan terasa begitu ... begitu menggerogoti isi lambung.Pandora butuh sesuatu untuk dimakan. Ranjang segera menderak meliputi satu gerakan pasti. Dia membiarkan kedua kakinya berjuntai sesaat. Mengumpulkan energi sedemikian banyak, kemudian melangkahkan kaki keluar kamar.Kedua alis Pandora bertaut heran tidak menemukan siapa pun di beberapa ruang yang dia lewati. Bertanya – tanya apakah pembicaraan Kingston dan ayahnya sudah selesai? Lalu Aquela, apakah wanita itu belum kembali dari lorong bawah tanah? Rasanya sulit dibayangk
Almost nothing is impossible. Our love can open any door. But, it’s impossible to let you go.-Westlife-...Pandora membiarkan tautan tangan antara dia dan Kingston terus berayun meliputi langkah mereka menuju pintu keluar. Selesai mencuci, tidak ada keraguan untuk meninggalkan rumah. Mereka langsung sepakat akan melakukan perjalanan. Ya, satu langkah lagi melewati ambang pintu. Tetapi tiba – tiba Chris dan Aquela muncul dengan wajah wanita itu merengut masam.Sudah Pandora pastikan ayahnya akan menatap heran. “Kalian mau ke mana?”Lalu pertanyaan spontan mengudara, membuat Pandora diam – diam melepas jemari Kingston ketika menyadari sorot mata ibunya begitu tajam ke bawah.“Belakangan ini King punya kebiasaan bangun tengah malam untuk makan makanan manis, Dad. Di kulkas tidak ada stok makanan, jadi kami akan pergi berbelanja.”Runtut penjelasan Pandora. Namun, alih – alih dia bisa mendengar ayahnya bersuara. Aquela-lah yang melontarkan keinginan dengan lugas.“Aku ikut.”Seolah wa
Selangkah Pandora mendahului Kingston tanpa memedulikan bagaimana pria itu berusaha meraih lengannya. Mereka baru saja melewati satu peristiwa ganjil ketika Pandora nyaris menyentuh ganggang pintu kaca, tetapi seseorang dari dalam, melakukan hal serupa—membiarkan tangan Pandora tergantung di udara; dia dan Kingston menyingkir sesaat, menunggu beberapa orang berlalu tanpa menatap.Setelah itu, saatnya masuk. Menyusul Aquela yang lebih cekatan menebar pesona dengan keranjang merah dalam jinjingan tangan. Pandora meraih keranjangnya sendiri. Kembali berjalan di depan Kingston. Tidak mengacuhkan acapkali repetisi dari tindakan pria itu seperti tanpa jeda.“Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, Pandora.”Suara Kingston baru kali itu terdengar, seusai rak yang mereka datangi menjadi sepi, walau keputusan Pandora hanya untuk memilih beberapa cemilan ringan.“Dari awal aku sudah sering mengatakan padamu kalau, ibumu bermasalah. Tapi kau tidak pernah percaya.”Tiba – tiba dengan bahasa berbed
“Bangun, Kucing manis. Temani aku dapur sebentar.”Sayup – sayup suara Kingston berbisik untuk membangunkan Pandora di tengah malam. Jari tangannya menyentuh lengan Pandora. Merayu istri tukang tidur, yang sebenarnya tidak ingin dilakukan, tetapi Kingston telah mempertimbangkan apa saja yang barangkali akan terjadi. Kemungkinan terburuk. Sesuatu yang tak inginkan. Dia butuh Pandora untuk menemaninya minum segelas cokelat panas di meja makan. Hanya itu.Namun, Pandora terlalu betah memejamkan mata. Seperti kebiasaan tidur yang sulit diporsikan sesuai kebutuhan. Tidur Pandora akan selalu panjang. Ketika ujung telunjuk Kingston menyusuri kelopak mata yang terpejam itu. Dia hanya menerima tepisan tangan. Dan kenyataan bahwa Pandora akan mengubah posisi tidur membelakanginya membuat Kingston berdecak pelan.“Sebentar saja, Pandora.”Sedikit mengguncang tubuh Pandora. Itu Kingston lakukan agar setidaknya Pandora mau merespons untuk sesaat.“Pandora.”Berulang kali menyerukan nama yang sama.
“Jangan menyentuhku.”Pandora menepis tindakan apa pun yang coba Kingston berikan kepadanya. Terlalu buruk untuk mengingat tubuh telanjang Aquela; mengingat wanita yang mengangkang di hadapan suaminya sendiri; suara itu mendesis atas dasar gairah, seperti sauh yang menikam perasaan Pandora. Dan dia merasa semakin sakit tertumbuk menyaksikan kenyataan ... para petugas medis yang telah membawa ayahnya masuk ke ruang unit gawat darurat.Ntah berapa lama Pandora harus menunggu. Dia tidak menginginkan Kingston sementara waktu. Tidak menginginkan percakapan semacam pembelaan diri yang mungkin akan pria itu jabarkan sedemikian panjang.Kingston masih berusaha menyentuh Pandora tanpa sepatah kata. Berusaha meraih jemarinya, tetapi Pandora memiliki alasan untuk tidak bersinggungan sedikitpun, walau hanya sentuhan tangan.“Kau bisa jelaskan semua yang ingin kau katakan setelah ayahku siuman,” ucap Pandora final. Selebihnya dia tersaruk menjatuhkan diri di kursi tunggu. Pandora menarik napas dal
Gelap menggurita di ruang bawah tanah perlahan memiliki cahaya saat satu demi satu lampu menyala terang meliputi derap – derap langkah menggema, memantulkan suara gemerisik, sangat menegaskan bahwa akan ada satu peristiwa yang terjadi. Satu peristiwa ganjil ketika itu dimulai dari tubuh tegap Kingston dengan mantap menemui Venessa.Sekarang wanita itu nyaris bisa disebut bukan lagi seorang duchess. Penampilan Venessa luar biasa lusuh terbalut kain – kain kotor berdebu. Wajah Venessa hitam tercoreng, dan rambut panjangnya tersasak tidak beraturan.Pengakuan mengejutkan dari wanita tersebut di hadapan seorang saksi telah membuat Venessa terbawa ke dalam masalah. Pengakuan yang secara instan adalah suatu pengaturan. Venessa takkan mengatakan apa pun jika dan jika dia tak meminum sebuah ramuan; takkan terjebak dalam sebuah bencana; begitu setetes obat yang tersedu dengan bubuk pemberian Kingston kepada August menyebar menyeluruh ke dalam tubuh Venessa.Pada kenyataan pengaruh yang pekat m
Kekhawatiran murni yang membara dalam diri Pandora nyaris memisahkkanya dari raga. Tubuh Pandora gemetaran menunggu waktu – waktu yang begitu buruk. Menunggu ketika Kingston dibawa oleh beberapa petugas rumah sakit. Dan bahkan setelah hampir setengah jam berlalu, dia hanya melihat suster menerobos keluar, seolah sedang mencari sesuatu yang lebih penting, lalu kembali dengan usaha yang ntah bagaimana membuat Pandora tak berdaya di bawah sandaran dinding.Dia masih ingat kali pertama, akhirnya ikut bersimpuh di dekat Kingston demi memastikan bagaimana, mengapa suaminya tidak pernah membuka mata setelah itu.Sungguh. Pandora masih ingat dengan sangat terperinci apa yang dia temukan, sesuatu yang terasa mengumpal di balik jaket tebal Kingston. Dia masih sangat ingat detail seperti apa saat secara paksa membuatnya menurunkan resleting jaket tebal tersebut. Ternyata; kaos polos yang dikenakan pria itu sebelum menyusul August, telah tercabik – cabik menjadi irisan panjang, yang disambung den
“Astaga, perutmu sudah terasa buncitnya.”Rasa takjub tidak bersembunyi ketika Anna bicara. Gerakan tangan itu luar biasa pelan merambat di beberapa bagian yang cukup keras sedikit menonjol memperlihatkan bentuk nyata; menandakan kehidupan baru di rahim Pandora berkembang sangat baik.Hal tersebut adalah satu kenyataan yang mengingatkan Pandora kepada Kingston. Janin di dalam dirinya ada karena sentuhan rahasia bersama pria itu; ntah di ruangan mana, di kamarnya, di tempat olahraga, di meja kantor, di dapur, atau ... tiba – tiba Pandora merasa merasa wajahnya memanas, tak sanggup menggapai beberapa ingatan erotis lain tentang hubungan bersama pria itu.Dia mengerjap cepat, kemudian tersenyum tipis ke arah Anna. Baru saja mereka keluar dari kelas terakhir di hari jumat. Pandora menunggu jemputan dan Anna siap menemaninya sambil bicara, kalau – kalau lapar, mereka akan memesan makanan.“Apa saat kau melahirkan, kau akan ambil cuti untuk satu semester?” tanya Anna. Nada bicara gadis itu