Vote, yuk.
“King, kau mau apa? Kenapa membawaku ke sini?” Debar dada Pandora luar biasa berdentum menyorot cara Kingston menarik kain yang menjuntai saling melekat. Ruang ganti hanya dibatasi tirai merah telah memerangkap keduanya. Atmosfer di sana tegang. Pandora semakin tak berdaya saat dia terpojok di sudut dinding. Ruang gerak Pandora begitu sedikit, terutama saat Kingston sedang menghimpit tubuhnya. Ditambah kostum – kostum tergantung turut menenggelamkan keadaan di mana mereka akan dalam bahaya apabila Anna dan para pemeran lain masuk untuk mengambil kostum. “Aku harap kau tak lupa di mana kita saat ini.” Pandora menekan dada Kingston. Berbisik lembut mengingatkan pria berjarak sangat dekat itu, sesekali ingin menyingkirkan lengan yang mengurungnya dalam keterbatasan ruang. “King ....” “Mereka mungkin akan datang sebentar lagi.” Pandora menarik napas karena suara – suara dari luar sana. Sayup – sayup dia mengerti teman – temannya sedang berlatih beberapa dialog dari naskah yang akan d
Wajah Kingston menggelap ketika mengetahui kenyataan sebenarnya. Alih – alih membawa Pandora ke rumah sakit. Dia melempar tubuh Pandora terseret beberapa meter usai melangkah masuk ke dalam mansion. Warna keemasan yang bercampur darah menjiplak jelas pada celana kain biru keabuan. Warna yang menunjukkan betapa Kingston takkan memaafkan kesalahan fatal yang Pandora lakukan. Ratusan tahun lalu, kali pertama dia bisa menyelamatkan janin di rahim Arcadeaz. Itu tak akan berakhir sama terhadap janin yang hilang dengan sendirinya. Anggur akan menawarkan kematian, dan Pandora mendobrak hal yang tak seharusnya menjadi bagian terburuk dalam riwayat keputusan Kingston. Memilih gadis yang tak bisa diatur seperti Pandora hanya akan membakar habis kesabarannya. Kingston takkan memberi ampun saat dia sendiri sudah tersulut amarah. Tidak ada rasa cinta selama ini, tetapi kebencian datang dengan mudahnya. Seolah menentang keberadaan garis yang sangat tipis di antara dua rasa demikian. “Dari awal kau
Gemerincing rantai saling menyambar ketika pergerakan kecil Pandora berlangsung untuk memahami situasi sejak kali pertama membuka mata. Sedikit masih dibayangi perasaan kacau, dia menarik lengannya kasar hingga gesekan menyakitkan kembali mengingatkan betapa seluruh tubuh Pandora seakan remuk redam tak tertahan oleh bekas hantaman yang bahkan dia tak ingat bagaimana Kingston melakukannya.Pandora mendesis dengan napas tercekat meneliti beberapa bekas lebam di tubuhnya, terutama pada bagian kaki yang terbentur keras. Dia kembali menarik lengan—tak bisa merampas kebebasan dari rantai yang saling terhubung di antara pilar ranjang. Bukankah Pandora sungguh tak pernah bercerita tentang bentukan ranjang yang mencekam, kini atmosfer semakin menjadi – jadi saat dia harus terbelenggu seperti ini.Tentang darah ....Warna merah menyakitkan itu berkecamuk hebat di benak Pandora. Dia sadar seseorang telah mengganti kain yang membalut. Harusnya Pandora masih mengenakan blazer, dalaman putih polos
Penyiksaan semalam rasanya tak jauh berbeda dari hari ini. Pandora sendiri kesulitan harus menutup tubuh telanjangnya saat sering kali selimut tebal itu tersibak karena berusaha ingin membebaskan jerat rantai hingga luka di pergelangan tangan menjadi luka yang terparah.Sungguh Pandora terjerumus tudingan menyakitkan Kingston. Dia pembunuh. Membunuh janin tidak bersalah. Membuat dirinya keguguran sebelum siap dan sebelum pernah bicara jujur pada ayahnya. Tapi ada satu hal yang coba Pandora mungkiri. Dia berpikir mungkinkah tuduhan itu adalah tuduhan utuh, atau justru hanya kebenaran separuh.Jika benar anggur merupakan angin yang membesarkan api terhadap masalah yang sedang dia hadapi, mengapa Pandora harus menerima itu bagian dari akal sehatnya? Dia memang memakan banyak anggur, bahkan di saat – saat sedang merasa waspada ketika menuju penghujung acara waktu itu. Namun pantaskah Kingston menjatuhkan segala kesalahan berdua, hanya padanya?Dari awal Kingston sudah menyerukan larangan.
Napas Pandora tercekat segera menunduk tak ingin berpas – pasan dengan manik mata spektrum yang berkilat marah. Dia mengetatkan jemari pada Helios, tidak peduli bagaimana pria itu berusaha melepas tautan yang masih melekat dan mungkin akan memancing hura – hara besar ketika Kingston dengan seringai sinis menjulang tinggi, lalu bersimpuh meletakkan salah satu tangannya di antara keputusan salah yang Pandora buat. “Tunanganmu ini aku atau bawahanku?” Ada ketegangan bergumul liar di benak Pandora begitu Kingston meminta Helios untuk meninggalkan kamar. Pandora terpaksa menghadap wajah yang sialnya tampan itu saat dia sendiri tak berdaya terhadap jemari yang menarik tulang rahangnya kasar. Pandora bersyukur belum menyematkan pasangan dari cincin bertata batu hijau yang masih tersarung sempurna di jari manisnya untuk benar – benar mengikat Kingston sebagai seorang tunangan. Kingston sendiri tak pernah menganggap Pandora ada. Tidak semestinya Pandora mematahkan perasaan ragu hanya karena
“Terima kasih, Helios. Hari ini kau tidak perlu menjemputku. Aku akan tidur di asrama.” Pandora tersenyum singkat kemudian melangkah masuk ke dalam kafe. Mencari – cari keberadaan Anna yang belum pula sampai setelah 30 menit lalu gadis itu mengirim pesan sedang dalam perjalanan. Sudah bukan hal baru, maka Pandora tak perlu menunggu Anna sekadar mengambil posisi duduk di pojokan usai memesan jus alpukat. Biasanya Pandora akan memilih anggur untuk dijadikan minuman lembut, tetapi kali ini dia tak berniat membuat perasaannya mencicipi bekas – bekas bayangan tentang kehidupan buruk yang Kingston tawarkan. Meskipun Pandora takkan bisa melupakan setiap detik kekejaman Kingston, bahkan saat pertemuan terakhir mereka—hari di mana pedang menjadi bukti kebencian keduanya saling membara. Dengan tangan berdarah – darah Kingston pergi keluar kamar. Pergi setelah mengatakan sesuatu yang amat menyakitkan. Lalu saat kembali. Kingston membawa segelas ramuan pahit, memaksa Pandora menegak habis dan me
“Apa tidak ada pakaian yang lebih tertutup lagi, Ann?” Pandora melangkah tidak nyaman, sesekali menarik kain yang berkerut memperlihatkan kulit pahanya. Penampilan Pandora sudah sebegitu rapi—sedikit perlu memastikan bahwa dia tak akan menyesal mengambil keputusan ini setelah sering kali menolak ajakan Anna menikmati suasana klub malam. Masuk akal Pandora tak ngin Kingston tiba – tiba menerjang masuk ke kamar asrama saat dia sendirian di sana. Membuat keributan dan mengganggu beberapa mahasiswa yang memilih tinggal daripada mengeluarkan ongkos besar kembali ke kampung halaman. Pandora yakin saat dia berada di tengah keramaian Kingston akan sulit menemukan jejaknya. Sekali saja mungkin tak mengapa. Pandora tidak akan menyentuh minuman alkohol mana pun demi menjaga kesadaran dan akan mengajak Anna pulang secepatnya, meski tidak dengan kembali ke asrama. London .... Pandora sepakat akan ikut Anna pulang ke London setelah mengantongi izin dari Chris. Hanya beberapa hari saja. Lalu dia
“Setelah kematian Arcade, aku sama sekali tidak pernah melihatmu begini. Tapi sekarang ... kau menunjukkan hal yang sama seperti saat kau sedang cemburu padanya.” Ntah kali ke berapa Avanthe memperhatikan Kingston melepas empat anak panah secara bersamaan dengan bidikan tepat sasaran. Sesaat lalu dia berjalan di sekitar istana, tidak sengaja menangkap sekilas bayangan Kingston berdiri seorang diri di tengah kegelapan malam. Hanya beberapa perangkat percahayaan yakni api yang menyala – nyala di beberapa sudut lapangan. Agak terkejut sebenarnya Avanthe mengetahui Kingston sedang dikuasai amarah, tetapi Avanthe akan menyebut itu sebuah kecemburuan sebab mengenal kakak laki – lakinya. Tidak ada kemarahan yang sanggup membuat Kingston bungkam, jika bukan karena sesuatu yang lebih besar. “Hentikan semua ini.” Avanthe menyentuh pundak lebar Kingston saat dia benar – benar harus memberanikan diri untuk menyudahi semua yang sedang Kingston lakukan. “Kau hampir menghabiskan 1000 panah keraja