Pria ini memejam di sampingnya. Mengembuskan napas begitu tenang. Sebuah pemandangan menyenangkan. Saling berhadapan, dan Pandora memiliki akses bebas menyentuh segala hal yang ada di wajah Kingston.Rambut hitam itu, menjuntai agak menyentuh kening. Menarik Pandora untuk mengulurkan lengan. Merapikan helaian nakal kembali beradu; menyatu bersama helai – helai rambut yang teratur.Sentuhan ujung jari Pandora merambat pelan menyentuh deretan alis rapi. Mengusapkan ibu jari sebentar di sana saat kening itu akhirnya mengernyit. Dia sama sekali tidak berniat membangunkan Kingston. Tetapi kesempatan meneliti seperti ini jarang terpikirkan. Kesempatan setelah melepas ketegangan. Kingston terbiasa sering membelakanginya ketika merasa akan ... akan sangat buruk. Dan kali ini, Pandora tidak menyia – nyiakan sesuatu yang membuatnya tersenyum. Sedikit bergeser lebih dekat, sambil – sambil berpegangan pada selimut yang menutup tubuh telanjangnya.Ada begitu banyak pertanyaan mengalir deras. Seper
“Kau mau ke mana?”Setelah percakapan serius berakhir, Pandora berasumsi berat bagi Kingston mempertimbangkan semua keputusan secara gamblang. Tiba – tiba dia harus menerima kenyataan bahwa ranjang berderak, mengikuti gerak kaki Kingston terseret untuk berpijak di atas marmer dingin. Gerakan yang secara spontan menyibak selimut tebal hingga pinggul ramping dan kokoh—haus, bergairah, membelakangi dan menawarkan pemandangan liar bagi dirinya. Dia tidak pernah berhenti mengamati cara terburu – buru dari Kingston saat kembali mengenakan boxer maupun celana kain panjang. Seperti sedang diburu sesuatu, kemudian Kingston menjulang sangat tinggi. Tidak langsung melangkah, karena sepertinya pria itu berusaha mengembalikan pengelihatan bercabang dan rasa berputar yang terjal.“King, aku bertanya padamu?” Pandora menghela napas kasar. Menyusul jejak Kingston membaluri tubuhnya ke dalam kain – kain tebal. Dia menyeka rambut hitam panjang terurai yang terjepit di antara kerah pakaian, membiarkan c
Dengan pandangan setengah kosong. Pandora hati – hati menyentuh gelang rantai di tangannya. Berusaha tidak terlihat seperti dia-lah yang terjebak di tengah kondisi paling buruk. Beberapa kali Pandora menyeka air di sudut mata. Menghirup udara sedalam – dalamnya, lalu mengembuskan napas sedatar mungkin.Seseorang yang perlu dia khawatirkan adalah Kingston. Pria yang berlutut menghadap tubuh kecil Aceli. Membujuk gadis kecil itu untuk tidak menjadi nakal. Mengusap – usap buntalan pipi yang menonjol. Dan tanpa diduga Kingston akan menarik tubuh sang keponakan, sekali lagi, mendekap sangat erat dengan tempo waktu yang lama.Terlalu menyakitkan.Sesuatu terasa seperti menghunus perasaan Pandora. Jantungnya mencelus. Tiga hari sebelum kejadian dia sudah menyaksikan kegelisahan yang membludak dalam diri suaminya. Bahkan saat menghadapi momen pelepasan. Kingston tidak terlihat sanggup mengeluarkan apa yang bersarang di benak pria itu. Membiarkan bentuk kehilangan menggerogoti seluruh ... selu
Melakukan perjalanan ke Peru seperti manusia biasa merupakan peristiwa pertama yang sedang Avanthe hadapi. Jari – jarinya tangannya tidak pernah melepaskan Aceli, menuntun gadis kecil itu duduk di tengah – tengah bangku pesawat, Hores berada di posisi dekat jendela, sementara dia memilih bagian luar untuk memastikan segala hal jika nanti Aceli membutuhkan bantuan.Selama perjalanan hanya kebungkaman. Avanthe mengerti Aceli butuh waktu menyesuaikan diri. Saat menatap Hores, dia sadar pria itu sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang tidak bisa Avanthe duga dengan baik ketika beragam macam pertanyaan skeptis muncul di kepalanya sendiri. Dia tidak bisa mengenyahkan pikiran – pikiran aneh tentang Kingston.Sekeras mungkin mencoba menahan diri. Rasanya terus – menerus dihantui perasaan bersalah. Avanthe tidak tahu sejauh mana dia akan bertahan di balik situasi pelik dan menyakitkan seperti ini.Sedikit satu keputusan yang disembunyikan adalah dia punya keberanian yang mantap menghadapi Raja
Dalam tidur mengingatkan Pandora pada situasi tertentu. Bayangan liar seolah menjamah sesuatu yang tidak pernah dia harapkan. Bayangan tentang ketidakberdayaan Kingston begitu terdampar di atas pijakan kaki empuk dengan warna – warna menyala. Jari – jari tangan pria itu mengepal erat, persis ingin meremukkan sesuatu di dalam genggamannya. Tetapi yang paling menyakitkan ketika Pandora tidak menaruh tatapan ke arah lain adalah darah terus berjatuhan. Telapak tangan itu sedang terluka, dibelah kasar oleh benda tipis menajam milik sesemakhluk bertanduk. Dan untuk tidak membiarkan jari maupun telapak tangan itu terpisah. Kingston tidak bisa melepas kepalan yang membuat pria itu berusaha bangun, sekaligus tersentak dalam upaya tak berguna.Makhluk bertanduk telah memenangkan perang. Tawa kentara menggema hebat, bahkan tidak peduli liur sedang bergelantungan di sudut bibirnya. Di sudut paling mengerikan ketika langkah itu mendekat.Makhluk yang kasar, tanpa pengampunan menyeret Pandora perg
“Kau membeli bra dalam rangka apa?”Wajah Anna muncul, celinguk menyentuh lengan Pandora yang masih sibuk memilih bra dengan ‘cup’ yang dia mau. Mereka tiba setelah Pandora membereskan Kingston terdahulu, memastikan pria itu akan tidur, mendapat istirahat yang cukup, dan kondisi semakin lebih baik dari terakhir Pandora menyentuh kening suaminya.Dia tidak begitu memedulikan pertanyaan Anna. Meraih dua bra berenda, tiga dengan polosan, dan satu yang bertali silang. Pandora berpikiran untuk membeli lebih banyak sekadar berjaga – jaga. Melangkahkan kaki pelan seraya memusatkan perhatian pada etalase pakaian dalam.“Panda, aku bicara denganmu.”Anna menyusul, itulah mengapa Pandora berusaha mencari cara mengenyahkan rasa ingin tahu Anna.“Kau tidak mau beli bra, dalaman, atau baju santai, Ann?”“Aku traktir pakai kredit card King kong,” ucap Pandora, sesaat mempan menghentikan Anna hingga gadis itu seolah sedang menimbang. Sorot mata Anna menyipit, lalu seringai muncul di waktu bersamaan.
Pandora sudah mengeluarkan kata – kata akan ketidakpersetujuan, tetapi cerita berbeda memiliki setiap upaya untuk menyatukannya menjadi cita rasa menggetarkan. Jari – jari kasar perlahan merambat, menekuni setiap lekuk – lekuk di tulang rusuk Pandora. Dia menahan napas saat Kingston menariknya mundur bersandar pada sebentuk otot – otot tubuh yang liat.Diam – diam ujung jari Kingston menyingkirkan rambut panjangnya. Pria itu menjatuhkan bibir. Membanjiri ceruk leher Pandora dengan pelbagai kecupan. Basah, panas, semua menjadi satu argumen liar yang ingin memberontak dalam satu ledakan dashyat, tetapi pria itu berhenti.“Berbalik, Pandora.”Suku – suku kata tersusun lewat suara parau yang mendebarkan. Pandora ragu ketika dia harus menghadap suaminya. Sorot mata Kingston penuh kabut gairah. Pandora tahu bahwa itulah yang berdenyut dan membara antara mereka. Pria itu tidak mengatakan apa pun. Mencondongkan tubuh; melewati sedikit bahu Pandora dengan lengan terulur meraih botol lotion yan
“Bangun, Kucing manis.”Bulu – bulu menggelikan terus menyapu permukaan wajah Pandora. Memulai perjalanan dari ujung kening; sangat lembut dan ringan. Merambat pelan menyusuri alis dan kelopak mata, jatuh ke tulang pipi, lalu bergerak lingkar di sekitar bibir; menyapu tekstur ranum secara berulang beberapa kali sebelum berpindah sisi ke bawah, bagian dagu yang bulat menggoda, cukup lama di sana, kemudian jatuh menggelitik ceruk leher Pandora.“It’s your birthday, Kucing manis. Bangun.”Bisik – bisik suara dalam Kingston memberitahu Pandora tentang satu informasi. Dia berusaha tidak mengacuhkan. Hanya melanjutkan tidur yang menjadi kebutuhan terpenting. Akan tetapi, samar – samar ketika Pandora memikirkan kembali, secara mengejutkan dia langsung tercekat, mantap ingin beranjak bangun ....Dan tertahan oleh keberadaan tubuh Kingston.Pria itu sangat dekat di hadapan Pandora. Nyaris bersentuhan hidung, membuat Pandora putus asa mengenyakkan punggung ke ranjang. Kingston menindih tubuhnya
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s