Tubuh Meta berangsur pulih seiring berjalannya waktu. Dia mulai bisa menggerakkan tubuhnya, efek obat yang disuntikkan Charlie perlahan hilang. Tubuhnya terasa sangat kaku, masih perlu waktu hingga benar-benar bisa bergerak.Meta melangkah, menyiibak tirai. Rasa lega menghampirinya kala menemukan pemandangan yang sama. Dia pikir sudah berada di tempat yang berbeda. Rasa takut tidak bisa kembali, bertemu dengan Adam dan mungkin dengan Regano. Ada janji yang harus dia tepati, meski rasanya semakin sulit.“Kamu sudah bangun?”Charlie selalu hadir bersama wajah tenangnya. Buku asal usul agensi yang diceritakan oleh pria itu membuat Meta merasa sedikit prihatin. Waniita itu di satu sisi cukup beruntung memiliki kekasih yang mengabadikannya menjadi nama sebuah agensi. Mimpi besar yang diperjuangan sejak lama. Wanita itu pasti sangat bangga pria yang dicintanya berhasil mewujudkan mimpi itu.“Kenapa, heum?”Dulu, pernah satu waktu Meta mengharapkan kisah seperti di novel yang pernah Xadira
Charlie begitu mudah menemukan keberadaannya. Seolah, dia memang tidak memungkinkan untuk pergi jauh. Pria itu datang dan menjemputnya. Sama sekali tidak terlihat marah, meraih tangan Meta dengan lembut dan membawanya pulang. Gadis itu hanya diam, memikirkan berbagai hal. Edward benar-benar mengingkari janjinya. Pria itu sendiri yang berjanji akan datang dan menyelamatkannya. Apa Edward benar-benar ingin melepasnya begitu saja. “Bagaimana dengan Papa? Kamu bilang akan membawaku bertemu dengannya sebelum pergi jauh,” ucap Meta membuka pembicaraan. Ada dua permintaan yang belum Edward penuhi, dan seharusnya Meta bisa meminta Edward membebaskannya dari kukungan Charlie, meski harus membayar mahal. Namun, kekecewaan terbesar terhadap Edward yang pergi tanpanya, membuat Meta mengurunkan niat. Mungkin untuk sementara waktu dia akan mengikuti keinginan Charlie. Dia juga bisa bertemu dengan Adam sesuai janji pria itu. “Tentu saja, kita akan pulang hari ini dan bertemu Adam saat tiba di In
Meta mengerutkan dahi, merasa ada yang janggal pada interaksi Adam dan Charlie. Adam terlihat marah, sementara Charlie berusaha menenangkan pria paruh baya itu. Dia tidak bisa mendengar begitu jelas pembicaraan kedua orang itu, hanya raut wajah mereka yang bisa Meta lihat.Charlie datang terburu-buru, bersamaan dengan beberapa pengawal yang mulai mengepung Adam. Pria paruh baya itu tampak meneriakkan sesuatu. Meta gelisah, berusaha untuk keluar. Namun, terlambat pintu mobil sudah terkunci rapat.“Apa yang kamu lakukan pada Papa?”“Mereka tidak akan menyakiti Adam. Mereka hanya bertugas untuk menghalangi dia sampai kita pergi,” sahut Charli, mengambil ponsel. Pria itu mulai sibuk menghubungi asistennya, menyuruh wanita itu untuk bersiap menyambut kedatangan mereka.Meta tidak tahu ke mana Charlie akan membawanya. Rasa khawatir pada Adam membuatnya tidak tenang. Sesuatu pasti tengah terjadi hingga Adam tampak tidak berpihak pada Charlie.“Apa! Apa mereka gila? Bagaimana bisa menjual se
Charlie menyeret Meta dengan paksa, hingga gadis itu beberapa kali hampir terjungkal. Kakinya terasa sakit dipaksa berjalan. Semua itu menjadi tidak penting, saat Meta mulai menyadari ke mana Charlie membawanya. Pria itu sudah mulai gila sepertinya. Sebuah rumah yang cukup jauh dari perkotaan. Meta mulai cemas, tidak akan ada yang menemukannya di tempat itu bahkan jika dia benar-benar mati bersama Charlie. “Kamu benar-benar sudah gila!” “Aku tau itu. memangnya apa lagi yang bisa membuatku tetap waras?” Meta menghela napas, mencoba tenang. Dia harus berpikir jernih untuk menemukan jalan keluar. Kali ini harus berhasil. Dia hanya asal bicara tentang kematian. Masih ada janji yang harus dia tepati artinya dia harus tetap hidup sampai janjinya terpenuhi. “Mau tau tempat apa ini?” tanya Charli mengunci pintu, dan menyimpan kunci ke dalam sakunya. Meta tidak terlalu penasaran, tetapi melihat foto seorang wanita di atas nakas, membuatnya mulai penasaran. Wanita itu adalah Grace. “Iyap,
Charlie berhasil membuat kemarahan Edward mencapai puncak kemarahannya. Dada pria itu bergemuruh hebat saat menemukan Charlie yang hampir menyentuh tawanannya. Hanya dia yang boleh melakukannya! hanya dia yang boleh menyentuh tawanannya, memperlakukan gadis itu sesuka hatinya. Charlie hanya orang luar yang mencoba merebut tawanannya. “Sialan!” umpat Edward. Rupanya Charlie menyiapkan orang-orangnya untuk menyambut Edward. Satu lawan puluhan orang, cukup menguras energi. Regano bersama para pengawalnya harus membantu Adam. Benar-benar menyusahkan. “Jangan menyentuhnya sialan!” teriak Edward. Fokus pria itu terbagi, memperhatikan Charlie yang terus saja melancarkan aksinya, sementara musuhnya terus saja menyerang. “Ck, jangan berisik. Ini menyenangkan, lagipula Meta terlihat menyukainya. Benar kan, Sayang,” Meta menggeleng kuat, air matanya mengalir semakin deras. Tubuhnya kini hampir tanpa busana. Terlambat sedikit saja, Charlie benar-benar bisa melihat tubuh mulusnya. “Bodoh! Haru
Edward menyelamatkan Meta yang ke sekian kalinya. Pada awalnya, Meta mulai ragu akan jalan yang dia pillih. Dia berpikir Edward benar-benar menyerahkannya pada Charlie. Rupanya, pria itu sedang menyiapkan pembalasan yang setimpal. Pembalasan yang tidak pernah Meta pikirkan. Edward mengambil semua saham dan investasi yang Charlie buat untuk masa depan, kemudian menghancurkan satu per satu orang di sisi Charlie, hingga tidak satu pun membantu Charlie. Lebih buruk lagi tidak satu pun keluarga yang menerima Charlie, atau peduli pada pria itu. Alhasil, Charlie dikuburkan di pemakaman umum. “Istirahat dulu, kalau merasa suasana hati memburuk beritahu aku,” ucap Ren. Charlie pasti membuat Meta trauma. Dipaksa menjadi orang lain dan diperlakukan tidak baik, pasti membuat mental Meta kacau. Gadis itu hanya belum merasa dampaknya. Dalam waktu dekat, Meta akan merasa suasana hatinya memburuk, kemudian mulai berhalusinasi, ditambah lagi ketakutan yang berakhir jadi sebuah trauma. “Terima kasih,
Tingkah Meta hari ini benar-benar menguji kesabaran Edward. Pasalnya sejak pagi gadis itu sama sekali tidak melepas pelukannya, merengek dalam dekapan Edward. Meta tidak mengizinkan Edward bergerak sedikit saja dari tempat tidurnya. “Jangan memancingku, Ta,” Ke sekian kalinya, Edward memberi peringatan, dan gadis itu masih saja mengabaikannya, memeluk Edward bak guling. Nyaman, satu kata yang menggambarkan perasaannya saat tidur dalam pelukan pria itu. “Aku masih nganntuk tapi takut tidur sendiri. gimana kalau mimpi buruk lagi,” ucap gadis itu. Suara serak khas bangun tidur. Meta menguap bebeapa kali, mengambil posisi senyaman mungkin, tidak peduli jika itu akan membuat Edward marah. “Dalam hitungan tiga, kalau gak bangun juga, kamu harus menerima hukuman,” Edward mulai menghitung. Tepat pada hitungan ketiga, pria itu mendorong Meta menjauh, hingga nyaris terjatuh dari tempat tidur. Meta membuka mata, lantas tampak berkaca-kaca. Gadis itu terlihat begitu menderita hingga Edward ha
Waktu itu semua masih berjalan baik. Meski kehilangan sahabat yang teramat munafik dan hanya memanfaatkan dirinya, Meta tidak pernah benar-benar sendirian. Yoona selalu menjadi tempat untuknya pulang, membagikan apa pun yang dia alami di luar rumah. Yoona dan Adama adalah rumah untuk Meta. “Ta, kenapa gak pernah cerita apa pun sama aku?” tanya Xadira penasaran. Meta pasti memiliki kehidupan yang cukup rumit, sama seperti dirinya. Xadira sering berbagi meski pada akhirnya hanya jadi sebuah misteri, sementara Meta hanya diam saja seolah hidupnya baik-baik saja. “Karena aku gak pernah merasa kesepian. Aku punya rumah unttuk pulang, lantas untuk apa aku membutuhkan telinga orang lain untuk mendengarkanku lagi?” “Kamu sangat beruntung kalau begitu. Kuharap kamu selalu beruntung dalam hal apa pun, Ta. Orang sepertimu akan sangat sakit jika tidak punya rumah untuk pulang lagi,” tutur Xadira. Meta mengerti, tidak terbiasa tanpa kehadiran Yoona dan Adam, membuat dia terkadang begitu takut ke