Sejak masuk rumah sakit, hingga masa pemulihan, Edward sama sekali tidak mengunjunginya. Bahkan Regano juga menghilang sejak bercerita tentang masa lalunya yang kelam. Hanya Ren yang sesekali mengunjunginya. Pernah satu kali dia menanyakan kedua pria itu pada Ren dan jawaban wanita itu benar-benar membuat Meta kesal. “Bukankah harusnya kamu senang? Edward gak ada artinya kamu bisa merasa tenang, tidur dengan nyaman dan sembuh tanpa siksaan dari dia, meski hanya sementara waktu, bukan?” “Apa tidak bisa jawab saja di mana mereka?” tanya Meta berusaha menahan kekesalan. “Kalau mau tau, segeralah sembuh dan kembali ke neraka, tempat tinggalmu!” Kata-kata yang mengakhiri perdebatan mereka saat itu. meski begitu, Ren selalu hadir, menemani Meta hingga gadis itu pulih dan diizinkan pulang. Meta menggoyangkan kakinya yang menggantung, sembari menunggu Ren menjemputnya. Beberapa kali dia menghela napas. Ada banyak hal yang dia lewatkan sejak masuk rumah sakit. “Udah siap?” tanya suara itu.
Aneh! Satu kata yang menggambarkan tingkah Meta saat ini. Gadis itu sejak pagi melakukan hal-hal di luar dugaan, mengekor ke mana pun Edward pergi, mengantarkan sarapan bahkan bersedia menunggu Edward selesai sarapan, meski tidak diminta.“Hari ini ada kegiatan di luar?” tanyanya.“Mau pakai setelan jas atau pakaian kasual?”Gadis itu membuka lemari pakaian milik Edward, memilah pakaian yang kebanyak berwarna hitam, entah kaus maupun setelan kemeja. Persis seperti hidup Edward yang selalu dalam kegelapan.“Bagaimana kalau pesan setelan yang lebih berwana, biar gak hitam terus?”Meta terkut saat berbalik, Edward sudah berdiri di depannya, menatapnya tajam. Mata coklatnya seolah tenggelam dalam kepekatan netra hitam milik Edward. Cukup lama, sampai Edward melangkah maju, membuat punggung Meta membentur lemari.“Ed,” gumamnya.Pria itu masih diam. Hembusan napas Edward terasa saat pria itu mendekatkan wajahnya. Dia masih diam dengan pandangan hanya terfokus pada wajah gadis di depannya.
Mimpi menjadi seorang model sudah tercipta sejak kecil. Ulang tahun pertama, saat diminta memilih benda yang menjadi masa depannya. Meta memilih foto model terkenal. Dia semakin bertumbuh dengan tubuh serta wajah yang mendukung untuk mewujudkan mimpinya. “Meta menang, Ma!”Piala pertama dalam fashion show cilik membawa dia ke mimpi yang lebih besar. Orang tuanya juga menjadi pendukung setianya. Dia bertumbuh di keluarga yang tepat. Meta mulai rutin olahraga, menjaga penampilan dan pola makan, bahkan mengikuti ekstrakulikuler yang berhubungan dengan mimpinya.Jalan yang dia lalui tentu tidak selalu lurus, pasti ada tikungan atau bahkan perempatan yang membuat dia kesulitan untuk memilih. Saat memasuki junior high school, dia mencapai titik nadir. Titik di mana dia tidak memiliki harapan untuk bangkit. Sebuah acara yang cukup besar, menjadi langkah awal bagi mereka yang ingin terjun di dunia fashion. Acara penentu ke mana dia akan melangkah selanjutnya. Meta sudah disiapkan sedemikia
Janji ditepati. Edward mempertemukan Meta kembali pada mimpi lamanya. Tidak banyak yang berubah dari temat itu, rumah kedua, juga tempatnya memperjuangkan mimpi. Sebuah agensi yang menaunginya, memperkenalkannya lebih jauh tentang dunia modelling. Seorang wanita paruh baya yang amat familiar menyambut mereka. “Meta, akhirnya kamu kembali juga. Kamu tau, semua orang merindukanmu! Ke mna aja? Aku mencoba menghubungi Keith, tetapi dia juga tidak tau ke mana kamu pergi. Apa yang sebenarnya terjadi?” cecar wanita itu. Vilia namanya, manajer Meta dulu. Meta mengulas senyum kecut. Banyak orang yang menunggu dia kembali. Kariernya sedang melejit saat satu kesalahan kecil membawanya ke titik kehancuran. Dia menoleh, bertukar pandang dengan Edward. “Tidak apa! Kita bisa memulai lagi dari awal. Ehm, kita bisa memulai dengan mengadakan konferensi pers atau acara kecil untuk merayakan kembalinya kamu. Pasti berhasil, nama kamu akan segera kembali,” ucapnya penuh semangat. Vilia sudah banyak ber
Dia menghela napas berkali-kali, melirik ke luar jendela dengan tangan yang meremas kaus yang dikenakannya. Rasa percaya dirinya berkurang sejak melihat dirinya yang berbeda jauh dari beberapa bulan lalu. Dia mencoba menggunakan highhills kembali. Namun, kakinya justru terasa keram dan tidak terbiasa. Satu bulan mengubah banyak hal dalam hidupnya.“Kita pulang aja, lagi pula kamu tidak perlu mengikuti setiap tahapannya,” ucap Regano hendak menyetir mobil, dan putar arah.“Tidak perlu! Ini adalah kali terakhir yang gak akan pernah terulang lagi,”Meta menegarkan hatinya, sebelum memutuskan untuk turun dari mobil. Orang-orang di lapangan tampak begitu sempurna dengan setelan dari desainer masing-masing. Gadis itu menoleh kala pergelangan tangannya ditahan oleh Regano.“Kenapa harus mengakhirinya? Apa ini ada hubungannya dengan Xadira?”Sudah sejak lama Reganoo ingin menanyakan hal itu. Meta akan melepas mimpi sebagai seorang model, mimpi yang bukan satu atau dua tahun dia tekuni. Meta m
Insiden di mana Meta hampir menjadi konjadi korban pengendara motor yang ugal-ugalan. Saat itu juga tahap pertama dihentikan. Akan dilanjut setelah persiapan yang lebih matang. Termasuk dari segi keamanan. Seorang model hampir celaka karena keamanan yang kurang ketat.Masalahnya, para penjaga seolah lenyap dari setiap sudut, dan cctv di sepanjang jalan melakukan catwalk pun rusak, seolah disengaja. Akibatnya pengendara bisa lolos begitu saja.“Tidak perlu beritahu dia. Aku akan dalam masalah,” bujuk Meta. Jangan sampai Edward berubah pikiran dan melarangnya ikut fashion week di new york, puncak dari acara tersebut. Dia sudah berada sejauh ini.“Bagaimana kalau batalkan saja? Ada yang mengincar kamu, itu jelas gak aman. Edward pasti gak akan diam aja, kalau tau masalah ini,”“Oleh karena itu, sebaiknya dia tidak perlu mengetahuinya. Anggap saja tidak terjadi apa pun hari ini,” bujuk Meta lagi. Dia menatap penuh harap pada Regano.“Kita pulang,”Tidak ada jawaban yang pasti. Regano hany
Populer! Salah satu cara yang terpikir oleh Meta saat itu. Dia pikir dengan populer akan membuat Xadira lebih aman. Menjadi gadis yang bermartabat. “Aku sungguh ingin membantunya, Gan, tetapi aku salah mengambil langkah,” ucap Meta. Tubuh gadis itu bergetar hebat. Regano menariknya dalam dekapan hangat, menyalurkan ketenangan. “Aku sungguh hanya ingin membantunya, Gan. Aku gak pernah berpikir kalau keputusan itu justru membuat dia menderita. Aku menyesalinya. Akan lebih baik jika aku terus menolongnya saat dirudung atau memberi peringatan pada mereka agar tidak merudungnya, tapi aku malah memperburuk keadaan, Gan,” Meski tidak tahu apa yang terjadi saat itu, tetapi Regano mulai mengerti kalau semua menjadi buruk. Rencana Meta membebaskan Xadira jutru gagal. “Kamu sahabat yang baik, Ta,” gumam Regano. Meta menggeleng. Air matanya mengalir semakin deras. Gagal, dia adalah sosok sahabat yang gagal. Selain gagal menyelamatkan Xadira dia juga gagal menjadi sahabat yang selalu ada. “Aku
Irama jantungnya masih belum stabil, mata bengkak ditambah pipi basah mempertegas bahwa semua sedang tidak baik-baik saja. Edward menarik Meta keluar dari mobil. Tanpa menunggu respon, pria berjaket kulit hitam itu menyuruh gadis itu masuk ke mobilnya.“Kita harus bicara, di tempat biasa!” tukas Edward, sebelum menyusul Meta.“Jangan sakiti Meta, kali ini saja,” pinta Regano.“Tergantung cara kamu menyelamatkan dia nanti,” tukas Edward. Regano menggenggam stir dengan erat. Masalah dengan Edward belum tunta. Edward melarang Regano berdekatan dengan tawanannya, sejak kejadian di mana Regano menentang perintah Edward dan pertengkaran singkat yang hampir berujung kehancuran. Edward menjatuhkan ultimatum. Regano tidak boleh terlalu dekat dengan Meta apalagi sampai membela gadis itu lagi.Hari ini, Regano melanggar perintah dan akan berdampak pada Meta. Regano berbohong tentang Edward yang menyuruhnya menemani Meta selama pemotretan. Regano sengaja memanfaatkan kepergian Edward untuk bisa