Edward terus saja memperhatikan gerak-gerik Meta, seolah gadis itu akan menghilang hanya dalam sekali kedipan. Meta merasa cemas, Edward tidak boleh berubah pikiran, atau kesempatan bertemu Adam bakal gagal. Meta berusaha untuk tenang, saat mendengar langkah kaki Edward yang mendekatinya.“Ingat bukan, ke mana pun kamu pergi, aku pasti akan menemukanmu. Jangan sampai banyak orang jadi korban kecerobohanmu, ke sekian kalinya,” bisik Edward menyentuh pipi gadis itu. bulu kuduk Meta berdiri. Ancaman Edward seperti dentuman kematian untuknya.“Mengerti, kelinciku?” Meta mengangguk kaku. Dia bersyukur Regano sudah kembali. Meta bergegas melangkah ke dekat Regano, merasa lebih nyaman dibanding di sisi Edward.“Kami berangkat sekarang,” ucap Regano.Baru saja keduanya balik badan, Edward kembali memanggil Meta. Keduanya bertukar pandang, seolah memiliki pemikiran yang sama.“Kamu melupakan sesuatu,” ucap Edward mendekati keduanya, menyerahkan ponsel milik Meta. Ponsel keramat, di mana Edward
Meta menghabiskan cukup banyak waktu bersama Adam, berbagi cerita dan tertawa bersama. Seperti beban mereka menghilang begitu saja.“Meta harus segera kembali ke dalam, Pa. Sepertinya pengecekan sudah selesai,”Meski berat, Meta harus bergegas, atau akan ketahuan oleh Edward. Terakhir kalinya, dia memeluk Adam, raasanya begitu lega melihat Adam baik-baik saja.“Kita akan segera bersama lagi,”Meta mengangguk. Dia juga menantikan hari itu tiba. Meta tidak sengaja menubruk seseorang yang mengenakan tudung kepala.“Maaf,” gumamnya tetapi dihiraukan oleh orang tersebut. Meta tidak ambil pusing, melanjutkan langkahnya untuk memasuki gudang.“Eh, id yang Regano kasih di mana?” Meta bergegas kembali ke tempat semula, dan tidak menemukan kartu akses tertinggal di sana. Meta mencari keberadaan Adam yang belum jauh. Pria paruh baya itu juga tidak melihat id card yang Meta maksud.Gadis itu mulai kebingungan. Dia menghampiri Regano yang baru keluar dari gudang penyimpanan. Dia benar-benar kebing
Meta memejamkan mata, menggigit bibirnya untuk meredam teriakan. Rasa sakit terus menyerang punggungnya, tiap kali Edward melayangkan cambukan. Pria itu benar-benar murka. Dia gelap mata, menghiraukan penjelasan yang coba Meta lontarkan. Percuma saja, gara-gara gadis ceroboh itu, organisasinya kini dalam masalah besar.Jika sampai pelakunya berhasil kabur, dan membongkar isi kotak rahasia. Berakhir sudah organisasi yang sudah dia rintis sejak lama.“Bukankah aku sudah memperingatkanmu? Kenapa kamu berani memancing kemarahanku, sialan!” teriak Edward kembali mencambuk punggung gadis itu.Meta lemas, tidak lagi memiliki tenaga untuk menjawab perkataan Edward. Gadis itu tidak berhenti berdoa, agar Adam baik-baik saja, begitu juga dengan Regano. Meta yakin, pria itu akan berusaha meluruskan kesalah pahaman yang tengah terjadi.Edward menarik tubuh Meta, dan mendorongnya ke lantai. Gadis itu tersungkur.“Apa? Dengan apa kamu membayar Regano, heh? Bisa-bisanya kamu melibatkan orang kepercay
Nyonya besar Leonardo muncul seperti malaikat untuk Meta. Wanita paruh baya itu masih kukuh memeluk Meta, tidak membiarkan gadis malang itu jatuh ke tangan putranya dan mendapatkan siksaan lagi. “Ma, aku masih menghormatimu sebagai orang yang melahirkanku, tapi bukan berarti kamu berhak untuk ikut campur lebih jauh dalam kehidupanku,” lontar Edward. Meta tahu pria itu tidak akan bisa menyakiti ibunya sendiri, artinya Edward sama sekai tidak memiliki masalah dengan orang tuanya. “Dia bisa mati kedinginan jika kamu membiarkannya seperti tadi,” “Dia sendiri justru ingin mati, Ma. Aku hanya membantu mewujudkan keinginannya, meski aku masih ingin bermain-main dengannya,” lontar Edward. Wanita paruh baya itu menoleh, menatap tepat di netra coklat Meta. Edward benar, tidak ada semangat untuk hidup di mata itu. Meta seolah sudah pasrah dengan hidupnya. “Dia harus tetap hidup, demi menepati janjinya pada seseorang,” gumam wanita itu menatap tepat di mata Meta. Meta membalas tatapannya
Regano percaya Meta dan Adam tidak terlibat atas kasus pembobolan gudang rahasia mereka. Hanya menggunakan logika, Adam akan ikut terjerat jika sampai is gudang dan organisasi besar mereka terbongkar. Pria paruh baya itu tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu, apalagi sampai membahayakan nyawa putrinya sendiri.Meski tidak mendapat izin, Regano tetap melakukannya, melacak keberadaan mobil yang dibawa pelakunya. Dia cukup beruntung, setiap id card nyatanya terhubung dengan ponsel si empunya.Regano membuka aplikasi rahasia yang hanya digunakan oleh organisasi mereka, lalu mulai menghubungan dengan id card yang dibawa si pembobol.Gotcha! Dia menemukannya.Edward tidak akan percaya meski dimainkan logikanya, pria itu butuh pembuktian, dan Regano harus selalu berusaha untuk mendapatkan bukti nyata. Bukan pertama kalinya, mereka kecolongan, dan Edward selalu gegabah mengambil keputusan. Hal yang membuat dia akhirnya menerima kehadiran Ren dan Regano. Mereka saling melengkapi baik kelebih
Meta terluka cukup parah. Peluru panas yang menembus kulitnya hampir menyentuh organ bagian dalam, ditambah luka luar di punggung Meta, memperparah keadaan gadis itu. dia bahkan hampir tidak terselamatkan jika Ren terlambat sedikit saja.“Dia harus ke rumah sakit. Kondisinya semakin memburuk, kita bisa kehilangan dia jika begini terus,” jelas Ren pada Edward, berusaha meyakinkan psikopat itu bahwa Meta benar-benar butuh perawatan yang lebih intensif.“Tidak perlu, akan lebih baik jika dia dirawat di rumah saja,” sahut Edward. Pria itu pergi begitu saja. Dia hanya memeriksa kondisi tawanannya tersebut.Kini tersisa Ren dan Regano yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Ren menghela napas, kembali mengecek kondisi Meta, dan merawat luka gadis itu lebih hati-hati.“Kami akan pergi,” ucap Regano. Tidak ada gunanya membohongi Ren.“Apa yang terjadi?”“SM mengirimkan pesan rahasia lewat pelakunya. Mereka tidak benar-benar ingin mencuri barang rahasia kita, hanya sebagai jalan agar salah sa
Logo SM terpampang nyata di rumah yang seperti mansion tersebut. Pintu pagar dibuka, tepat saat mobil Edward tiba. Seperti mereka sudah mengetahui akan kedatangan tamu. Hanya tiga mobil yang masuk, selebihnya menunggu intruksi di luar zona kekuasaan SM.Setelah cukup lama, Edward kembali mengunjungi tempat itu. cukup banyak yang berubah. Terakhir kali, rumah itu hanya sisa puing-puing, akibat kekalahan pemimpinnya. Tidak ada rasa takut, meski harus memasuki kandang singa, bahkan tanpa pengawalan sama sekali. Edward sudah terbiasa melakukannya. Beberapa tahun yang lalu, dia bahkan menghadapi semuanya seorang diri, dan tetap keluar sebagai pemenang.Mr Vee, julukan untuk pemimpin SM, sepertinya belum juga belajar dari kekalahan, masih saja melakukan kesalahan saat menyambutnya.“Aku sungguh tidak suka disambut dengan ramah seperti ini. Kamu pasti sudah tau akhirnya akan seperti apa, bukan?” ejek Edward.Mr Vee tertawa lebar. Dia mendekati rombongan yang Edward bawa, seperti biasa, hanya
Masih seperti mimpi, Meta bisa bangun tanpa harus merasakan suasana mencengkam dari kehadiran Edward. Meski sementara, Meta tetap bersyukur. Rasanya dia ingin segera pulih, dan keluar untuk menghiru udara segar. Sayang sekali, Ren tidak mengizinkannya semudah itu.Ah andai saja wanita itu juga ikut, pasti akan lebih menyenangkan, batin Meta.Dia ingin merasakan kebebasan, tanpa rasa takut dan kekangan.Pintu kamar terbuka, menampilkan Ren bersama beberapa petugas medis.“Jangan buat rusuh. Aku harus tetap memberikan laporan sama Tuan Leonardo,” ucap Ren ketus. Perasaan semua baik-baik saja. Namun, Ren malah bersikap seolah Meta sudah melakukan kesalahan yang sangat besar, sampai kehilangan respek dari Ren.“Kapan mereka kembali?” tanya Meta pada akhirnya.“Kenapa ingin tau?”Meta menghela napas. Ternyata ada yang lebih menyebalkan dari Edward. Apa susahnya tinggal jawab, batin gadis itu.“Biar aku tau kapan untuk bersiap. Aku mendengarnya. Edward minta agar aku menyambut edatangannya