Penyiksaan tidak berakhir begitu hasilnya sesuai dengan harapan. Hari itu Cia segera menyadari dampak perbuatannya. Dia bergegas menghentikan perintah yang diberikan orang tuanya untuk merusak Meta. Mereka hanya memberikan beberapa luka dan memberi obat tiur sehingga Meta tidak menyadari apa yang mereka lakukan.“Aku mohon, bebaskan kami,” mohon Cia menyatukan tangannya, tidak mampu melihat Edward yang terus menyiksa Refaldi.“Kamu ingin aku membebaskanmu?”“Orang tuaku juga,” sahut Cia cepat. Kedua orang tuanya hanya kalap, hingga melakukan segala hal untuk membalaskan rasa sakitnya.Cia mendongak, meringis kala tangan Edward terulur menarik rambut sebahunya.“Kamu salah memohon padaku. Aku tidak punya belas kasihan, jadi tak mungkin akan membebaskanmu semudah itu,”Pengawal keluarga Refaldi dibantai tanpa sisa, mempertegas kalau Edward bukan orang yang mudah ditaklukkan.“Tapi karena kamu sudah menyelamatkan milikku, maka aku akan memberi kalian satu kesempatan. Ketahuilah dia lebih
Regano membuka pintu dengan hati-hati, takut mengejutkan Meta masih saja termenung. Pandangan Meta hanya terarah pada satu objek. Meta masih bergeming di posisi semula, sama sekali tidak menoleh saat Regano berjalan mendekat. “Maaf mungkin gak akan cukup, tapi aku akan terus mengatakannya. Aku mungkin belum bisa mengikuti kemauan kamu untuk melupakan perasaan ini tapi aku sedang berusaha menjadi teman untukmu,” Regano menyadari bahwa pada akhirnya, dia tidak akan bisa memiliki gadis itu. Apa pun yang dia lakukan, sekeras apa pun dia berusaha, Meta hanya akan berakhir dalam pelukan Edward. Sebuah jalan tengah yang akhirnya Regano sadari keberadaannya. “Jadilah teman untuknya. Jangan biarkan dia menghadapi ini sendiri. Kalau dia jadi milik Edward seutuhnya, artinya semua orang akan menaruh perhatian padanya. Entah kawan atau lawan, mereka akan menjadikan Meta sasaran untuk keuntungan mereka sendiri.” Perkataan Ren yang membuatnya tersadar. “Meta,” panggil Regano dengan tangan terulu
Meta membeku, bibirnya terasa kelu. Menikah dengan Edward? Itu berarti dia tidak akan pernah terlepas dari genggaman Edward. Mata coklatnya bertemu dengan mata hitam pekat pria yang tengah menyeringai itu. “Kesepakatannya akan mutlak apabila sudah disetujui,” ucap Edward. Break untuk mempertimbangkan banyak hal. Satu per satu meninggalkan ruang rapat, hingga yang tersisa hanya Regano, Meta dan sang pimpinan. Regano menatap gadis itu, menepuk bahunya sebelum memberi ruang untuk keduanya. “Kamu pasti terkejut mendengarnya,” “Kenapa? Kenapa mengatakannya tiba-tiba?” cecar Meta tidak mengerti. “Keadaan memburuk, kamu juga sedang tidak baik-baik saja, jadi kupikir akan lebih baik membawanya langsung ke forum saja,” sahut Edward begitu santai. “Kenapa harus aku? Bukan, maksudku kenapa kamu melakukan ini padaku?” Edward berdiri lalu mendekati kursi Meta. Pria itu membungkukkan badan dengan tangan berpegang pada gagang kursi Meta, mendekatkan wajahnya hingga tepat berada di depan Meta s
Ada orang yang tidak akan pernah merestui pernikahan tersebut. Seseorang yang tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Orang itu adalah Azzura. Tepat saat berita rencana pernikahan itu tersebar dan sampai ke telinganya, dia bergegas kembali ke Jakarta dan mengunjungi mansion putranya. Azura memutuskan untuk tinggal di negara paman sam selama beberapa waktu, dan baru kembali hari ini.“Nyonya besar ingin bertamu, Tuan. Akan tiba sebentar lagi,” ucap salah satu pengawal memberitahu. Tentu saja, Azura akan menentang pernikahan itu, apalagi orang itu adalah Meta. Salah satu alasan Edward mengukuhkannya dalam pertemuan yang mutlak. Apa pun, termasuk penolakan Azura tidak akan bisa membatalkannya, ditambah lagi Azura tidak ada dalam pertemuan, sama sekali tidak berhak dalam mengganggu kesepakatan yang sudah dibuat.“Apa yang kamu lakukan sekarang?”Sambutan yang menarik, wajah Azura merah padam, ditambah tangan wanita itu yang terkepal kuat.“Keputusan sudah mutlak,”“Hentikan ini Ed. Jan
Persiapan mencapai 80% hingga saat ini. Azura tidak berbohong, benar-benar mengambil alih segala urusan mulai dari WO, desain pakaian, tempat, bahkan jumlah undangan pun diatur oleh wanita itu. Penjagaan yang ketat menjadi kunci utama selama acara berlangsung. Satu-satunya hal yng tidak bisa diatur oleh Azura hanyalah tentang siapa yang harus dan tidak harus diundang. Edward memilih sendiri tamu undangannya. “Ah, kalau bisa harus ada snipper yang tidak diketahui keberadaannya. Agar lebih aman. Jangan lupa sesuai request ya, untuk kue sesuaikan dengan tema. Aku ingin semua berjalan sempurna.” Wanita itu tidak berhenti mengoceh, memberikan arahan. “Anda terlihat seperti seorang ibu sekarang,” lontar Ren, mengulas senyum tipis. “Begitukah? Meski pernikahan ini tidak diharapkan, bukan berarti aku tidak melakukan yang terbaik, bukan? Xadira akan bangga jika melihat sahabatnya menikah. Seandainya saja, keadaan normal. Edward tidak mewarisi gen dari Asnaf. Xadira masih hidup, mungkin Edwa
Semua pasti menginginkan pernikahan yang sempurna, gaun dan gedung yang mewah. Satu momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Momen yang seharusnya diabadikan. Diringi musik beautiful in white dalam perjalanan menuju mempelai pria adalah salah satu pernikahan impian Meta. Sederhana, dia hanya ingin merasakan sebagai seorang wanita yang dipandang penuh cinta oleh pria-nya. Namun, impian itu sepertinya tak akan pernah tercapai. Meta menikahi seorang pria yang bahkan tidak akan pernah jatuh cinta padanya. Satu lagi mimpi yang akhirnya hancur, kehadiran Adam yang berjalan bersamanya menuju sang mempelai. Adam bahkan tidak akan ada di sisinya pada saat itu. Meta sendirian, menghadapi momen bahagia itu seorang diri. Tak ada yang akan terharu melihatnya menikah, seperti dalam mimpinya dulu. Gadis itu menghela napas, ke sekian kalinya mencoba menghubungi Adam, dan hasilnya nihil. Tak ada jawaban. Adam mungkin sudah mengganti ponselnya untuk jaga-jaga. Namun, apakah pria itu tidak mencob
Pada akhirnya hari itu tiba juga. Hari di mana Meta bukanlah seorang gadis, melainkan istri dari Edward Leonardo. Di hadapan semua orang, dia akan menjadi milik pria itu seutuhnya. Sejak dini hari, mereka sudah disibukkan, mata gadis itu bahkan masih tertutup rapat saat mereka mulai mendandaninya. Saat mata itu terbuka, wajahnya tampak berbeda. Melalui cermin, dia bisa menemukan wajah yang hampir tidak dikenalinya. “Itu aku ‘kan?” tanya Meta. “Benar, Nona. Anda tampak sempurna sekali,” puji wanita tersebut, merapikan sedikit rambut gadis itu. Meta masih membeku, masih tidak percaya kalau yang ada di cermin itu adalah dirinya. Make up yang Azura pilih, tentu bukan yang sembarangan. Mereka teramat profesional. Meta sampai tak mampu berkata apa untuk menggambarkan dirinya saat ini. “Tuan Leonardo akan semakin tergila-gila pada Anda, Nona,” puji wanita itu lagi. Meta mengangguk kecil, berharap seperti itu. Ingin sekali Meta mengecek mata Edward untuk memastikan mata pria itu masih bis
Acara di lokasi utama masih berlanjut. Setelah menonton semacam dokumentasi singkat selama persiapan pernikahan, dan pengambilan keempat konsep pre-wed. Meta menutup wajahnya, merasa malu saat terus mengomel mengenai konsep yang dipilih Edward. Ah dari semua momen, mengapa harus memilih momen yang cukup memalukan itu?Sekarang, Meta menyadari alasan Edward cukup romantis beberapa waktu terakhir, rupanya tanpa sadar kamera sedang menyorot mereka. Ah, seharusnya Meta menyadarinya sejak awal.“Jadi my wife, aku harus memanggilmu apa mulai sekarang?”Meta mendengkus kecil, mulai tak suka Edward bertingkah palsu seperti itu.“Terserah.”Edward tertawa, kali ini tampak lepas. Meta bahkan terkesima melihat tawa suaminya itu. Aish, haruskah dia menyamai Edward, memanggilnya my husband juga? Tapi kan konyol yak!Meta masih kaku, sampai tidak menyadari kalau Edward sudah berdiri dan mengulurkan tangan. Salah satu acara inti lainnya adalah dansa pengantin. Yup, ini baru acara inti belum resepsi