Bantu aku dengan berikan dukungan kalian, ya. Love you ....
“Panda, kau pulang?” Pandora mematung sesaat menyaksikan cara berjalan ayahnya yang sedikit tertatih. Chris seperti kaget sekaligus tidak percaya mendapati kepulangannya secara mendadak. Sudah Pandora duga Aquela telah mengatakan sesuatu tentang pekerjaan yang dia dapatkan. Wanita yang ntah bagaimana terlalu pandai menarik kepercayaan ayahnya. Akan tetapi dia berharap pria asing, aneh dan misterius di sampingnya tidak mengatakan apa pun yang buruk terkait keterikatan mereka. Sesaat Pandora menarik napas menetralkan rasa waspada. “Aku pulang karena sedang merindukan ayahku yang tampan ini.” Dia merentangkan tangan mendekap tubuh Chris. Pria rupawan di usia menanjak yang menurunkan garis kesempurnaannya kepada putrinya sendiri. Tidak ada keinginan lebih besar bagi Chris selain kebahagiaan untuk Pandora. Namun dia tak berdaya akan serangan jantung yang membuat sebagian kemampuan melemah. “Kau senang dengan pekerjaan yang kau dapat, Panda?” Sebuah elusan lembut mendarat ringan di punca
Biasan lampu yang merambat ke kamarnya menarik Pandora untuk terbangun setelah beberapa kali mengernyit dalam. Netra Pandora sepenuhnya terbuka tidak lama usai keremangan menyergap seisi ruangan. Dia mengubah posisi duduk, menatap heran sekaligus bertanya – tanya siapa yang baru saja membuka pintu dan pergi begitu saja. Pandora tidak akan menemukan jawaban, jika hanya berdiam diri tanpa mencari tahu. Gesit Pandora menyibak selimut tebal, bergegas cepat berlalu di depan kamar demi meneliti bekas kepergian yang tak terendus. Dia mengernyit, bayangan pria asing itu seketika mencecoki isi pikirannya. Sudah satu hari sejak kesepakatan secara sepihak itu berlangsung. Pandora sempat mengira ini awal baik, bahwa pria tersebut tidak akan menyentuhnya. Dia salah, dan akan selalu salah jika masih berpikir pelaku yang membuka pintu kamarnya adalah pria yang tidak dia kenali. Terutama di luar sepengetahuan Pandora, pelaku sesunnguhnya saat ini tengah menjalankan aksi di kamar tamu. Napas Pandor
Pandora menekan ganggang pintu dengan perasaan ragu. Ntah mengapa sekembali dari dapur dan ruang tamu dia merasa aura kamarnya seperti dilingkupi badai elektrik—penuh ketegangan yang tidak mampu Pandora jabarkan secara gamblang. Dia ingin mengurungkan niat masuk, apalagi sekadar melanjutkan tidur yang terjeda. Namun, bayangan terhadap perjalanan jauh mengingatkan Pandora agar mengumpulkan energi untuk besok pagi. Pandora mendesah kecil menepis keras keraguan yang berkecamuk hebat. Keremangan menyapa Pandora, lalu bagian paling mengejutkan baginya saat siluet tubuh tinggi dan besar berdiri tidak jauh dari kaki ranjang tengah memperhatikan benda pipih tajam, panjang berganggang miliknya yang kian terpisah dari penutup. Benda pemberian Chris. Pandora tidak akan membiarkan orang lain menyentuhnya. Dia segera menekan saklar hingga situasi di sana benderang. “Kembalikan pedangku!” Direnggut paksa sekaligus melekatkan penutup pedang seperti sudah sangat terbiasa melakukan hal tersebut yan
Cermin di hadapan Pandora memantulkan bayangan dirinya yang tampak kacau. Masih sedikit bersyukur Pandora tidak menemukan Kingston di samping ranjang saat dia terbangun di pagi hari, meski sepanjang malam pria itu melingkarkan lengan secara posesif di permukaan perut rata hingga sesekali mengusap Pandora pelan. Pandora harus menangisi nasibnya selama itu sebelum dia benar – benar terlelap, tetapi keanehan terjadi baginya ketika Pandora tidak merasakan sakit apa pun di area kewanitaan. Anna pernah bercerita banyak hal tentang pengalaman intim yang pernah dialami. Dan cukup membuat Pandora meringis saat Anna berkata sangat sakit untuk kali pertama. Pandora masih bertanya – tanya apakah Kingston benar menyentuhnya atau tidak. Untuk memastikan ulang dia mencak – mencak di depan cermin, barangkali sakit itu terasa hanya dengan bergerak lincah. Namun itu bukanlah jawaban. Pandora masih merasakan bahwa dia Pandora yang sama. Senyumnya melebar tipis, meski dalam sekejap menghilang ketika pan
‘Ujung dari penyesalan dan awal kehancuran’, benak Pandora terus bergumam tidak tenang selama perjalanan menuju Bristol. Dia belum bercerita apa pun mengenai beasiswa penuh yang didapatnya kepada Kingston seandainya Bristol akan menjadi persinggahan terlama, terpanjang atau terselama-nya. Untuk yang terakhir Pandora tidak berharap akan menjadi bagian dari kekacauan hidupnya, karena kontrak yang dia dan Aquela tandatangani sudah cukup memberi pengaruh besar, bahkan sebelum perjalanan baru itu dimulai. Terlalu buruk bagi Pandora. Dia tidak sekali pun menarik ekor mata untuk memperhatikan pria di balik kursi kemudi, yang terkadang genggaman mantap dari tangan besar itu memindahkan persneling hingga sentakan paha yang kuat memberi sensasi tersendiri padanya ketika menatap keluar jendela. Kingston sesekali memberhentikan mobil, tetapi itu tidak mempengaruhi seberapa jauh jarak yang mereka tempuh. Membuat Pandora mendesah kecil ketika penghujung Kota Cambridge akan segera berakhir. Cambr
Pandora menatap tidak mengerti sekeliling rumah besar—sebuah mansion yang menjulang hampir di tengah – tengah hutan. Dia berdiri di samping pilar tinggi menunggu kepergian Kingston beberapa saat lalu membawa tiga kantong plastik besar menuju gerbang masuk. Pandora hanya diminta untuk tidak melakukan apa pun sebelum pria itu kembali mendatanginya. Dia diam, sepenuhnya menuruti perintah Kingston tanpa membantah. Selama hampir 15 menit berlalu kemudian muncul seorang pria—tak asing di mata Pandora datang menghampirinya. “Selamat pagi, Nona.” Pria tersebut tersenyum, dan Pandora teringat satu nama di malam itu. “Kau Helios, benar?” Sebuah anggukan mengundang kelegaan di dada Pandora. Dia sedikit tenang setidaknya Helios terlihat jauh berbeda dari Kingston, bahkan tatapan itu begitu sopan. “Mari, saya akan memperkenalkan Anda beberapa bagian dari mansion ini, Nona.” Helios melentangkan lengan memberi Pandora ruang untuk melangkah. Sedikit kebingungan Pandora tak memahami maksud dari
Pandora benar – benar berdebar karena sensasi mengerikan dan adrenalin yang dipompa habis – habisan. Benaknya bahkan tak mampu berpikir ke mana dia akan mendarat. Sampai pada titik terendah, punggung Pandora terasa sakit menghantam genangan kolam. Bunyi percikan air deras persis baru saja kejatuhan benda asing yang berat. Pandora tidak seberat kedengarannya—hanya saja salah satu kenyataan tentang Pandora adalah tidak bisa berenang. Tubuhnya mencak – mencak kehilangan kendali. Situasi benar – benar kacau kala posisi Pandora tidak mendukung untuk menemukan pijakan dasar. Kolam itu memiliki kedalaman yang tinggi, tetapi tak seorang pun ada di sana. Persis seperti Kingston yang telah pergi saat setelah melepas tubuh kecil Pandora tanpa sekali pun memastikan keadaan di bawah. Pria itu yakin titik lemparnya akan menjatuhkan Pandora pada koordinat yang tepat. Meskipun memang tepat. Namun, keadaan Pandora di sana sama sekali tak terbayangkan. Waktu bahkan berlalu lama sejak Kingston melemparn
Sekali dua kali manik mata Pandora mengerjap menetralkan pandangan bahwa dia sedang tak salah mendapati wajah tegas yang menatap keji ke arahnya. Dia tak tahu apa yang salah. Kali terakhir bayangan menyentak isi kepala Pandora adalah Kingston yang dalam keadaan basah, tetapi kali ini pria itu begitu kering. Kulit perunggu Kingston seperti gersang dengan kedua lengan kokoh berotot berada di kedua sisi tubuh Pandora.Dia menelan ludah kasar berusaha untuk menarik diri bangun. Namun Kingston takkan membuat segala sesuatu bagi Pandora menjadi mudah. Pria itu menekan garis bahu Pandora tetap tertahan di atas ranjang. Membawa Pandora dalam situasi mencekam, hingga tak dapat mengatakan apa pun.Belaian singkat di kulit wajah Pandora membuatnya bergidik. Netra spektrum itu terlalu kelam meneliti ketidakmengertian Pandora. Kondisi tubuhnya bahkan belum sepenuhnya membaik, tapi Kingston seolah ingin menguliti Pandora tanpa ampun. Pria itu tidak sekali pun mengalihkan perhatian dari wajah saling
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s