Hampir seperempat perjalanan ekor mata Pandora selalu terpaut pada pria di sampingnya. Melirik ke arah Kingston. Mengingat betul – betul bagaimana pria itu tak banyak bicara sekalipun saat mereka sedang berpamitan pada Chris yang mendadak keluar kamar. Chris mungkin terganggu oleh sayup – sayup suara bising. Sampai Pandora merasa tak nyaman, merasa Kingston bersikap terlampau dingin, meski ayahnya tak keberatan menanggapi apa pun yang Pandora katakan—bahkan mengatakan maaf-nya tentang Kingston yang lebih dulu masuk ke dalam mobil. Seakan – akan duduk bersandar adalah keinginan tertahan dan sangat menggebu, sehingga Pandora tak bisa mengomentari hal kecil saat Kingston hanya memejam dengan wajah menegadah.“Jangan diganggu, Nona.”Tindakan nyaris menyentuh garis dahi Kingston tertahan ketika Helios menghentikan Pandora secara tiba – tiba.“Tuan sedang tidur. Biarkan saja tuan beristirahat.”Tidur ....Kedua alis Pandora bertaut dalam mengartikan Kingston seperti samar – samar dalam kea
Sebelah alis Pandora terangkat tinggi memikirkan gumaman Kingston. Belum selesai tentang Aceli. Pikirannya ditumbuk sebutan nama baru, terasa sangat asing dan semacam mengungkap kepedihan pria di bawah pengelihatannya. Pandora melepas pelan tiap tautan jemari Kingston, berusaha tak membangunkan pria itu dari tidur tak tenang. Dia akan kembali ke kamar. Setidaknya masih tersisa beberapa jam ke depan untuk melanjutkan tidur yang terlalu sebentar sebelum pagi menyising.***Kelopak mata terpejam itu terbuka pelan – pelan seiring bunyi dering ponsel menyentak keheningan di antara ruang temaram dengan satu penghuni. Pandora beranjak bangun meraih ponsel menampilkan nama Chris sebagai penghubung. Ada apa dan mengapa Chris tiba – tiba menghubunginya? Pandora terus bertanya, tapi dia tak punya banyak waktu mengabaikan suara di ponselnya.[Mengapa kau berbohong, Panda?].Pandora tak mengerti apa yang telah terjadi. Sempat menjauhkan benda pipih itu dari wajah tatkala gemuruh napas Chris menggg
“Mari, Nona. Tuan sudah menunggu Anda di depan.”“Menungguku?” Pandora mengangkat sebelah alis tinggi menghadapi Helios yang tiba – tiba muncul di depan pintu kamar. Dia pikir Kingston sudah pergi meninggalkan mansion, mengingat pria itu terlalu sibuk untuk apa pun.Kemarin setelah memagut bibirnya penuh keintiman, pria itu lantas meninggalkan Pandora seorang diri tenggelam dengan ketakutan yang tak lantas hilang. Dia terpaksa harus melewati dua mata kuliah tiga sks. Sungguh tak siap menghadapi situasi yang membuatnya tertumbuk dalam gulungan gelisah. Pun karena dia memang terbangun hampir jam 11 siang selepas waktu – waktu bergadang.“Tuan bilang Anda akan ikut mobil tuan ke kampus.”“Tidak, Helios. Katakan padanya aku bisa naik taksi sendiri,” tolak Pandora pelan. Memilih untuk melewati tubuh di hadapannya. Kingston hanya akan menimbulkan masalah baru jika mereka kedapatan pergi bersama. Seisi fakultas bisa geger dengan pemberitaan yang bersumber dari satu mulut ke mulut lainnya. Pa
“Bisakah kita menjadi menjadi konjungsi yang sangat cantik di langit, seperti konjungsi venus dan bulan?” Suara Anna pas pada intonasi merendah. Emosi dan penjiwaannya sangat dapat saat mendalami peran. Gadis itu memegang wajah lawan mainnya. Sebuah adegan diakhiri dengan pelakukan sederhana. Kemudian tirai merah dari panggung saling menutup. Pandora menepuk tangan semangat tak sadar sedang menjepit kertas berisi daftar agenda kegiatan di sebelah lengan. Setelah gladi bersih hari ini, besok mereka akan menghadapi puncak dari proyek besar yang Kingston berikan. Tadi pria itu terlihat sedang bersama Mr. Lee di ujung backstage. Tidak tahu ke mana Kingston sekarang—Pandora hanya menunggu Anna menghampirinya. Dan gadis itu akan bertanya tentang penampilan yang disajikan beberapa saat lalu. “Sudah selesai? Aku tak melihatmu beristirahat sejak tadi.” Pandora merasakan rengkuhan hangat di pinggul. Aroma maskulin menyeruak lekat begitu tubuh Kingston berhimpit sangat dekat. Pandora berpalin
“Kau yakin aku akan memakai dress seperti ini untuk acara besok?” Pandora mematut diri di depan cermin memperhatikan penampilan dalam balutan embroidery lace dress dengan ukuran lengan menutup sampai siku. Sementara bagian dada menuju pinggul semua menjiplak sempurna lekuk tubuhnya, terutama bagian perut yang sedikit menonjol ke depan, yang bagian depan itu pula panjang lumbaian dress sebatas di atas lutut dan sisi belakang menjuntai sedikit menyentuh lantai. Satu helaan napas kecil. Pandora mengambil posisi menyamping memperhatikan bagaimana dress itu akan mengatakan kebenaran lain tentang dirinya pada semua orang. Sesaat sorot mata Pandora berhenti pada titik di mana bayangan tubuh Kingston turut terperangkap dalam cermin. Sedang meneliti Pandora dari sana. Lalu ketika pria itu mendekat, Pandora harus menahan napas terhadap sentuhan memusat di perut bagian bawah. “Mengapa aku harus tidak yakin?” Kingston membungkus Pandora. Menjatuhkan wajah di ceruk leher terbuka demi menghirup
“King, kau mau apa? Kenapa membawaku ke sini?” Debar dada Pandora luar biasa berdentum menyorot cara Kingston menarik kain yang menjuntai saling melekat. Ruang ganti hanya dibatasi tirai merah telah memerangkap keduanya. Atmosfer di sana tegang. Pandora semakin tak berdaya saat dia terpojok di sudut dinding. Ruang gerak Pandora begitu sedikit, terutama saat Kingston sedang menghimpit tubuhnya. Ditambah kostum – kostum tergantung turut menenggelamkan keadaan di mana mereka akan dalam bahaya apabila Anna dan para pemeran lain masuk untuk mengambil kostum. “Aku harap kau tak lupa di mana kita saat ini.” Pandora menekan dada Kingston. Berbisik lembut mengingatkan pria berjarak sangat dekat itu, sesekali ingin menyingkirkan lengan yang mengurungnya dalam keterbatasan ruang. “King ....” “Mereka mungkin akan datang sebentar lagi.” Pandora menarik napas karena suara – suara dari luar sana. Sayup – sayup dia mengerti teman – temannya sedang berlatih beberapa dialog dari naskah yang akan d
Wajah Kingston menggelap ketika mengetahui kenyataan sebenarnya. Alih – alih membawa Pandora ke rumah sakit. Dia melempar tubuh Pandora terseret beberapa meter usai melangkah masuk ke dalam mansion. Warna keemasan yang bercampur darah menjiplak jelas pada celana kain biru keabuan. Warna yang menunjukkan betapa Kingston takkan memaafkan kesalahan fatal yang Pandora lakukan. Ratusan tahun lalu, kali pertama dia bisa menyelamatkan janin di rahim Arcadeaz. Itu tak akan berakhir sama terhadap janin yang hilang dengan sendirinya. Anggur akan menawarkan kematian, dan Pandora mendobrak hal yang tak seharusnya menjadi bagian terburuk dalam riwayat keputusan Kingston. Memilih gadis yang tak bisa diatur seperti Pandora hanya akan membakar habis kesabarannya. Kingston takkan memberi ampun saat dia sendiri sudah tersulut amarah. Tidak ada rasa cinta selama ini, tetapi kebencian datang dengan mudahnya. Seolah menentang keberadaan garis yang sangat tipis di antara dua rasa demikian. “Dari awal kau
Gemerincing rantai saling menyambar ketika pergerakan kecil Pandora berlangsung untuk memahami situasi sejak kali pertama membuka mata. Sedikit masih dibayangi perasaan kacau, dia menarik lengannya kasar hingga gesekan menyakitkan kembali mengingatkan betapa seluruh tubuh Pandora seakan remuk redam tak tertahan oleh bekas hantaman yang bahkan dia tak ingat bagaimana Kingston melakukannya.Pandora mendesis dengan napas tercekat meneliti beberapa bekas lebam di tubuhnya, terutama pada bagian kaki yang terbentur keras. Dia kembali menarik lengan—tak bisa merampas kebebasan dari rantai yang saling terhubung di antara pilar ranjang. Bukankah Pandora sungguh tak pernah bercerita tentang bentukan ranjang yang mencekam, kini atmosfer semakin menjadi – jadi saat dia harus terbelenggu seperti ini.Tentang darah ....Warna merah menyakitkan itu berkecamuk hebat di benak Pandora. Dia sadar seseorang telah mengganti kain yang membalut. Harusnya Pandora masih mengenakan blazer, dalaman putih polos