Mereka tak sedang bermain petak umpet—namun anggaplah demikian. Pandora bersembunyi dan Kingston akan mencari. Pria itu memang perlahan mendekati Pandora di bawah meja, tempat di mana sesaat lalu Pandora pernah ditelentangkan tak berdaya, dan bahkan sampai detik ini Pandora masih merasakan hal yang sama. Memeluk kedua lututnya sesekali berusaha fokus memperhatikan ke mana arah sepatu pentofel itu berjejak. Terutama dia tak memiliki kesempatan mengenakan pakaiannya secara utuh. Terlalu takut seseorang di luar sana melihat keberadaannya. “Pandora.” Suara dan wajah Kingston muncul usai pria itu menunduk. Mengejutkan Pandora. Membuat jantungnya benar – benar kelimpungan. “Jauh – jauh dariku.” Pandora tak tahu harus melakukan apa selain meminta Kingston menjaga jarak, tetapi sensor motorik di tubuhnya justru menuntun Pandora mendekat. Dia sedang memegang bra dan secara spontan menyerang Kingston dengan benda tersebut. Gerakan gesit Pandora adalah sesuatu yang sangat seksi bagi Kingston
Memang betul ruang kerja Kingston cukup berantakan—butuh sedikit keterlampilan tangan untuk membenahi. Akan tetapi perhatian Pandora hanya tertuju pada jemari yang mendorong kotak bekal berbentuk ‘love’ dan tampilan warna soft pink, kontras dengan maskulinitas Kingston—yang terkesan cukup aneh jika memang itu kenyataannya. “Sarapan? Kau membawa bekal?” tanya Pandora heran. Percakapan Kingston dengan seorang tamu yang menyelamatkannya dari hasrat besar pria tersebut sama sekali tak tertangkap oleh indera pendengaran Pandora. Itulah sebabnya dia tak tahu sandwhich dengan potongan yang khas adalah pemberian dari Madeline. “Dari Ms. Clayton?” Pandora mengernyit membaca tulisan dari selipan kertas kecil saat membuka kotak bekal setelah duduk di hadapan Kingston. “Ini untukmu. Aku tidak bisa memakannya.” Semakin heran Pandora mempertanyakan mengapa dosen pengampuh mata kuliah ‘Naskah Lakon’ membawakan sarapan untuk Kingston. Apa Kingston sungguh menarik perhatian semua orang? “Kau memb
Satu kali merogoh saku jas biru gelap milik pria yang tengah tertidur di badan sofa, hal pertama ditemukan Pandora yakni beberapa kertas pembungkus cokelat yang telah diremas kecil – kecil. Sepertinya jenis makanan penutup tersebut merupakan cemilan Kingston selama membiarkan jas yang sesaat lalu disampirkan ke lengan sofa sebelum pria itu terlelap tenang dengan lengan menutup separuh wajah—hanya menyisakan bibir terkatup rapat—panas menggairahkan, atau Pandora harus berasumsi Kingston lupa telah menjadikan saku jas sendiri sebagai penyimpanan sampah sementara. Dia takkkan mengetahui fakta tersebut jika tadi tak segera menyelesaikan pekerjaan yang Kingston berikan—membenahi segala jenis kekacauan berserak – serak usai menghabiskan sandwhich daging, mulai dari gulungan kertas tercecer di lantai maupun batang pulpen dan pensil ikut tergeletak asal di beberapa titik tertentu, termasuk debu – debu yang telah Pandora bersihkan.Sebetulnya Pandora tak bermaksud lancang melesakkan jari tan
Kepah sayap itu mekar dengan cantik memutari langit secara melingkar dan berturut – turut sesuai perhitungan Pandora saat menegadah tinggi. Dia menatap dari balkon kamar, menunggu waktu yang tepat untuk meminta izin meninggalkan mansion sampai beberapa jam ke depan. Pandora tak memungkiri bahwa dia tahu Kingston masih sibuk menunggu elang-nya di halaman samping. Elang yang terbang semakin jauh dan suara kicau melengking tinggi.Rasanya Pandora tak bisa mendeskripsikan apa pun ketika dia harus menyaksikan Kingston bersama hewan peliharaan pria tersebut secara langsung. Juga tak menapik sekian detik lalu Kingston baru saja menyelesaikan ritual lari bersama serigala abu kehitaman yang pernah dia temui dan nyaris menikamnya di halaman belakang.Pandora ingat tiga kantong plastik besar yang Kingston bawa saat mereka melakukan perjalanan dari Cambridge menuju Bristol adalah plastik hitam berisi daging mentah dan segar—dapat Pandora asumsikan merupakan makanan utuh untuk peliharan pria di b
Sejak mendekam di dalam kamar Pandora tak mengharapkan apa pun selain menunggu Kingston meninggalkan mansion. Dia ingat kapan Kingston akan pergi.Sebentar lagi ....Pandora hanya perlu memastikan bahwa untuk kesekian kalinya, ketika menjelang petang kendaraan Kingston siap keluar dari perkarangan depan.Walau tak pernah bertanya ke mana Kingston akan pergi, Pandora tahu pria itu akan selalu kembali di waktu yang sama—jam 10 malam, seperti sebuah kedisiplinan yang dipatenkan sejak lama. Lalu setelah itu Kingston mengasingkan diri menetap di kamar semalaman bersama beberapa botol vodka—yang sering kali Pandora lihat secara langsung saat tak sengaja berpas – pasan di dapur. Wilayah kamar Kingston pula harus terus Pandora rapalkan merupakan tempat terlarang baginya.“Tunggu aku, Ann. Taksi sudah kupesan dan akan segera ke sana.”Kesempatan bagi Pandora begitu dia menyaksikan secara langsung kepergian Kingston. Pandora akan tetap menghadiri acara ulang tahun Meredith tanpa izin sekalipun.
Sudah hampir satu jam Pandora menunggu Anna menghampirinya, tapi tak sedikitpun jejak kedatangan gadis yang telah hilang di tengah kerumunan akan terlihat. Anna terlalu mudah melupakan. Sama persis semua orang terlalu sibuk menikmati acara Meredith. Adapula yang berkumpul di beberapa sisi membicarakan ntah apa. Pandora tak berpikir untuk menaruh minatnya pada hal tersebut. Hanya diam menyendiri duduk di kursi tanpa lengan dengan hidangan puding susu di atas meja bundar. Posisi Pandora berada di pojokan. Sengaja memilih tempat sedikit dengan ketenangan. Barangkali Anna tak akan sulit menemukanya di sana.Pandora mengulik ponselnya sesaat. Kali kedua mengirim pesan dia harap Anna segera membaca isinya bahwa mereka hanya memiliki waktu setengah jam lagi untuk segera meninggalkan gedung hotel. Atau jika tidak, Pandora akan meninggalkan acara ulang tahun Meredith seorang diri daripada harus menemukan Kingston sedang dengan kemarahan menantikan kepulangannya.Namun itulah alasan mengapa kec
Ketakutan. Rasa sakit, dan usaha untuk membebaskan diri yang Pandora lakukan terekam jelas dalam pengelihatan Kingston. Dia harus membatalkan acara makan malam yang sudah lama dijanjikan. Menyusul Pandora sampai menemukan gadis itu dalam bahaya besar. Kingston tak tahu mengapa keadaan Pandora membuatnya sangat dikuasai amarah. Harusnya jarak sedekat itu—saat Pandora ada bersamanya, kekuatan yang dia miliki tak akan bisa dirasakan. Redup. Hilang seketika seperti saat dia menghadiri pernikahan di Kanada. Namun, angkara murka yang sampai detik ini—sampai para bajingan itu meninggalkan kamar hotel masih menjadi pendobrak bagi energi di dalam tubuh Kingston untuk terus berkecamuk. Napasnya bergemuruh hebat, dan Roy yang malang ... bersyukurlah bahwa Kingston sama sekali tak menggunakan kekuatannya untuk memisahkan daun telinga pria tersebut dari tempat yang semestinya. Itu terjadi karena kesalahan Roy sendiri. Bukankah Pandora sudah memohon, tetapi Roy sedikitpun tak memedulikan permintaa
Dokter kandungan baru saja meninggalkan Pandora duduk bergeming di atas ranjang menatap setengah kosong dinding di depan sana. Hasil pemeriksaan mengatakan dia dan kandungannya dalam keadaan baik – baik saja. Walau demikian Pandora tak berniat menuruti saran untuk mengonsumsi pil penambah darah dan vitamin yang telah diresepkan padanya. Dia tak mengerti kenyataan seperti apa yang harus dihadapi. Semua membingungkan, termasuk saat Kingston tiba – tiba berdiri masuk membawa segelas susu cokelat yang pria itu serahkan tanpa mengatakan sepatah kata pun. “Untukku?” Sebenarnya Pandora sedikit takut menatap pria yang sedang marah itu, hanya berusaha memberanikan diri mendongak sambil menerima segelas susu dari tangan Kingston. Wajah pria tersebut masih sama dinginnya seperti terakhir kali tatap mereka bertemu. “Jangan dipegang.” Pandora mendesis agak menghindari sentuhan Kingston pada bekas tamparan Roy—hukuman semalam memacu adrenalin Pandora, sehingga dia baru peka terhadap pekatnya rasa