“Mari, Nona.” Pandora sudah dipersilakan duduk di kursi penumpang, tetapi pria yang dicari tak kunjung terlihat sejak dia membantu Helios menyusun beberapa barang bawaan ke bagasi mobil. Netra Pandora berpendar barangkali Kingston akan menampakkan diri. Lewat batasan yang bisa Pandora jangkau dia berpikir Kingston akan datang menemuinya. Tetap saja, dia hanya bisa menatap Helios dengan tanda tanya besar di kepala. “Apa King tak ikut?” Samar gelengan Helios adalah jawaban dari ketidakmunculan Kingston di antara mereka. Harusnya Pandora mengerti dan tak perlu memikirkan apa pun lagi. Dia melangkahkan kaki masuk ke dalam mobil—menunggu Helios yang turut mengambil posisi duduk di kursi kemudi. “Ada urusan penting yang tidak bisa tuan tingggalkan, Nona.” Helios memulai pembicaraan saat jarak mereka sudah cukup jauh dari gedung menjulang tinggi. Urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan .... Itukah sibuk yang Kingston maksud kemarin? “Urusan penting apa?” Pandora mematokkan diri
Terlarut dalam tidur berkepanjangan menyebabkan segala jenis tindakan Pandora dilakukan tergesa – gesa. Dia berjalan cepat. Tetes demi tetes air berjatuhan dari surai panjangnya yang masih sangat basah memercik lembab lantai kamar mandi. Lalu segera menarik handuk putih menjuntai di tiang gantungan.Setelah pintu terbuka Pandora kembali melanjutkan langkah sambil menunduk fokus melilitkan kain yang menutup sampai seperempat paha. Untuk beberapa detik dia tak sadar bahwa Kingston berada di satu ruang yang sama, sekian jengkal jarak duduk di sudut ranjang membelakangi posisinya—sedang mendengar seseorang bicara di seberang ponsel.“Love you more.”Baru saat itu. Saat suara dalam Kingston terasa hampir menggema di kupingnya. Tubuh Pandora terlonjak memegang erat – erat ujung handuk yang nyaris terlepas.“Kau—sejak kapan kau ada di sana?”Pandora beringsut mundur ketika tubuh besar Kingston menjulang tinggi. Lambat laun tatapan pria itu meneliti dari puncak kepala jatuh sampai ujung kaki,
“Kau menjilat es krim seperti menjilat ....”Netra spektrum itu menyipit. Sengaja menghentikan kalimat di ujung tenggorokan demi mengamati wajah yang bersemu merah. Memang apa yang Kingston katakan sekejap saja mengingatkan Pandora terhadap hal – hal yang pernah dilakukan di luar batas.Sekarang pikirannya benar – benar tertuju pada hal kotor—saat Kingston pernah terlalu memaksa, hingga aroma dari tubuh dari pria itu samar – samar semacam membumbui isi bayangan Pandora. Dia mendesah kecil. Memalingkan wajah dan sembunyi – sembunyi melanjutkan aktivitas menyesap tumpukan es krim di atas cone. Es krim kerucut yang dibeli cukup untuk memenuhi freezer di rumah.Sebetulnya sudah kali ketiga Pandora menikmati es krim cone itu selama menunggu Chris pulang dari kegiatan berburu. Tetapi sampai mobil jip milik ayahnya terparkir di halaman depan. Pandora harus menerima kenyataan Kingston sangat mengganggunya.“Kenapa kau tak membersihkan dirimu setelah pulang dari hutan?”Daripada Kingston tak s
Pandora menduga Kingston akan melakukan sesuatu yang kotor padanya. Sudah mewanti dengan menggenggam erat – erat apa saja yang bisa dia raih. Kingston tidak hanya menatap, tetapi juga setengah membungkukkan badan dengan kedua lengan bertumpu di atas kasur persis nyaris mengurung tubuh Pandora yang semakin beringsut ke belakang.“Kau mau apa?”Napas Pandora tercekat menghadap wajah Kingston yang terlampau dekat. Sekilas sentuhan bibir itu membuat Pandora bergeming, sementara Kingston sangat menyukai bagaimana dia harus secara lekat memojokkan Pandora. Mendekatkan bibir keduanya, seolah itu bagian dari insiden tak disengaja.“Tujuanmu kembali ke Cambridge untuk bicara jujur pada ayahmu.”“Sekarang aku mau tahu kau sudah bicara apa saja pada kedua orang tuamu. Mengapa mereka tak menyuruh putrinya beristirahat? Sangat keterlaluan jika mereka tahu kau sedang mengandung, tapi tetap membiarkanmu mengerjakan pekerjaan rumah.”Nada menuduh Kingston menegaskan pria itu sedang menahan diri. Gera
Kingston menunduk memijit pelipis kuat. Berusaha menekan reaksi aneh yang bergejolak habis – habisan. Reaksi asing yang terus menghujam saat dia tak melakukan apa pun, hanya bermenit – menit duduk di ruang tamu, kemudian disusul debaran jantung terasa nyaris menggebom seluruh organ dalam. Kingston tahu konstelasi ini tak mungkin terjadi tiba – tiba. Sambil mencurigai teh hangat yang Pandora bawa. Dia merasa aliran darah semakin berpacu naik sampai di titik didih. Sesuatu di tubuhnya semacam memberontak. Berdesak – desak ingin meluapkan ketidaknyamanan. Dia berusaha menerawang bagian dari kejadian yang terhalang saat Pandora masih berada rumah itu. Kesempatannya sekarang adalah mencari tahu sebelum Pandora pulang. Sebelum bola rozilog yang bersemayam di tubuh Pandora dapat menekan kemampuannya. Setidaknya mereka tak bisa berada dalam satu ruang yang sama, jika Kingston ingin melihat kilasan beberapa saat lalu. Bayangan wajah Aquela membobol pengelihatan Kingston. Sekilas demi sekilas
“Ada apa, Yang Mulia Raja? Mengapa terlihat cemas?”Artema, Penasihat kerajaan menghampiri Raja Osso yang menatap getir ke arah lapangan megah. Raja Osso mengingat beberapa kenangan masa kecil Kingston. Kenangan saat Kingston bermain dengan kuda peliharaannya. Dan hal – hal lain yang sering kali Raja Osso amati. Setelah beratus – ratus tahun dia merindukan detail sederhana tentang sang pangeran. Putra mahkota yang telah hilang dari tatanan kursi kerajaan. Tapi tempat itu takkan tergantikan oleh yang lain. Suatu hari, ketika perasaan Raja Osso sudah lebih baik. Saat dia benar – benar memaafkan Kingston. Dia akan meminta putranya kembali. Dan kali itu, maka dia tak perlu lagi menekan dera gelisah.“Aku memikirkan Rhodes.” Raja Osso tahu bahwa Kingston tak sedang baik – baik saja. Namun penasihat kerajaan adalah yang terbaik memberi saran.“Apa yang terjadi pada pangeran, Raja?”“Dia sedang terluka.”“Terluka?”“Sebuah keputusan mencelakakan diri. Sampaikan pesan pada panglima perang unt
Hampir seperempat perjalanan ekor mata Pandora selalu terpaut pada pria di sampingnya. Melirik ke arah Kingston. Mengingat betul – betul bagaimana pria itu tak banyak bicara sekalipun saat mereka sedang berpamitan pada Chris yang mendadak keluar kamar. Chris mungkin terganggu oleh sayup – sayup suara bising. Sampai Pandora merasa tak nyaman, merasa Kingston bersikap terlampau dingin, meski ayahnya tak keberatan menanggapi apa pun yang Pandora katakan—bahkan mengatakan maaf-nya tentang Kingston yang lebih dulu masuk ke dalam mobil. Seakan – akan duduk bersandar adalah keinginan tertahan dan sangat menggebu, sehingga Pandora tak bisa mengomentari hal kecil saat Kingston hanya memejam dengan wajah menegadah.“Jangan diganggu, Nona.”Tindakan nyaris menyentuh garis dahi Kingston tertahan ketika Helios menghentikan Pandora secara tiba – tiba.“Tuan sedang tidur. Biarkan saja tuan beristirahat.”Tidur ....Kedua alis Pandora bertaut dalam mengartikan Kingston seperti samar – samar dalam kea
Sebelah alis Pandora terangkat tinggi memikirkan gumaman Kingston. Belum selesai tentang Aceli. Pikirannya ditumbuk sebutan nama baru, terasa sangat asing dan semacam mengungkap kepedihan pria di bawah pengelihatannya. Pandora melepas pelan tiap tautan jemari Kingston, berusaha tak membangunkan pria itu dari tidur tak tenang. Dia akan kembali ke kamar. Setidaknya masih tersisa beberapa jam ke depan untuk melanjutkan tidur yang terlalu sebentar sebelum pagi menyising.***Kelopak mata terpejam itu terbuka pelan – pelan seiring bunyi dering ponsel menyentak keheningan di antara ruang temaram dengan satu penghuni. Pandora beranjak bangun meraih ponsel menampilkan nama Chris sebagai penghubung. Ada apa dan mengapa Chris tiba – tiba menghubunginya? Pandora terus bertanya, tapi dia tak punya banyak waktu mengabaikan suara di ponselnya.[Mengapa kau berbohong, Panda?].Pandora tak mengerti apa yang telah terjadi. Sempat menjauhkan benda pipih itu dari wajah tatkala gemuruh napas Chris menggg