Ketakutan. Rasa sakit, dan usaha untuk membebaskan diri yang Pandora lakukan terekam jelas dalam pengelihatan Kingston. Dia harus membatalkan acara makan malam yang sudah lama dijanjikan. Menyusul Pandora sampai menemukan gadis itu dalam bahaya besar. Kingston tak tahu mengapa keadaan Pandora membuatnya sangat dikuasai amarah. Harusnya jarak sedekat itu—saat Pandora ada bersamanya, kekuatan yang dia miliki tak akan bisa dirasakan. Redup. Hilang seketika seperti saat dia menghadiri pernikahan di Kanada. Namun, angkara murka yang sampai detik ini—sampai para bajingan itu meninggalkan kamar hotel masih menjadi pendobrak bagi energi di dalam tubuh Kingston untuk terus berkecamuk. Napasnya bergemuruh hebat, dan Roy yang malang ... bersyukurlah bahwa Kingston sama sekali tak menggunakan kekuatannya untuk memisahkan daun telinga pria tersebut dari tempat yang semestinya. Itu terjadi karena kesalahan Roy sendiri. Bukankah Pandora sudah memohon, tetapi Roy sedikitpun tak memedulikan permintaa
Dokter kandungan baru saja meninggalkan Pandora duduk bergeming di atas ranjang menatap setengah kosong dinding di depan sana. Hasil pemeriksaan mengatakan dia dan kandungannya dalam keadaan baik – baik saja. Walau demikian Pandora tak berniat menuruti saran untuk mengonsumsi pil penambah darah dan vitamin yang telah diresepkan padanya. Dia tak mengerti kenyataan seperti apa yang harus dihadapi. Semua membingungkan, termasuk saat Kingston tiba – tiba berdiri masuk membawa segelas susu cokelat yang pria itu serahkan tanpa mengatakan sepatah kata pun. “Untukku?” Sebenarnya Pandora sedikit takut menatap pria yang sedang marah itu, hanya berusaha memberanikan diri mendongak sambil menerima segelas susu dari tangan Kingston. Wajah pria tersebut masih sama dinginnya seperti terakhir kali tatap mereka bertemu. “Jangan dipegang.” Pandora mendesis agak menghindari sentuhan Kingston pada bekas tamparan Roy—hukuman semalam memacu adrenalin Pandora, sehingga dia baru peka terhadap pekatnya rasa
“Tunggu, Panda. Kau mau pergi ke mana? Aku belum selesai.”Langkah Pandora terhenti oleh cekalan tangan Anna yang tiba – tiba menahannya. Sorot mata Anna dipenuhi tanda tanya besar. Semacam sedang menyimpan sesuatu sekaligus rasa ingin tahu. Apa ada hal lain dari kejadian kemarin yang Anna miliki sebagai informasi? Pandora harap itu bukan sesuatu yang buruk. Bukan sesuatu yang akan menjadi bumerang untuknya.“Kau tak bilang kalau Mr. Nolan adalah calon suamimu.”“Kenapa, Panda?”Ekspresi wajah Anna terlihat kecewa. Bagaimana Pandora akan mengatakan pada Anna kalau dia sendiri bahkan tak yakin dengan pilihan Kingston. Pandora segera menyorot wajah Anna lamat. Tak memungkiri bahwa kenyataan yang pernah Chris bahas harusnya menjadi rahasia, justru sekarang mencuak ke permukaan.“Dia tak bilang apa – apa padaku. Dari mana kau tahu kami akan menikah?”Tak sepenuhnya berbohong. Bukankah benar Kingston sedikitpun tak pernah membicarakan apa pun pada Pandora, sehingga itu membuatnya tak terla
Jemari lentik Meredith mendarat di garis bahu Kingston. Gadis itu menegadah tinggi – tinggi untuk memperlihatkan betapa dia sangat berani. Tatapan nyalang dan tangannya mulai bergerak rambat meraih lengan Kingston. Sering kali Meredith menggigit bibir bawah, lalu meletakkan jari tangan Kingston di atas gumpalan dadanya. Dia mendesis, menunjukkan ekspresi liar ketika Kingston masih diam. Memberi Meredith keleluasaan menjejalkan tangan di setiap tubuh liat itu.“Apa pria seperti ini memang menyukai gadis muda?”Meredith agak menjinjit demi membisikan pertanyaan demikian. Dia tersenyum sinis berpikir Kingston akan segera bereaksi.“Ah, jangan terlalu kasar, Mr. Nolan.”Tubuh Meredith terdorong menyentak dinding di balik punggungnya. Kingston mendominasi ruang gerak—dia terpojok. Melenguh nikmat oleh cengkeraman jemari besar Kingston yang menyalurkan rasa sakit dan nikmat bersamaan.Kasarnya Kingston sama sekali tak memberi Meredith kesempatan melepas suara dengan tenang. Bekas genggaman
Sayangnya apa pun yang Meredith katakan pada Pandora sangat berbanding jauh dari apa yang terjadi. Mau seribu kali upaya dilakukan, Meredith takkan bisa menggoda pria seperti Kingston. Saat tubuh Meredith disentak, itu adalah bagian dari belenggu yang menyakitkan.Kingston memang menyentuhnya, meninggalkan jejak saat mencengkeram bongkahan yang menantang kepunyaan gadis tersebut, tapi tindakan Kingston tidak lebih daripada melibatkan Meredith dalam bahaya besar. Sentuhan di puncak dada yang Kingston lakukan yakni untuk melepaskan sesuatu ke dalam tubuh Meredith.“Kau tahu apa bedanya racun dan bisa?”Suara mendesis lepas dari sela – sela gigi Kingston. Wajah pucat dan ketakutan Meredith sebenarnya tidak cukup sepadan dari apa yang dialami Pandora malam itu. Namun cara Meredith menanggapi pertanyaannya—bibir yang bergetar dan sorot mata dipenuhi keraguan seolah menelan habis sisi liar Meredith barusan.Kingston menekan tubuh Meredith sampai gadis itu sungguh harus berjinjit. Harap – ha
“King ....” Pandora menahan napas dengan separuh wajah memerah merasakan usapan ringan di permukaan perut rata dan bibir Kingston yang jatuh di garis bahunya. Dia tak mengerti apa yang sedang pria itu pikirkan. Kingston baru saja menyentuh Meredith, lalu sekarang menginginkan sesuatu yang sama? Pandora harus segera menghentikan Kingston daripada terus membayangkan bekas tubuh Meredith akan berakhir padanya. “Kau membuatku tidak bisa bernapas, King.” Berulang kali dia mencoba memisahkan jari – jari Kingston, tetapi gerakan terus menyerbunya paten membuat Pandora menyerah. Dia melenguh sesaat menerima rangsangan di beberapa titik sensitif. “King, hentikan. Kau sudah menyentuh Meredith. Tidak bisakah menahan diri dulu?” Pandora mengatakan sesuatu yang bersarang di benaknya. Tak merasa telah melakukan kesalahan, namun cara Kingston menarik tubuh Pandora dan memindahkannya duduk di atas meja beralaskan kertas dengan sketsa wajah separuh jadi cukup kasar dan tak berperasaan. “Ada satu
“Mari, Nona.” Pandora sudah dipersilakan duduk di kursi penumpang, tetapi pria yang dicari tak kunjung terlihat sejak dia membantu Helios menyusun beberapa barang bawaan ke bagasi mobil. Netra Pandora berpendar barangkali Kingston akan menampakkan diri. Lewat batasan yang bisa Pandora jangkau dia berpikir Kingston akan datang menemuinya. Tetap saja, dia hanya bisa menatap Helios dengan tanda tanya besar di kepala. “Apa King tak ikut?” Samar gelengan Helios adalah jawaban dari ketidakmunculan Kingston di antara mereka. Harusnya Pandora mengerti dan tak perlu memikirkan apa pun lagi. Dia melangkahkan kaki masuk ke dalam mobil—menunggu Helios yang turut mengambil posisi duduk di kursi kemudi. “Ada urusan penting yang tidak bisa tuan tingggalkan, Nona.” Helios memulai pembicaraan saat jarak mereka sudah cukup jauh dari gedung menjulang tinggi. Urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan .... Itukah sibuk yang Kingston maksud kemarin? “Urusan penting apa?” Pandora mematokkan diri
Terlarut dalam tidur berkepanjangan menyebabkan segala jenis tindakan Pandora dilakukan tergesa – gesa. Dia berjalan cepat. Tetes demi tetes air berjatuhan dari surai panjangnya yang masih sangat basah memercik lembab lantai kamar mandi. Lalu segera menarik handuk putih menjuntai di tiang gantungan.Setelah pintu terbuka Pandora kembali melanjutkan langkah sambil menunduk fokus melilitkan kain yang menutup sampai seperempat paha. Untuk beberapa detik dia tak sadar bahwa Kingston berada di satu ruang yang sama, sekian jengkal jarak duduk di sudut ranjang membelakangi posisinya—sedang mendengar seseorang bicara di seberang ponsel.“Love you more.”Baru saat itu. Saat suara dalam Kingston terasa hampir menggema di kupingnya. Tubuh Pandora terlonjak memegang erat – erat ujung handuk yang nyaris terlepas.“Kau—sejak kapan kau ada di sana?”Pandora beringsut mundur ketika tubuh besar Kingston menjulang tinggi. Lambat laun tatapan pria itu meneliti dari puncak kepala jatuh sampai ujung kaki,