Edward kembali dan itu tiba-tiba saja terjadi. Tanpa adanya aba-aba atau informasi sebelumnya. Pria itu kini berdiri tegap di depan pintu mansion, mengejutkan semua orang yang tengah dilanda panik. Masalah yang menimpa mereka belum selesai, dan bos mereka kembali di waktu yang tidak tepat.“Apa yang terjadi?” tanya pria itu.Tidak ada yang berani membuka suara. Edward menatap anak buahnya satu per satu. Firasatnya buruk, alasan dia melakukan penerbangan tanpa diketahui siapa pun. Dia mencoba menghubungi Ren dan Regano bahkan Meta, tetapi tidak satu pun menjawab panggilannya.“Katakan padaku apa yang terjadi!”Prang!Sebuah vas bunga terbanting ke lantai marmer hingga hancur berantakan.“Di mana Ren dan Regano?” Dua orang yang harus bertanggung jawab atas semua tanda tanya besar dalam otaknya.“Mereka di rumah sakit, Tuan bersama Nona Meta,”Edward menarik orang yang menjawabnya tersebut, menyuruhnya mengendarai mobil ke rumah sakit yang dimaksud. Selama di perjalanan Edward tidak berh
Tidak seorang pun bisa menghentikan pria yang tengah melangkah lebar itu. Dia sendirian tanpa didampingi anak buahnya. Dia bertekad untuk menyelesaikan semua dengan tangannya sendiri.“Di mana wanita itu?”Edward bukan orang yang bodoh. Dia memang ingin memberi keluarga Renaldi pelajaran. Namun, dia juga butuh tahu siapa dalang di balik ini semua, dengan begitu tak ada penyesalan jika dia melakukan hal terburuk pada keluarga itu.“Saya Tuan,” sahut seorang wanita paruh baya berpakaian bercorak biru. Wanita itu memegang erat kain pel dalam genggamannya.“Jadi kamu yang menemukan Cia hari itu?” Wanita itu kembali mengangguk. Saat itu dia hendak membersihkan toilet saat menemukan seorang gadis tergeletak tak berdaya dengan kondisi mengenaskan. Tubuh polosnya hanya ditutupi jas hitam.Saat itu wanita yang tak lain adala cleaning servis di kampus tersebut, segera mencari bantuan terutama pakaian untuk menutupi tubuh gadis itu.“Di mana jasnya?”wanita tersebut melangkah ke dekat loker, mem
Penyiksaan tidak berakhir begitu hasilnya sesuai dengan harapan. Hari itu Cia segera menyadari dampak perbuatannya. Dia bergegas menghentikan perintah yang diberikan orang tuanya untuk merusak Meta. Mereka hanya memberikan beberapa luka dan memberi obat tiur sehingga Meta tidak menyadari apa yang mereka lakukan.“Aku mohon, bebaskan kami,” mohon Cia menyatukan tangannya, tidak mampu melihat Edward yang terus menyiksa Refaldi.“Kamu ingin aku membebaskanmu?”“Orang tuaku juga,” sahut Cia cepat. Kedua orang tuanya hanya kalap, hingga melakukan segala hal untuk membalaskan rasa sakitnya.Cia mendongak, meringis kala tangan Edward terulur menarik rambut sebahunya.“Kamu salah memohon padaku. Aku tidak punya belas kasihan, jadi tak mungkin akan membebaskanmu semudah itu,”Pengawal keluarga Refaldi dibantai tanpa sisa, mempertegas kalau Edward bukan orang yang mudah ditaklukkan.“Tapi karena kamu sudah menyelamatkan milikku, maka aku akan memberi kalian satu kesempatan. Ketahuilah dia lebih
Regano membuka pintu dengan hati-hati, takut mengejutkan Meta masih saja termenung. Pandangan Meta hanya terarah pada satu objek. Meta masih bergeming di posisi semula, sama sekali tidak menoleh saat Regano berjalan mendekat. “Maaf mungkin gak akan cukup, tapi aku akan terus mengatakannya. Aku mungkin belum bisa mengikuti kemauan kamu untuk melupakan perasaan ini tapi aku sedang berusaha menjadi teman untukmu,” Regano menyadari bahwa pada akhirnya, dia tidak akan bisa memiliki gadis itu. Apa pun yang dia lakukan, sekeras apa pun dia berusaha, Meta hanya akan berakhir dalam pelukan Edward. Sebuah jalan tengah yang akhirnya Regano sadari keberadaannya. “Jadilah teman untuknya. Jangan biarkan dia menghadapi ini sendiri. Kalau dia jadi milik Edward seutuhnya, artinya semua orang akan menaruh perhatian padanya. Entah kawan atau lawan, mereka akan menjadikan Meta sasaran untuk keuntungan mereka sendiri.” Perkataan Ren yang membuatnya tersadar. “Meta,” panggil Regano dengan tangan terulu
Meta membeku, bibirnya terasa kelu. Menikah dengan Edward? Itu berarti dia tidak akan pernah terlepas dari genggaman Edward. Mata coklatnya bertemu dengan mata hitam pekat pria yang tengah menyeringai itu. “Kesepakatannya akan mutlak apabila sudah disetujui,” ucap Edward. Break untuk mempertimbangkan banyak hal. Satu per satu meninggalkan ruang rapat, hingga yang tersisa hanya Regano, Meta dan sang pimpinan. Regano menatap gadis itu, menepuk bahunya sebelum memberi ruang untuk keduanya. “Kamu pasti terkejut mendengarnya,” “Kenapa? Kenapa mengatakannya tiba-tiba?” cecar Meta tidak mengerti. “Keadaan memburuk, kamu juga sedang tidak baik-baik saja, jadi kupikir akan lebih baik membawanya langsung ke forum saja,” sahut Edward begitu santai. “Kenapa harus aku? Bukan, maksudku kenapa kamu melakukan ini padaku?” Edward berdiri lalu mendekati kursi Meta. Pria itu membungkukkan badan dengan tangan berpegang pada gagang kursi Meta, mendekatkan wajahnya hingga tepat berada di depan Meta s
Ada orang yang tidak akan pernah merestui pernikahan tersebut. Seseorang yang tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Orang itu adalah Azzura. Tepat saat berita rencana pernikahan itu tersebar dan sampai ke telinganya, dia bergegas kembali ke Jakarta dan mengunjungi mansion putranya. Azura memutuskan untuk tinggal di negara paman sam selama beberapa waktu, dan baru kembali hari ini.“Nyonya besar ingin bertamu, Tuan. Akan tiba sebentar lagi,” ucap salah satu pengawal memberitahu. Tentu saja, Azura akan menentang pernikahan itu, apalagi orang itu adalah Meta. Salah satu alasan Edward mengukuhkannya dalam pertemuan yang mutlak. Apa pun, termasuk penolakan Azura tidak akan bisa membatalkannya, ditambah lagi Azura tidak ada dalam pertemuan, sama sekali tidak berhak dalam mengganggu kesepakatan yang sudah dibuat.“Apa yang kamu lakukan sekarang?”Sambutan yang menarik, wajah Azura merah padam, ditambah tangan wanita itu yang terkepal kuat.“Keputusan sudah mutlak,”“Hentikan ini Ed. Jan
Persiapan mencapai 80% hingga saat ini. Azura tidak berbohong, benar-benar mengambil alih segala urusan mulai dari WO, desain pakaian, tempat, bahkan jumlah undangan pun diatur oleh wanita itu. Penjagaan yang ketat menjadi kunci utama selama acara berlangsung. Satu-satunya hal yng tidak bisa diatur oleh Azura hanyalah tentang siapa yang harus dan tidak harus diundang. Edward memilih sendiri tamu undangannya. “Ah, kalau bisa harus ada snipper yang tidak diketahui keberadaannya. Agar lebih aman. Jangan lupa sesuai request ya, untuk kue sesuaikan dengan tema. Aku ingin semua berjalan sempurna.” Wanita itu tidak berhenti mengoceh, memberikan arahan. “Anda terlihat seperti seorang ibu sekarang,” lontar Ren, mengulas senyum tipis. “Begitukah? Meski pernikahan ini tidak diharapkan, bukan berarti aku tidak melakukan yang terbaik, bukan? Xadira akan bangga jika melihat sahabatnya menikah. Seandainya saja, keadaan normal. Edward tidak mewarisi gen dari Asnaf. Xadira masih hidup, mungkin Edwa
Semua pasti menginginkan pernikahan yang sempurna, gaun dan gedung yang mewah. Satu momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Momen yang seharusnya diabadikan. Diringi musik beautiful in white dalam perjalanan menuju mempelai pria adalah salah satu pernikahan impian Meta. Sederhana, dia hanya ingin merasakan sebagai seorang wanita yang dipandang penuh cinta oleh pria-nya. Namun, impian itu sepertinya tak akan pernah tercapai. Meta menikahi seorang pria yang bahkan tidak akan pernah jatuh cinta padanya. Satu lagi mimpi yang akhirnya hancur, kehadiran Adam yang berjalan bersamanya menuju sang mempelai. Adam bahkan tidak akan ada di sisinya pada saat itu. Meta sendirian, menghadapi momen bahagia itu seorang diri. Tak ada yang akan terharu melihatnya menikah, seperti dalam mimpinya dulu. Gadis itu menghela napas, ke sekian kalinya mencoba menghubungi Adam, dan hasilnya nihil. Tak ada jawaban. Adam mungkin sudah mengganti ponselnya untuk jaga-jaga. Namun, apakah pria itu tidak mencob
Dua tahun berlalu begitu saja. Dengan sedikit bantuan dari world agency hukumannya bisa selesai lebih cepat. Dia kini bisa menghirup udara dengan bebas. Tangannya terentang, menyambut dunia barunya.Mobil hitam berhenti, membuat senyumnya semakin lebar.“Selamat datang kembali, Edward,” sapa Regano.Tidak ada embel-embel ‘tuan’ lagi, karena sejak hari itu mereka hanyalah saudara yang akan memulai hidup baru. Edward terkekeh, lantas masuk ke dalam mobil, mendahului sang supir.“Bagaimana keadaannya?”Sebulan yang lalu, dia akhirnya mendengar berita terbaiknya. Meta akhirnya bangun setelah tidur cukup lama. Edward sungguh berpikir tidak memiliki kesempatan untuk bersama wanitanya lagi. Namun, harapan itu sedikit memudar kala mengetahui kalau Meta kehilangan cukup banyak kenangannya.“Keadaannya mulai membaik, meski harus menjalani latihan untuk bisa berjalan lagi,” jelas Regano.Selain memori, Meta juga sempat tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya atau disebut lumpuh total. Sebulan t
Dia terlahir dengan julukan monster, tatapan benci bercampur rasa takut yang sering dijumpainya. Bukan hanya orang-orang, bahkan ibunya tak pernah mau menatapnya sebagai seorang putra. Bertahun-tahun, dia hidup dalam kegelapan. Edward Leonardo, namanya. Si pria berhati dingin dan beku. Tidak ada cinta, bahkan tidak ada rasa sedikit pun. Ditolak oleh orang-orang memaksa kepribadian gelapnya muncul. Asnaf adalah role model yang dia miliki, satu-satunya. Hanya Asnaf-yang sama dengannya- yang mau dekat dengan Edward. Asnaf membesarkannya dengan cara yang salah, hingga Edward tumbuh sesuai keinginan pria psikopat tersebut. Waktu berjalan begitu cepat. Edward yang tanpa perasaan, dinobatkan sebagai leader dalam organisasi besar dunia. Mafia yang akan mengambil organ milik orang lain yang tak mampu memenuhi target. Apa saja, termasuk hidup mereka jadi jaminannya. “Kamu hanya perlu menjalani hukuman penjara selama dua tahun, leader,” ucap Mr. Secret A. Tidak ada pilihan. Masalah sudah mera
Bagi Dion terlalu mudah mengakhiri rasa sakit hanya dengan membunuh Edward. Bertahun-tahu dia hidup dalam penderitaan setelah kehilangan gadis yang dia sayangi, sementara Edward terus beraksi tanpa takut sedikit pun. Kali ini, dia hanya ingin pria itu merasakan penderitaan yang sama dengannya. Dia ingin Edward merasakan ketakutan yang luar biasa. “Kamu pikir aku akan mudah melakukannya?” Dion terkekeh, menarik Meta agar mengikuti langkahnya. Tidak seorang pun berani melangkah. Meta menangis, menatap Adam yang semakin melemah. Dia sungguh ingin berlari dan memeluk pria tersebut. “Tolong Papa,” gumam Meta sebelum Dion memaksanya masuk ke dalam mobil. Edward menurut, menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Adam ke rumah sakit. Dia dan Regano akan mengejar mobil yang Dion bawa. Di dalam mobil Meta hanya terus menangis, bukan karena dirinya dalam bahaya, melainkan karena takut tidak bisa melihat Adam lagi. “Kamu hebat! Aku akui itu. Kamu bisa membuat leader tergila-gila, bahkan tak
Kakinya terus melangkah, tanpa keinginan melihat ke belakang. Dia semakin jauh ke dalam kegelapan, ke tengah pepohonan yang semakin menjulang tinggi. Rasa takut kerap muncul. Namun, tekad untuk segera pergi dari tempat itu tak kalah besar. Dia terus melangkah lebar. Sebelah tangannya memegang satu-satunya pistol yang jadi alatnya untuk saat ini.Dor!Dia kembali menembak di salah satu pohon, memberi petunjuk. Dia sadar akan ada seseorang yang mencarinya nanti. Petunjuk itu akan membantunya untuk ditemukan lebih mudah.“Sssh, bertahanlah, Nak. Kita akan segera keluar dari tempat ini,” gumamnya mengelus perutnya yang semakin perih.Sesuatu yang buruk bisa terjadi jika dia terlambat keluar dari tempat itu.“Awss,”Pada akhirnya, Meta kehilangan tenaga untuk terus melangkah. Rasa sakit melanda seluruh tubuhnya, bukan hanya perut. Napasnya mulai tercekat, pelipinya dipenuhi keringat. Tubuhnya lemas, seolah tenaganya terserap habis tanpa sisa.“Ed, tolong,” gumamnya lirih. Dia bersandar di
Dari mana semua permasalahan ini bermula? Rasa cinta yang tidak bisa dikendalikan adalah awal semua dimulai. Azura jatuh hati pada pangeran kegelapan. Jika waktu diputar dan Azura tidak pernah menikah dengan Asnaf, mungkin kisah ini gak akan dimulai. Tidak ada Edward atau pewaris gen psikopat dari pria kegelapan tersebut. Satu sisi, jika saja Dion tidak jatuh hati pada gadis kecil itu, pasti tidak akan ada akar pahit, hingga sejauh ini.Rasa yang tak seharusnya hadir, terkadang menjadi sebuah kesalahan, menjadi pemicu akan skenario yang lebih rumit. Akan tetapi, apakah manusia bisa mengatur segalanya? Tentu saja tidak.Sebagai seorang anak, Edward dulunya selalu mengikuti jejak Asnaf, sampai semua semakin memburuk saat Asnaf hampir saja menjadikan Xadira-putrinya sendiri- sebagai korbannya. Edward jelas tidak terima, dan memutuskan untuk mengurung Asnaf selama bertahun-tahun. Pada awalnya, pria itu akan rutin memerintah anak buahnya mengirimkan beberapa ekor kelinci sebagai pemuas has
Meta berusaha menahan diri untuk meneriaki Dion sekarang juga. Rasa bencinya menumpuk begitu mengetahui kalau Dion yang memaksa Xadira melompat dari atas gedung. Perlahan tangannya menyusup ke sela kemeja yang dikenakannya, meraih sesuatu dari dalam sana. “Kamu tidak ingin minum dulu, manis? Bukankah kamu butuh tenaga untuk menghadapi ini semua?” Dion menyodorkan segelas susu. Awalnya Meta curiga, tetapi juga tidak memiliki pilihan lain. Dia menegok cairan kental berwarna putih itu meski sedikit. “Manis sekali,” tangan Dion terulur, membersihkan sisa susu di bibir Meta. Pria itu tersenyum hingga memunculkan lesung pipinya. Dia memperhatikan detail wajah Meta, sangat indah. Pantas saja Edward yang notabenya tidak memiliki hati, bisa luluh pada gadis itu, bahkan sampai membuat Meta mengandung keturunannya. “Seandainya kita bertemu lebih awal, mungkin aku akan jatuh cinta padamu. Sayang sekali, kamu adalah milik dari musuhku sendiri,” lontar pria itu lebih mirip seperti psikopat menge
Satu per satu kebenaran terungkap. Edward yang ternyata tidak mewarisi gen dari Asnaf. Banyak hal yang berubah akibat satu kebenaran yang disembunyikan. Azura jelas tidak terima akan kegagalan itu. Saat itu juga, dia mengajukan agar rumah sakit tersebut ditutup, didukung dengan data yang ada. Akan lebih banyak korban jika rumah sakit itu terus beroperasi. “Mulai sekarang, kamu harus hidup normal. Kalau perlu keluar saja dari world agency,” pinta Azura. “Tidak semudah yang Mama pikirkan,” Azura mengangguk paham. Perlahan, dia ingin Edward menjalani hidup selayaknya pemuda pada umumnya. Mungkin, jika Meta mau kembali, hidup putranya itu akan lebih sempurna. “Soal Meta, Mama sungguh minta maaf udah buat kalian takut memiliki anak. Sekarang, Mama justru ingin segera menimang cucu. Melihat keriput yang semakin banyak, rasanya tak sabar dipanggil nenek,” Azura terkekeh, membayangkan dirinya menimang bayi mungil. Dia bisa menebus kesalahan dengan membantu Meta membesarkan cucunya dengan
Saat kesempatan itu datang, Meta hanya ingin memperbaiki apa yang rusak di antara dia dan Edward. Mungkin cara Xadira salah, tetapi dia tetap seorang adik yang ingin saudaranya sembuh. Jika aku tidak bisa, maka setidaknya kamu harus membantu Bang Edward untuk sembuh. Tolong, wujudin mimpi aku, Ta. Meta akhirnya membuka mata. Mimpi itu kembali, mimpi yang sama di mana Xadira muncul dan memintanya untuk kembali. Xadira berkali-kali mengigatkannya untuk berhati-hati dengan Dion. “Sudah bangun, manis?” Meta menoleh, Dion tersenyum miring. Meta memegangi keningnya yang terasa pening, baru sadar ada cairan kental berwarna merah di tangannya. Benar juga, dia sempat kejar-kejaran sebelum kecelakaan itu terjadi. Rasa pusing menyerangnya, tetapi itu tidak seburuk rasa khawatir pada anaknya. Meta memegangi perutnya, bersyukur tidak terjadi hal buruk pada anak itu. “Kamu butuh sesuatu?” tanya Dion bersikap sok manis, hingga membuat Meta ingin muntah di hadapan pria itu. Si perusak yang mengha
Perkembangan baru terlihat hari ini, setelah dua bulan berlalu. Kelopak mata sang leader akhirnya menunjukkan pergerakan, sebelum akhirnya terbuka. Langit-langit putih menyambutnya. Pertama kali selam hidupnya, dia terbaring selama itu di rumah sakit.Pintu ruangan yang terbuka, menarik atensi pria itu. Wajah Azura tampak sembab, kantung matanya menghitam bersama kerutan yang menandakan usia wanita itu yang semakin menua. Sudut bibir Azura terangkat, membentuk lengkungan sabit tipis.“Akhirnya kamu bangun juga, Nak,” gumam Azura penuh haru.Dua bulan dipenuhi rasa takut akan kehilangan. Hanya Edward yang kini dia miliki. Tangan Azura terulur, membantu pria itu untuk duduk, lantas menyodorkan air minum untuknya. Meski tampak enggan, Edward tidak menolak semua bantuan wanita tersebut.“Mama baik-baik aja?”Tangis Azura pecah mendengar pertanyaan putranya. Tak menunda lagi, dia memeluk tubuh putranya dengan lembut. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan hati Azura saat ini. Hanya tangi