Regano lagi-lagi menjadi penyelamat untuknya. Edward benar-benar tidak berubah pikiran. Pada akhhirnya dia mengetahui kalau Edward marah dan memberi hukuman, bukan karena insiden yang terjadi di street fashion, melainkan karena Regano berbohong tentang mandat untuk menemani Meta selama pemotretan berlangsung. Meski awalnya cukup kecewa, tidak dapat dipungkiri, Meta berutang banyak hal pada Regano. Pria itu berjuang mati-matian, agar Edward tetap menepati janjinya. Gadis itu membalut luka memanjang di lengan Regano, sebagai bentuk kesepakatan yang tidak juga diberitahu padanya. Regano hanya menyuruhnya untuk percaya. “Luka kamu juga harus segera sembuh, atau bisa berdampak pada penampilanmu nanti,” lontar Regano. “Sudah bukan masalah besar. Bisa tetap ikut ajang ini aja rasanya sangat melegakan. Rasanya sangat tidak sabar tampil di depan banyak orang,” sahut Meta. Ikhlas, gambaran yang gadis itu tunjukkan. Dia benar-benar sudah menerima takdirnya. Regano memperhatikan raut wajah M
Sempurna! Satu kata yang menggambarkan penampilan terakhir Meta. Lagi, gadis itu menjadi pusat perhatian, baik selama maupun sesudah ajang berakhir. Semua orang begitu terkejut melihat gadis itu kembali, dengan perubahan yang sangat siginifikan. Tentu menimbulkan tanda tanya besar.Mereka mencoba memburu informasi, memadati lobi gedung, menunggu gadis itu turun. Kali ini bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Perntaan terakhir Meta tentang dia yang akan berhenti menjadi seorang model. Tanda tanya semakin besar, dan rasa penasaran membludak. Khususnya dari para fans Meta yangsudah cukup lama menunggu gadis itu kembali.Kenapa Kak Meta berhenti?Kak Meta itu inspirasi aku, kenapa mendadak berhenti Kak?What happen, girl? Apa ada yang mengganggumu?C nd K: Kalau mereka tidak bisa memperlakukanmu dengan baik, kami sangat siap menerimamu! Asal jangan berhenti mendadak.YL: Apa mereka membuangmu? Apa agensimu tidak mengurusmu dengan baik?Baru juga comeback, masa mau hiatus selamanya?Gak si
Edward bukan orang yang mudah untuk diluluhkan. Namun, untuk pertama kalinya, pria itu bisa menurut pada orang lain. Meta menarik lembut tangan yang pria itu gunakan untuk menahan pisau. Meta berutang nyawa pada pria itu. “Sssh,” gumam Edward, Meta mendongak. Biasanya juga pria berhati dingin itu tidak merasakan sakit atau hanya selama ini pria itu hanya berpura-pura kuat? Meta meraih sebelah tangan Edward yang tidak sakit, meletakannya di pundak sendiri. “Cengkram aja kalau terasa sangat sakit,” ucap gadis itu, kemudian membersihkan luka Edward dengan hati-hati. Sementara Edward terus saja memperhatikan Meta begitu intes. Sedikit terkejut dengan respon yang Meta berikan. “Aku tidak selemah itu sampai menyalurkan rasa sakit lewat bahumu,” ucapnya, Meta tersenyum kecil. Di mata Edward pernyataan gadis itu hanya hal yang membuat harga diri pria itu jatuh. “Heum, tapi pundakku sedikit sakit saat digenggam olehmu,” ungkap gadis itu. Dia bisa merasakan pundaknya dicengkram saat dia mem
Kelopak mata gadis itu mulai bergerak, perlahan membuka, dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Dia mencoba mengendalikan pikirannya, mengingat penyebab dirinya terjebak dalam ruangan itu. sebuah kamar yang identik dengan desain dan interior modern. Hanya sebuah ruangan berukuran sedang. Sebuah tempat tidur dan sofa di ujung ruangan. Tidak ada apa pun yang bisa membuat dia mengenali tempat itu.“Tempat apa ini? Kenapa aku ada di sini?” gumam Meta mencoba untuk bangun. Dia bebas, sama sekali tidak terikat membuatnya sedikit lega.Gadis itu berjalan memperhatikan sekitar ruangan, meraih tirai dan membukanya. Tampak pemandangan kepadatan kota. Jelas sekali dia masih berada di new york. Vibes kota itu berbeda dari kota kelahirannya.“Siapa dan apa yang mereka inginkan?” gumam Meta.Pintu ruangan terbuka, memunculkan sesosok wanita berambut pirang. Dari penampilan, kemungkinan berusia kisar 30-an. Wanita itu tidak datang sendirian, ada beberapa pengawal dan satu pria yang terasa
Sebelum Xadira masuk dalam ke dalam kehidupan Meta, hidup gadis itu sudah tertata dengan begitu sempurna. Mimpi yang tertata sejak dia masih sangat kecil, potensi besar di masa depan. Namun, seolah buku takdir ditulis ulang mengenai hidupnya. Meta terjebak bersama orang-orang yang memiliki obsesi padanya. Edward memiliki obsesi untuk membalaskan dendam atas kematian saudarinya, dan Meta sama sekali tidak memiliki keberanian untuk sekedar memberi pembelaan. Charlie sendiri memperlakukan dengan sangat baik, tetapi memiliki tujuan lain di baliknya. Charlie ingin menjadikan Meta global ambasor agensi yang dipimpin pria itu. “Duduklah, dan nikmati sarapanmu,” ucap Charlie menarik kursi untuk gadis itu. Meta menuruti perintah pria itu. Duduk berhadapan dengannya. Pria itu tampak senang, menguraikan jenis makanan yang disajikan, seolah Meta adalah gadis kampung yang tidak mengetahui apa pun. “Setelah ini, kita akan keliling kota, sebelum kembali ke indonesia. Ada tempat yang ingin kamu kun
Wanita cantik itu tersenyum, menyambut hangat seorang pria yang baru saja selesai pemotretan hari itu. wajah lesu sang kekasih membuat wanita itu menyadari hasil yang kurang memuaskan. Grace berlari, memeluk erat sang kekasih, tanpa mengatakan apa pun. Pria itu hanya butuh pelukan, menjelaskan bahwa dunia akan tetap baik-baik saja meski dia gaggal. “Sudah lebih baik?” “Jangan dilepas dulu, Grace. Aku masih marah soal kemarin, biarkan begini sampai kemarahanku reda dan kembali tenang,” ucap Charlie. Grace tersenyum kecil. Sang kekasih selalu begitu. Meski tengah marah, Charlie akan tetap membutuhkan pelukan darinya, sebuah ketenangan yang katanya bisa mengangkat seluruh beban pria itu. “Aku tidak akan bisa berjalan dengan baik, jika berdiri terlalu lama,” protes wanita itu. “Heum, aku akan menggendongmu, jangan cemas,” sahut Charlie masih belum beranjak sedikit pun, masih sangat nyaman dalam pelukan kekasihnya. “Jangan bergantung begitu, Charlie. Kamu akan kesulitan jika aku sudah
Tubuh Meta berangsur pulih seiring berjalannya waktu. Dia mulai bisa menggerakkan tubuhnya, efek obat yang disuntikkan Charlie perlahan hilang. Tubuhnya terasa sangat kaku, masih perlu waktu hingga benar-benar bisa bergerak.Meta melangkah, menyiibak tirai. Rasa lega menghampirinya kala menemukan pemandangan yang sama. Dia pikir sudah berada di tempat yang berbeda. Rasa takut tidak bisa kembali, bertemu dengan Adam dan mungkin dengan Regano. Ada janji yang harus dia tepati, meski rasanya semakin sulit.“Kamu sudah bangun?”Charlie selalu hadir bersama wajah tenangnya. Buku asal usul agensi yang diceritakan oleh pria itu membuat Meta merasa sedikit prihatin. Waniita itu di satu sisi cukup beruntung memiliki kekasih yang mengabadikannya menjadi nama sebuah agensi. Mimpi besar yang diperjuangan sejak lama. Wanita itu pasti sangat bangga pria yang dicintanya berhasil mewujudkan mimpi itu.“Kenapa, heum?”Dulu, pernah satu waktu Meta mengharapkan kisah seperti di novel yang pernah Xadira
Charlie begitu mudah menemukan keberadaannya. Seolah, dia memang tidak memungkinkan untuk pergi jauh. Pria itu datang dan menjemputnya. Sama sekali tidak terlihat marah, meraih tangan Meta dengan lembut dan membawanya pulang. Gadis itu hanya diam, memikirkan berbagai hal. Edward benar-benar mengingkari janjinya. Pria itu sendiri yang berjanji akan datang dan menyelamatkannya. Apa Edward benar-benar ingin melepasnya begitu saja. “Bagaimana dengan Papa? Kamu bilang akan membawaku bertemu dengannya sebelum pergi jauh,” ucap Meta membuka pembicaraan. Ada dua permintaan yang belum Edward penuhi, dan seharusnya Meta bisa meminta Edward membebaskannya dari kukungan Charlie, meski harus membayar mahal. Namun, kekecewaan terbesar terhadap Edward yang pergi tanpanya, membuat Meta mengurunkan niat. Mungkin untuk sementara waktu dia akan mengikuti keinginan Charlie. Dia juga bisa bertemu dengan Adam sesuai janji pria itu. “Tentu saja, kita akan pulang hari ini dan bertemu Adam saat tiba di In