Share

Ciuman Pertama

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-04 11:48:58

Kernyitan dalam muncul di keningnya begitu paparan sinar membias menyilaukan wajah. Aroma maskulin di pagi hari menjadi sesuatu yang asing bagi Pandora. Perlahan netra hijau lumut itu mengerjap, baru disadari posisinya sedang mendekap tubuh besar seorang pria.

Dia ....

Pandora nyaris dipersekusi keadaan kalau saja keberuntungan tidak sedang di dekatnya. Semalam selepas aksi negosiasi dia memaksakan diri untuk terlelap—berhasil, walau dia tahu pria di sampingnya malam itu seorang yang sangat berbahaya.

Dia ....

Lagi. Pandora kembali tersadar dengan siapa dia ditidurkan ketegangan. Tanpa sadar sentuhan jemarinya di atas dada bidang yang terasa padat dan kekar terlepas.

Pandora mendongak ....

Satu kali menatap netranya kembali mengerjap cepat.

Dua kali melakukannya hal yang sama napasnya dipaksa untuk tercekat.

Wajah itu ....

Wajah yang dilihat bersama Mr. Lee, bagaimana mungkin saat ini sedang bersamanya?

“Apa yang aku lakukan?” ucap Pandora tak habis pikir.

Gerakan spontan darinya mendapat cekalan hebat. Seharusnya pria itu masih tertidur. Namun, wajah yang kian berpaling ke arahnya membuat Pandora mematung.

Ketampanan pria di hadapannya berada di jalur berbeda—memabukkan. Campuran warna yang bergumul dalam dua iris mata pun nyaris tak bisa membuat Pandora mengalihkan perhatian. Masih dengan pertanyaan yang sama, mungkinkah pria di hadapannya ini seorang manusia?

“Kenapa melihatku?”

Segera menjauh Pandora tergugu oleh satu pertanyaan di pagi hari. Dia tidak tahu harus menjawab apa, susah payah menelan ludah kasar saat manik mata itu menghujam makin tajam.

“Kenapa melihatku?”

Satu pertanyaan lagi – lagi terulang. Debaran jantung Pandora heboh di dalam sana. Dia memaksakan diri bersuara. “Aku—aku—karena aku punya mata.”

Salah jawab membuat bibir lawan bicaranya menipis pelan.

Degh!

Tubuh besar itu seketika membawa Pandora duduk di atas pangkuan sang empu.

“Kau bisa merasakan sesuatu?”

Mata hijau lumut Pandora membola hebat. Sesuatu yang keras terasa bergejolak di antara celah tubuhnya. “Tidak. Aku tidak merasakan apa pun.” Dia menunduk dengan kebohongan, memancing geraman kasar dari pria yang sedang mendekapnya.

“Cantik – cantik pandai membual. Apa begitu ajaran orang tuamu?”

Jelas tidak seperti itu. Kejujuran merupakan hal utama yang selalu Chris ajarkan kepadanya. Pandora tidak suka bagaimana pria itu melontarkan tuduhan tidak mendasar. Namun, tak bisa melakukan apa pun, termasuk melontarkan kalimat tajam demi meluapkan kekesalan.

“Apa aku perlu mendatangkan ayahmu kemari untuk melihat seberapa hebat putrinya ingin mengelabuhiku?”

Pandora mendongak. Chris tidak boleh melihatnya dalam keadaan seperti ini. Pandora yakin Aquela sudah menjelaskan dengan kata – kata manis kepada Chris mengenai pekerjaan yang Pandora dapatkan. Chris pasti akan kecewa melihat Pandora menjual diri demi membiayai pengobatannya.

“Aku mohon jangan.”

“Ayahku sedang sakit serius. Bagaimana jika jantungnya kembali mengalami kegagalan. Aku tidak bisa kehilangan ayahku.”

Pandora menekan dalam isakan kecil yang sempat terdengar. “Aku berbohong kepadamu, karena kita tidak saling kenal.” Dia menggeleng kecil, berulang kali menyakinkan diri untuk tidak terhanyut lebih lama terhadap perasaan yang begitu kacau.

“Aku mengenalmu. Kau Pandora Honover. Seorang mahasiswi di fakultas departemen teater. Memiliki percapaian akademik yang gemilang. Merupakan putri tunggal dari Chris Lamon Honover. Dan yang aku dengar, kau masih perawan ....”

Demikian penjelasan yang berhasil memporak – porandakan perasaan Pandora. Beberapa kata pria itu terucap pelan, dan bagian lainnya—pada kalimat terakhir terdengar mengandung gairah tertahan. Haruskah Pandora menyebut harga keperawanannya senilai 200 juta poundsterling untuk pria yang baginya memiliki sisi misterius mendalam.

“Aku tidak lagi berstatus sebagai seorang mahasiswi.” Pernyataan Pandora benar adanya. Baru kemarin pagi dia mengundurkan diri dari status kemahasiswaan di Universitas Bristol. Dia kemudian mengerjap. “Tapi aku cukup tertarik ingin mengetahui namamu.”

Setidaknya Pandora harus tahu sedang bersama siapa, juga harus belajar mengendalikan diri. Pria yang bersamanya adalah pria yang dikenal dosen di fakultas departemen teater. Barangkali Pandora harus pandai – pandai memperhitungkan tingkat kewaspadaan. Lagipula Pandora merasa tidak ada yang salah dari ungkapannya. Seharusnya begitu ....

Akan tetapi tiba – tiba posisinya sudah dipindahkan kembali ke sisi ranjang.

“Aku harus bersiap.”

Tubuh besar dan kekar itu menjulang tinggi. Pandora mulai berpikir bagaimana dia bisa mengimbangi kekuatan yang dimiliki pria hadapannya. Dia terlalu muda harus memenuhi hasrat seorang pria dewasa. Pria yang telah berjalan jauh. Lalu menarik atensi Pandora secara penuh.

“Kau mau mandi?”

Ntah apa yang merasuki Pandora hingga memborong kebodohan. Tanpa berpikir panjang mengejar langkah lebar yang terhenti di depan pintu kamar mandi. Pria itu menatapnya dingin tak tersentuh, seakan terganggu oleh tindakan kecilnya.

“Kau keberatan tidak kalau aku masuk ke kamar mandi lebih dulu?” tanya Pandora ragu. Jika membiarkan pria itu pergi dari penthouse sebelum dia menyelesaikan ritual mandi, bayangan – bayangan menakutkan, berupa suara semu, akan menghantui isi kepala Pandora. Dia tidak akan seberani ini, jika bukan karena hal kecil tersebut.

“Sangat keberatan.”

Sayangnya pria yang enggan menyebutkan nama tampak tak mau mengalah.

“Daripada mengulur waktuku. Kenapa tidak mandi berdua saja?”

Tarikan kasar membawa Pandora masuk ke dalam ruang lembab diikuti pintu terkunci rapat. Sepertinya dia salah mengatakan suara – suara menakutkan ada di tempat asing, karena yang jauh lebih berbahaya sudah berada di depan mata. Seringai nakal maupun sudut bibir melengkung tinggi memaksa Pandora melangkah mundur.

“Jangan macam – macam padaku,” ancamannya tak berguna. Pria itu tersenyum sinis lalu menghidupkan shower, hingga air jatuh membasahi mereka.

Saat itu secara tidak langsung Pandora terlonjak. Bahkan belum siap menerima rangsangan dingin di sekujur tubuh. Dia mendesis tidak tahu apa yang membuat pria itu menggeram, terkesan sinis memenuhi seisi ruangan, lalu menarik paksa kain di tubuh Pandora.

“Kenapa menatapku begitu?” tanya Pandora setengah menetralkan debaran jantung sambil menutup permukaan dada yang nyaris terekspos. Dia lambat memahami situasi, tahu – tahu tubuhnya disentak menyentuh dinding kamar mandi.

Lengan besar berotot mengurung kedua sisi Pandora. Dia kehilangan cara mengendalikan ketakutan sampai bibir seksi milik pria asing di dekatnya berhasil membekap Pandora dalam kebungkaman. Itu adalah sebuah kejadian pertama baginya, yang sama sekali tidak mahir membalas apa yang sedang terjadi. Tautan demi tautan terus berulang saat Pandora hanya diam—beku dengan jemari saling mengepal. Tidak seorang pun pernah melakukan ini. Namun, pria itu berusaha mendobrak bibir yang terkatup rapat.

Gigitan kasar mulai gencar. Pandora tidak sadar kapan bibirnya setengah terbuka karena tindakan paksa tersebut. Dia melenguh kecil. Pria asing itu mantap mencengkeram pinggul Pandora. Lumatannya semakin liar, panas, hingga sesuatu yang menyengat mulai tak terelak. Sentuhan tambahan menjalar di beberapa lekuk tubuh Pandora. Sekarang akal sehat Pandora turut mengambil andil. Mendorong paksa pria yang sudah terlena.

“Kau sangat lancang mengambil ciuman pertamaku!” Secara naluriah Pandora berkata marah. Dia mengusap wajah kasar. Air yang memercik sedikit memburamkan pandangan. Tetapi pria di hadapannya hanya menunjukkan raut tidak bersalah. Seringai sinis kembali muncul. demikian pria itu menarik tulang rahang Pandora untuk menegadah tinggi.

“Aku baru saja memberimu sebuah ilmu. Harusnya kau berterima kasih.”

Bisikan sensual memerah-padamkan wajah Pandora. Ilmu semacam apa yang baru saja dia cerna.

“Ciuman basah, yang lebih liar dan panas. Apa kau ingin mencobanya?”

Tidak. Syukur – syukur Pandora bisa memisahkan diri. Dia tidak mau terlibat semakin tak terkendali menunduk cepat demi memungut kain yang tergeletak asal. Pandora dengan sengaja menerobos tubuh pria besar di hadapannya tidak peduli apa yang akan terjadi berikutnya. Pria itu terlalu—lebih dari yang tidak bisa Pandora kenali.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ruby Woo
Bahasanya agak susah dicerna, mesti berulang2 bacanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Pakaian Baru

    Sebelah lengan Pandora terangkat ke belakang. Jemarinya berusaha keras menyentuh tali dress yang menggantung di punggung karena ulah satu orang. Pandora tidak punya pilihan selain tetap mengenakan pakaian basah dan minim dari Aquela, tidak ada satu pun yang bisa ditemukan di penthouse milik pria di sampingnya, pria yang terburu – buru menyusul keluar saat Pandora memilih untuk memisahkan diri.Setengah melirik Pandora tahu pria yang dimaksud tengah sibuk mengikat dasi hitam, disusul jas biru menutup tubuh besar itu.Masih dengan usaha yang tak pernah berhasil. Pandora sedikit berjinjit demi bisa mencapai apa yang sedang dikerjakan. Dia nyaris tersentak saat tiba – tiba jemari besar mengambil alih tempat dan menepis kedua lengannya ke depan.“Mulutmu bisa digunakan untuk minta tolong.”Tali yang melambai ke bawah masing – masing diikat kuat. Tubuh Pandora mengetat disusul dada yang membusung mengikuti volume pakaian yang membuatnya merasa tidak nyaman.Ikatan tali telah sempurna. Jari

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Pembangkang yang Menggairahkan

    Nyaris tidak bisa menahan diri Pandora menarik selimut tebal demi menutup separuh kaki terbukanya. Pria itu terlihat mendekat dan menggigit bibir bawah tanpa melepaskan pandangan pada tubuh Pandora. “Aku mohon jangan,” bisik Pandora lirih. Sentuhan kasar di bagian kelangkang kaki membuatnya bergetar. Dia sedang menghadapi orang yang sangat berbahaya. Napas panas menerpa permukaan kulit leher Pandora. Jemari besar yang merambat tak sabaran telah mencapai titik sensitif di tubuhnya. Dia kelimpungan. Berusaha menahan. Namun tidak sanggup menyingkirkan apa yang disebut ‘keinginan’ dari orang yang sedang kehausan. “Aku akan memberimu waktu 10 detik lagi. Kalau kau gagal jangan salahkan aku jika kau ... kutelanjangi tanpa ampun.” “Satu.” Kata terucap itu disusul tubuh yang telah jauh. “Dua.” Hitungan – hitungan dari suara dalam yang seksi semakin jatuh pada angka besar dan termakan kusen pintu. Pandora harus cepat! Dia bergegas. “Oh!” Napas Pandora tercekat begitu pintu kamar terbu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Godaan

    “Panda, kau pulang?” Pandora mematung sesaat menyaksikan cara berjalan ayahnya yang sedikit tertatih. Chris seperti kaget sekaligus tidak percaya mendapati kepulangannya secara mendadak. Sudah Pandora duga Aquela telah mengatakan sesuatu tentang pekerjaan yang dia dapatkan. Wanita yang ntah bagaimana terlalu pandai menarik kepercayaan ayahnya. Akan tetapi dia berharap pria asing, aneh dan misterius di sampingnya tidak mengatakan apa pun yang buruk terkait keterikatan mereka. Sesaat Pandora menarik napas menetralkan rasa waspada. “Aku pulang karena sedang merindukan ayahku yang tampan ini.” Dia merentangkan tangan mendekap tubuh Chris. Pria rupawan di usia menanjak yang menurunkan garis kesempurnaannya kepada putrinya sendiri. Tidak ada keinginan lebih besar bagi Chris selain kebahagiaan untuk Pandora. Namun dia tak berdaya akan serangan jantung yang membuat sebagian kemampuan melemah. “Kau senang dengan pekerjaan yang kau dapat, Panda?” Sebuah elusan lembut mendarat ringan di punca

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Birahi

    Biasan lampu yang merambat ke kamarnya menarik Pandora untuk terbangun setelah beberapa kali mengernyit dalam. Netra Pandora sepenuhnya terbuka tidak lama usai keremangan menyergap seisi ruangan. Dia mengubah posisi duduk, menatap heran sekaligus bertanya – tanya siapa yang baru saja membuka pintu dan pergi begitu saja. Pandora tidak akan menemukan jawaban, jika hanya berdiam diri tanpa mencari tahu. Gesit Pandora menyibak selimut tebal, bergegas cepat berlalu di depan kamar demi meneliti bekas kepergian yang tak terendus. Dia mengernyit, bayangan pria asing itu seketika mencecoki isi pikirannya. Sudah satu hari sejak kesepakatan secara sepihak itu berlangsung. Pandora sempat mengira ini awal baik, bahwa pria tersebut tidak akan menyentuhnya. Dia salah, dan akan selalu salah jika masih berpikir pelaku yang membuka pintu kamarnya adalah pria yang tidak dia kenali. Terutama di luar sepengetahuan Pandora, pelaku sesunnguhnya saat ini tengah menjalankan aksi di kamar tamu. Napas Pandor

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Bercinta Lewat Sensasi

    Pandora menekan ganggang pintu dengan perasaan ragu. Ntah mengapa sekembali dari dapur dan ruang tamu dia merasa aura kamarnya seperti dilingkupi badai elektrik—penuh ketegangan yang tidak mampu Pandora jabarkan secara gamblang. Dia ingin mengurungkan niat masuk, apalagi sekadar melanjutkan tidur yang terjeda. Namun, bayangan terhadap perjalanan jauh mengingatkan Pandora agar mengumpulkan energi untuk besok pagi. Pandora mendesah kecil menepis keras keraguan yang berkecamuk hebat. Keremangan menyapa Pandora, lalu bagian paling mengejutkan baginya saat siluet tubuh tinggi dan besar berdiri tidak jauh dari kaki ranjang tengah memperhatikan benda pipih tajam, panjang berganggang miliknya yang kian terpisah dari penutup. Benda pemberian Chris. Pandora tidak akan membiarkan orang lain menyentuhnya. Dia segera menekan saklar hingga situasi di sana benderang. “Kembalikan pedangku!” Direnggut paksa sekaligus melekatkan penutup pedang seperti sudah sangat terbiasa melakukan hal tersebut yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Harem

    Cermin di hadapan Pandora memantulkan bayangan dirinya yang tampak kacau. Masih sedikit bersyukur Pandora tidak menemukan Kingston di samping ranjang saat dia terbangun di pagi hari, meski sepanjang malam pria itu melingkarkan lengan secara posesif di permukaan perut rata hingga sesekali mengusap Pandora pelan. Pandora harus menangisi nasibnya selama itu sebelum dia benar – benar terlelap, tetapi keanehan terjadi baginya ketika Pandora tidak merasakan sakit apa pun di area kewanitaan. Anna pernah bercerita banyak hal tentang pengalaman intim yang pernah dialami. Dan cukup membuat Pandora meringis saat Anna berkata sangat sakit untuk kali pertama. Pandora masih bertanya – tanya apakah Kingston benar menyentuhnya atau tidak. Untuk memastikan ulang dia mencak – mencak di depan cermin, barangkali sakit itu terasa hanya dengan bergerak lincah. Namun itu bukanlah jawaban. Pandora masih merasakan bahwa dia Pandora yang sama. Senyumnya melebar tipis, meski dalam sekejap menghilang ketika pan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Es Krim

    ‘Ujung dari penyesalan dan awal kehancuran’, benak Pandora terus bergumam tidak tenang selama perjalanan menuju Bristol. Dia belum bercerita apa pun mengenai beasiswa penuh yang didapatnya kepada Kingston seandainya Bristol akan menjadi persinggahan terlama, terpanjang atau terselama-nya. Untuk yang terakhir Pandora tidak berharap akan menjadi bagian dari kekacauan hidupnya, karena kontrak yang dia dan Aquela tandatangani sudah cukup memberi pengaruh besar, bahkan sebelum perjalanan baru itu dimulai. Terlalu buruk bagi Pandora. Dia tidak sekali pun menarik ekor mata untuk memperhatikan pria di balik kursi kemudi, yang terkadang genggaman mantap dari tangan besar itu memindahkan persneling hingga sentakan paha yang kuat memberi sensasi tersendiri padanya ketika menatap keluar jendela. Kingston sesekali memberhentikan mobil, tetapi itu tidak mempengaruhi seberapa jauh jarak yang mereka tempuh. Membuat Pandora mendesah kecil ketika penghujung Kota Cambridge akan segera berakhir. Cambr

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Aturan

    Pandora menatap tidak mengerti sekeliling rumah besar—sebuah mansion yang menjulang hampir di tengah – tengah hutan. Dia berdiri di samping pilar tinggi menunggu kepergian Kingston beberapa saat lalu membawa tiga kantong plastik besar menuju gerbang masuk. Pandora hanya diminta untuk tidak melakukan apa pun sebelum pria itu kembali mendatanginya. Dia diam, sepenuhnya menuruti perintah Kingston tanpa membantah. Selama hampir 15 menit berlalu kemudian muncul seorang pria—tak asing di mata Pandora datang menghampirinya. “Selamat pagi, Nona.” Pria tersebut tersenyum, dan Pandora teringat satu nama di malam itu. “Kau Helios, benar?” Sebuah anggukan mengundang kelegaan di dada Pandora. Dia sedikit tenang setidaknya Helios terlihat jauh berbeda dari Kingston, bahkan tatapan itu begitu sopan. “Mari, saya akan memperkenalkan Anda beberapa bagian dari mansion ini, Nona.” Helios melentangkan lengan memberi Pandora ruang untuk melangkah. Sedikit kebingungan Pandora tak memahami maksud dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17

Bab terbaru

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Season Dua

    Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Cinta dan Kebahagiaan (End)

    Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Gagal

    “Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Memandikan Bayi

    Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Menyusui

    Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Harmonis

    Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Bayi Luca

    Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Menuju Akhir

    Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu

  • Tawanan Pria Setengah Dewa   Pertemuan Baru

    “Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status