“Kau sedang bersembunyi dari siapa?” “Satu jam lagi kita akan ada kelas, kenapa semua pintu dan jendela ditutup?” Anna tampak kebingungan saat Pandora tiba - tiba menerjang masuk ke dalam kamar asrama dan bertingkah seperti baru saja dikejar anjing liar. Begitu panik menjadikan keadaan kamar benar – benar seperti tempat persembunyian dengan kening dipenuhi bulir keringat. Pandora mengambil posisi duduk berselonjor kaki di atas lantai. Semakin membuat Anna menatapnya curiga. “Kau belum menjawab pertanyaanku, Panda.” Anna mendesak menyorot Pandora yang menarik napas berulang kali. Tidak biasanya Pandora bertingkah aneh. Dia ingat Pandora tinggal bersama seseorang yang memberi gadis itu tumpangan saat kembali ke Bristol—sama sekali tak berpikir pagi – pagi sekali Pandora akan kembali ke asrama dalam wujud dan keadaan seperti di hadapannya. “Kau sedang lari dari siapa?” ulang Anna mulai mendekati Pandora. Cara Pandora memeluk kaki sendiri menjadi pertanyaan besar. “Kau tak bilang akan
Suara gaduh mendadak tenang saat Meredith, kakak tingkat dari jurusan berbeda bersama dua temannya memperlihatkan kekuasaan mereka di depan pintu kelas. Meredith masuk membawa tas kertas terjinjing di bagian lengan. Menyebarkan senyum yang sesungguhnya sangat menyebalkan pada semua orang, terutama Anna seketika bersikap waspada melirik Pandora sebagai sebuah isyarat.“Apa yang akan dilakukan nenek sihir itu di sini?” Anna berusaha berbisik dengan jangkauan kursi yang cukup memisahkannya dari Pandora. Setengah jengkel memperhatikan Meredith menyisir pada bangku paling pojok bagian depan yang diduduki teman sekelas mereka, pria kutu buku yang bahkan tidak begitu peduli akan kehadiran Meredith.“Bagikan ini ke semua temanmu, kecuali ratu teater itu.” Meredith tersenyum sinis menarik satu bagian dari kertas undangan yang disusun bertingkat – tingkat terisi di dalam tas. Khusus untuk Pandora dia melangkah sendiri meletakkan kertas undangan dengan kasar.“Aku ingin lihat seberapa cantik kau
“Kenapa pintunya dikunci?”Pandora beringsut mundur hati – hati mendengar bagaimana gemerincing kunci terlalap oleh saku jas Kingston. Semua terasa kilat dan tidak cukup baik untuk dipahami secara ringkas begitu Kingston menjebaknya dalam sebuah ruang—Pandora yakini ruang pribadi Kingston selama pria itu turut mengambil andil proyek bersama Mr. Lee dan para mahasiswa yang tergabung dalam UKM teater.Sebagai seorang donatur yang membiayai segala jenis pedanaan proyek besar itu bisa saja Kingston tidak terlibat banyak, tapi mustahil pula bila Kingston tidak melakukan hal demikian sementara pria itu sudah ada di hadapan Pandora. Begitu besar dan berkuasa.Kingston memiliki segalanya untuk membuat Pandora tak berdaya. Semua bisa Kingston dapatkan selama mau dan berhasrat. Namun tiap detail terjadi di antara mereka masih membuat Pandora bertanya – tanya mengapa ada kebetulan secara berturut harus dia hadapi. Kingston menjadi seorang donatur sekaligus yang membelinya di pelelangan. Tidakkah
Mereka tak sedang bermain petak umpet—namun anggaplah demikian. Pandora bersembunyi dan Kingston akan mencari. Pria itu memang perlahan mendekati Pandora di bawah meja, tempat di mana sesaat lalu Pandora pernah ditelentangkan tak berdaya, dan bahkan sampai detik ini Pandora masih merasakan hal yang sama. Memeluk kedua lututnya sesekali berusaha fokus memperhatikan ke mana arah sepatu pentofel itu berjejak. Terutama dia tak memiliki kesempatan mengenakan pakaiannya secara utuh. Terlalu takut seseorang di luar sana melihat keberadaannya. “Pandora.” Suara dan wajah Kingston muncul usai pria itu menunduk. Mengejutkan Pandora. Membuat jantungnya benar – benar kelimpungan. “Jauh – jauh dariku.” Pandora tak tahu harus melakukan apa selain meminta Kingston menjaga jarak, tetapi sensor motorik di tubuhnya justru menuntun Pandora mendekat. Dia sedang memegang bra dan secara spontan menyerang Kingston dengan benda tersebut. Gerakan gesit Pandora adalah sesuatu yang sangat seksi bagi Kingston
Memang betul ruang kerja Kingston cukup berantakan—butuh sedikit keterlampilan tangan untuk membenahi. Akan tetapi perhatian Pandora hanya tertuju pada jemari yang mendorong kotak bekal berbentuk ‘love’ dan tampilan warna soft pink, kontras dengan maskulinitas Kingston—yang terkesan cukup aneh jika memang itu kenyataannya. “Sarapan? Kau membawa bekal?” tanya Pandora heran. Percakapan Kingston dengan seorang tamu yang menyelamatkannya dari hasrat besar pria tersebut sama sekali tak tertangkap oleh indera pendengaran Pandora. Itulah sebabnya dia tak tahu sandwhich dengan potongan yang khas adalah pemberian dari Madeline. “Dari Ms. Clayton?” Pandora mengernyit membaca tulisan dari selipan kertas kecil saat membuka kotak bekal setelah duduk di hadapan Kingston. “Ini untukmu. Aku tidak bisa memakannya.” Semakin heran Pandora mempertanyakan mengapa dosen pengampuh mata kuliah ‘Naskah Lakon’ membawakan sarapan untuk Kingston. Apa Kingston sungguh menarik perhatian semua orang? “Kau memb
Satu kali merogoh saku jas biru gelap milik pria yang tengah tertidur di badan sofa, hal pertama ditemukan Pandora yakni beberapa kertas pembungkus cokelat yang telah diremas kecil – kecil. Sepertinya jenis makanan penutup tersebut merupakan cemilan Kingston selama membiarkan jas yang sesaat lalu disampirkan ke lengan sofa sebelum pria itu terlelap tenang dengan lengan menutup separuh wajah—hanya menyisakan bibir terkatup rapat—panas menggairahkan, atau Pandora harus berasumsi Kingston lupa telah menjadikan saku jas sendiri sebagai penyimpanan sampah sementara. Dia takkkan mengetahui fakta tersebut jika tadi tak segera menyelesaikan pekerjaan yang Kingston berikan—membenahi segala jenis kekacauan berserak – serak usai menghabiskan sandwhich daging, mulai dari gulungan kertas tercecer di lantai maupun batang pulpen dan pensil ikut tergeletak asal di beberapa titik tertentu, termasuk debu – debu yang telah Pandora bersihkan.Sebetulnya Pandora tak bermaksud lancang melesakkan jari tan
Kepah sayap itu mekar dengan cantik memutari langit secara melingkar dan berturut – turut sesuai perhitungan Pandora saat menegadah tinggi. Dia menatap dari balkon kamar, menunggu waktu yang tepat untuk meminta izin meninggalkan mansion sampai beberapa jam ke depan. Pandora tak memungkiri bahwa dia tahu Kingston masih sibuk menunggu elang-nya di halaman samping. Elang yang terbang semakin jauh dan suara kicau melengking tinggi.Rasanya Pandora tak bisa mendeskripsikan apa pun ketika dia harus menyaksikan Kingston bersama hewan peliharaan pria tersebut secara langsung. Juga tak menapik sekian detik lalu Kingston baru saja menyelesaikan ritual lari bersama serigala abu kehitaman yang pernah dia temui dan nyaris menikamnya di halaman belakang.Pandora ingat tiga kantong plastik besar yang Kingston bawa saat mereka melakukan perjalanan dari Cambridge menuju Bristol adalah plastik hitam berisi daging mentah dan segar—dapat Pandora asumsikan merupakan makanan utuh untuk peliharan pria di b
Sejak mendekam di dalam kamar Pandora tak mengharapkan apa pun selain menunggu Kingston meninggalkan mansion. Dia ingat kapan Kingston akan pergi.Sebentar lagi ....Pandora hanya perlu memastikan bahwa untuk kesekian kalinya, ketika menjelang petang kendaraan Kingston siap keluar dari perkarangan depan.Walau tak pernah bertanya ke mana Kingston akan pergi, Pandora tahu pria itu akan selalu kembali di waktu yang sama—jam 10 malam, seperti sebuah kedisiplinan yang dipatenkan sejak lama. Lalu setelah itu Kingston mengasingkan diri menetap di kamar semalaman bersama beberapa botol vodka—yang sering kali Pandora lihat secara langsung saat tak sengaja berpas – pasan di dapur. Wilayah kamar Kingston pula harus terus Pandora rapalkan merupakan tempat terlarang baginya.“Tunggu aku, Ann. Taksi sudah kupesan dan akan segera ke sana.”Kesempatan bagi Pandora begitu dia menyaksikan secara langsung kepergian Kingston. Pandora akan tetap menghadiri acara ulang tahun Meredith tanpa izin sekalipun.