Populer! Salah satu cara yang terpikir oleh Meta saat itu. Dia pikir dengan populer akan membuat Xadira lebih aman. Menjadi gadis yang bermartabat. “Aku sungguh ingin membantunya, Gan, tetapi aku salah mengambil langkah,” ucap Meta. Tubuh gadis itu bergetar hebat. Regano menariknya dalam dekapan hangat, menyalurkan ketenangan. “Aku sungguh hanya ingin membantunya, Gan. Aku gak pernah berpikir kalau keputusan itu justru membuat dia menderita. Aku menyesalinya. Akan lebih baik jika aku terus menolongnya saat dirudung atau memberi peringatan pada mereka agar tidak merudungnya, tapi aku malah memperburuk keadaan, Gan,” Meski tidak tahu apa yang terjadi saat itu, tetapi Regano mulai mengerti kalau semua menjadi buruk. Rencana Meta membebaskan Xadira jutru gagal. “Kamu sahabat yang baik, Ta,” gumam Regano. Meta menggeleng. Air matanya mengalir semakin deras. Gagal, dia adalah sosok sahabat yang gagal. Selain gagal menyelamatkan Xadira dia juga gagal menjadi sahabat yang selalu ada. “Aku
Irama jantungnya masih belum stabil, mata bengkak ditambah pipi basah mempertegas bahwa semua sedang tidak baik-baik saja. Edward menarik Meta keluar dari mobil. Tanpa menunggu respon, pria berjaket kulit hitam itu menyuruh gadis itu masuk ke mobilnya.“Kita harus bicara, di tempat biasa!” tukas Edward, sebelum menyusul Meta.“Jangan sakiti Meta, kali ini saja,” pinta Regano.“Tergantung cara kamu menyelamatkan dia nanti,” tukas Edward. Regano menggenggam stir dengan erat. Masalah dengan Edward belum tunta. Edward melarang Regano berdekatan dengan tawanannya, sejak kejadian di mana Regano menentang perintah Edward dan pertengkaran singkat yang hampir berujung kehancuran. Edward menjatuhkan ultimatum. Regano tidak boleh terlalu dekat dengan Meta apalagi sampai membela gadis itu lagi.Hari ini, Regano melanggar perintah dan akan berdampak pada Meta. Regano berbohong tentang Edward yang menyuruhnya menemani Meta selama pemotretan. Regano sengaja memanfaatkan kepergian Edward untuk bisa
Regano adalah tangan kanan Edward. Semua hal yang tidak bisa dipercayakan pada orang lain, selalu diberitau pada pria itu. Regano adalah air yang menenangan saat api dalam diri Edward terus membara. Kekecewaan terbesar Edward adalah tawanannnya. Regano, orang yang paling dia percaya justru berada di pihak Meta, sosok yang sudah menghancurkan hidup saudarinya. Dia kembali memasukan sebutir vitamin ke dalam minuman. Hal yang biasa bisa membuatnya tenang. Matanya terpejam, menikmati bunyi yang dihasilkan dari sentuhan dua benda tersebut. Sampai langkah kaki yang mendekat membuat mata tanpa kehangatan itu terbuka. Dia menyugingkan senyum miring. “Duduklah,” suruhnya. Regano menarik kursi. Cukup lama hanya terdiam, meemperhatikan Edward yang kini memainkan dua benda tajam di tangannya. Pria itu terlihat senang sekarang. “Kamu menyukainya,” ucap Regano membuka suara. Edward menoleh singkat, lantas kembali ke kegiatan awalnya. “Kamu marah karena kamu mulai terobsesi padanya, benar kan?
Regano lagi-lagi menjadi penyelamat untuknya. Edward benar-benar tidak berubah pikiran. Pada akhhirnya dia mengetahui kalau Edward marah dan memberi hukuman, bukan karena insiden yang terjadi di street fashion, melainkan karena Regano berbohong tentang mandat untuk menemani Meta selama pemotretan berlangsung. Meski awalnya cukup kecewa, tidak dapat dipungkiri, Meta berutang banyak hal pada Regano. Pria itu berjuang mati-matian, agar Edward tetap menepati janjinya. Gadis itu membalut luka memanjang di lengan Regano, sebagai bentuk kesepakatan yang tidak juga diberitahu padanya. Regano hanya menyuruhnya untuk percaya. “Luka kamu juga harus segera sembuh, atau bisa berdampak pada penampilanmu nanti,” lontar Regano. “Sudah bukan masalah besar. Bisa tetap ikut ajang ini aja rasanya sangat melegakan. Rasanya sangat tidak sabar tampil di depan banyak orang,” sahut Meta. Ikhlas, gambaran yang gadis itu tunjukkan. Dia benar-benar sudah menerima takdirnya. Regano memperhatikan raut wajah M
Sempurna! Satu kata yang menggambarkan penampilan terakhir Meta. Lagi, gadis itu menjadi pusat perhatian, baik selama maupun sesudah ajang berakhir. Semua orang begitu terkejut melihat gadis itu kembali, dengan perubahan yang sangat siginifikan. Tentu menimbulkan tanda tanya besar.Mereka mencoba memburu informasi, memadati lobi gedung, menunggu gadis itu turun. Kali ini bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Perntaan terakhir Meta tentang dia yang akan berhenti menjadi seorang model. Tanda tanya semakin besar, dan rasa penasaran membludak. Khususnya dari para fans Meta yangsudah cukup lama menunggu gadis itu kembali.Kenapa Kak Meta berhenti?Kak Meta itu inspirasi aku, kenapa mendadak berhenti Kak?What happen, girl? Apa ada yang mengganggumu?C nd K: Kalau mereka tidak bisa memperlakukanmu dengan baik, kami sangat siap menerimamu! Asal jangan berhenti mendadak.YL: Apa mereka membuangmu? Apa agensimu tidak mengurusmu dengan baik?Baru juga comeback, masa mau hiatus selamanya?Gak si
Edward bukan orang yang mudah untuk diluluhkan. Namun, untuk pertama kalinya, pria itu bisa menurut pada orang lain. Meta menarik lembut tangan yang pria itu gunakan untuk menahan pisau. Meta berutang nyawa pada pria itu. “Sssh,” gumam Edward, Meta mendongak. Biasanya juga pria berhati dingin itu tidak merasakan sakit atau hanya selama ini pria itu hanya berpura-pura kuat? Meta meraih sebelah tangan Edward yang tidak sakit, meletakannya di pundak sendiri. “Cengkram aja kalau terasa sangat sakit,” ucap gadis itu, kemudian membersihkan luka Edward dengan hati-hati. Sementara Edward terus saja memperhatikan Meta begitu intes. Sedikit terkejut dengan respon yang Meta berikan. “Aku tidak selemah itu sampai menyalurkan rasa sakit lewat bahumu,” ucapnya, Meta tersenyum kecil. Di mata Edward pernyataan gadis itu hanya hal yang membuat harga diri pria itu jatuh. “Heum, tapi pundakku sedikit sakit saat digenggam olehmu,” ungkap gadis itu. Dia bisa merasakan pundaknya dicengkram saat dia mem
Kelopak mata gadis itu mulai bergerak, perlahan membuka, dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Dia mencoba mengendalikan pikirannya, mengingat penyebab dirinya terjebak dalam ruangan itu. sebuah kamar yang identik dengan desain dan interior modern. Hanya sebuah ruangan berukuran sedang. Sebuah tempat tidur dan sofa di ujung ruangan. Tidak ada apa pun yang bisa membuat dia mengenali tempat itu.“Tempat apa ini? Kenapa aku ada di sini?” gumam Meta mencoba untuk bangun. Dia bebas, sama sekali tidak terikat membuatnya sedikit lega.Gadis itu berjalan memperhatikan sekitar ruangan, meraih tirai dan membukanya. Tampak pemandangan kepadatan kota. Jelas sekali dia masih berada di new york. Vibes kota itu berbeda dari kota kelahirannya.“Siapa dan apa yang mereka inginkan?” gumam Meta.Pintu ruangan terbuka, memunculkan sesosok wanita berambut pirang. Dari penampilan, kemungkinan berusia kisar 30-an. Wanita itu tidak datang sendirian, ada beberapa pengawal dan satu pria yang terasa
Sebelum Xadira masuk dalam ke dalam kehidupan Meta, hidup gadis itu sudah tertata dengan begitu sempurna. Mimpi yang tertata sejak dia masih sangat kecil, potensi besar di masa depan. Namun, seolah buku takdir ditulis ulang mengenai hidupnya. Meta terjebak bersama orang-orang yang memiliki obsesi padanya. Edward memiliki obsesi untuk membalaskan dendam atas kematian saudarinya, dan Meta sama sekali tidak memiliki keberanian untuk sekedar memberi pembelaan. Charlie sendiri memperlakukan dengan sangat baik, tetapi memiliki tujuan lain di baliknya. Charlie ingin menjadikan Meta global ambasor agensi yang dipimpin pria itu. “Duduklah, dan nikmati sarapanmu,” ucap Charlie menarik kursi untuk gadis itu. Meta menuruti perintah pria itu. Duduk berhadapan dengannya. Pria itu tampak senang, menguraikan jenis makanan yang disajikan, seolah Meta adalah gadis kampung yang tidak mengetahui apa pun. “Setelah ini, kita akan keliling kota, sebelum kembali ke indonesia. Ada tempat yang ingin kamu kun