Home / Romansa / Tawanan Hati sang Penguasa / Tawaran Menggiurkan

Share

Tawaran Menggiurkan

Author: El khiyori
last update Last Updated: 2025-03-08 05:46:52

Apa yang Serena lakukan ternyata membuat Morgan penasaran. Tangan pria itu perlahan menurunkan apa yang semula ia arahkan pada keningnya, membuat wanita itu membuka mata karena penasaran dengan apa yang terjadi.

"Kenapa?" lirih Serena dengan sorot mata sendu.

"Jadilah wanitaku dan kau bisa melampiaskan semua amarahmu pada orang-orang yang telah menyakitimu!"

Serena terdiam, ia tahu pria di hadapannya tidak mencintainya, mungkin yang dibutuhkan hanya tubuhnya, tapi tawaran yang diberikan terdengar cukup menarik.

Lagipula ia sudah muak. Semakin hari Serena juga semakin menyadari kalau suami yang selama ini ia cintai hingga membuatnya rela bersimpuh di hadapan almarhum kedua orangtuanya demi mendapatkan restu, kini tak lagi mencintainya. Sean telah berubah semenjak dirinya kehilangan kekayaan dan orangtua. Apa yang pria itu lakukan bersama dengan ibunya membuat Serena hampir gila.

Ia dipaksa melakukan hal-hal yang menurutnya sangat berat dan diluar kemampuannya. Tak ada diantara mereka yang menanyakan apakah dirinya lelah atau tidak, yang mereka pedulikan hanyalah uang dan uang. Sekalipun Serena menghilang dari dunia ini, mungkin mereka tak akan peduli.

"Kau berpikir atau pura-pura tuli?!"

Suara Morgan kembali menyadarkan Serena.

"Maaf, saya masih berpikir. Kali ini saya menerima tawaran anda Tuan, saya ingin Tuan Morgan membuat seolah-olah diri saya telah tiada."

"Untuk melihat bagaimana reaksi suamimu?" tebak Morgan yang kemudian dijawab Serena dengan anggukan kepala.

"Kau ingat kan harus membayarnya dengan apa?"

Pertanyaan Morgan kali ini sungguh membuat hati Serena bagai diremas. Begitu sakit dan terhina, namun ia tak punya pilihan lain.

"Saya ingat, tapi bagaimana dengan keluarga anda Tuan?"

"Kau hanya akan menjadi wanita rahasiaku, tempatmu tersembunyi, tak ada siapapun yang tahu tentangmu kecuali aku dan orang-orangku."

Mendengar itu air mata Serena kembali jatuh.

Sudah terbayang seperti apa kehidupan yang akan ia lalui kedepannya. Di lubuk hatinya yang terdalam ia sungguh rindu kehidupannya yang dulu. Kehidupan yang tenang dan baik-baik saja. Menjadi anak yang begitu disayangi kedua orangtuanya dan menjadi seorang istri sangat dicintai.

"Siapa namamu?" tanya Morgan lagi.

"Serena Tuan," jawab Serena yang membuat Morgan kembali mendekat lalu menelusupkan jemari ke rambut panjang Serena.

"Ingat Serena, mulai detik ini kau adalah wanitaku. Tak ada lagi yang boleh menyentuhmu selain aku, termasuk suamimu."

Menurut Serena ucapan Morgan sangatlah egois. Ia tak diizinkan bersentuhan dengan siapapun tapi Morgan sendiri justru bebas menyentuh istrinya. Setidaknya itulah yang Serena yakini saat ini, membuatnya semakin tak suka dengan sosok majikannya itu.

Sekarang Morgan masih terus menikmati bibir Serena yang membuatnya benar-benar mabuk kepayang. Rasanya tak ingin berhenti, terlebih saat wanita itu membalas pagutannya. Mereka baru berhenti saat sama-sama sudah kehabisan nafas.

"Mandilah dulu! aku akan menyuruh orang mempersiapkan pakaian untukmu," titah Morgan yang langsung dituruti oleh Serena.

"Awas Serena, kakimu tak boleh terkena air, jika mengalami kesulitan panggil aku!" ujarnya lagi tanpa menatap ke arah Serena karena saat ini Morgan tengah melangkah mendekati jendela dan menatap ke luar sana.

Menikmati udara siang musim gugur yang terasa begitu sejuk. Alam juga nampak begitu indah, membawa ingatan Morgan pada kenangan indah bertahun-tahun yang lalu. Dimana ia bertemu dengan seorang gadis cilik yang menolongnya dari amukan sang ayah.

Gadis itu menggenggam erat tangannya hingga keduanya masuk ke dalam hutan. Mereka terus berlari hingga sampai di tepi danau dengan panorama menakjubkan. Sayangnya, belum sempat mereka bermain bersama dan berkenalan, orangtua gadis itu keluar dari sebuah villa kayu yang ada di sana dan memanggil agar putrinya masuk ke dalam.

Morgan yang kala itu adalah anak pemalu tak bisa melakukan apa-apa, namun ucapan sang gadis bahkan masih melekat dalam ingatannya hingga detik ini.

"Jangan hanya diam saat kau dituduh melakukan sesuatu yang tidak kau lakukan!"

Itulah yang gadis itu katakan kala itu. Bibir Morgan selalu bisa tersenyum saat mengingatnya, namun kedatangan Serena membuatnya harus berhenti memikirkan semuanya.

"Tuan, aku sudah selesai. Mungkin anda juga ingin mandi?" ujar Serena yang membuat Morgan membalikkan badan lalu menatap ke arahnya.

Cukup lama pria itu berada di posisi yang sama. Menatap Serena dalam-dalam. Tentu saja ia tak ingin cepat-cepat berpaling karena saat ini Serena nampak begitu cantik.

Wajah natural yang putih bersih serta bibirnya yang nampak kemerahan alami justru semakin memancarkan kecantikan seorang Serena. Belum lagi rambutnya yang ditarik ke atas, membuat leher seputih susu miliknya terekspose sempurna.

"Tuan, anda baik-baik saja kan?" tegur Serena karena menurutnya sikap pria di hadapannya sangatlah aneh.

"Hmm ... ya, aku baik-baik saja. Aku akan mandi sekarang. Oya Serena, jangan panggil aku Tuan lagi, panggil namaku saja! Jangan sampai lupa atau aku akan menghukummu!!"

"Iya Tuan," jawab Serena yang membuat Morgan langsung melotot.

"Em ... maaf-maaf, maksudku Morgan."

Mendengar itu barulah membuat Morgan tersenyum dan berlalu pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Malu-malu Membuat Candu

    Saat Morgan masih di kamar mandi, Serena menatap ke sana kemari, mencoba mencari pakaian yang katanya disediakan untuknya, tapi ternyata memang belum ada. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu sambil duduk di tepi ranjang hanya dengan berbalut handuk kimono saja. Tak lama pintu kamar mandi terdengar dibuka. Morgan nampak keluar dari sana dengan rambut yang masih sedikit basah dan handuk yang melilit di pinggangnya. Serena sangat terkejut mendapati beberapa luka goresan di punggung pria itu. Bukan luka baru namun masih jelas terlihat. Tak bisa membendung rasa penasaran akhirnya Serena memutuskan untuk bertanya. "Kenapa punggungmu terluka?" Morgan yang tengah berdiri di depan cermin sambil mengusap-usap rambutnya langsung berhenti bergerak begitu mendengar pertanyaan Serena. Didekatinya wanita itu lalu berkata, "bukankah ini hasil perbuatanmu?" Kedua mata Serena membulat sempurna mendengarnya. Ia mendadak salah tingkah apalagi saat Morgan meraih kedua bahunya dan membuatnya berdi

    Last Updated : 2025-03-08
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Sentuhan Memabukkan

    Serena masih berada di kamar mandi, mematut penampilannya di depan cermin yang ada di sana. "Bagaimana jika Morgan melihatku dengan pakaian seperti ini?" Serena menggigit bibir bawahnya saat membayangkan tatapan liar Morgan. Yang Serena kenakan saat ini adalah pakaian yang menurutnya paling tertutup. Sehelai gaun tipis berwarna krem dengan dada tertutup rapat, namun bagian belakanya sangat terbuka. Hanya ada tali-tali kecil yang menjadi penahannya, untuk gaun yang lain malah jauh lebih parah dari itu. Jelas Morgan sengaja memberikan pakaian-pakaian tersebut. Ia yakin Serena akan tampak sangat cantik saat mengenakannya. Belum juga Serena merasa yakin untuk keluar, pintu kamar mandi sudah diketuk dari luar. "Serena!! kau tidur?!" seru Morgan yang merasa tak tahan karena terlalu lama menunggu. "Sebentar, aku baru selesai." "Cepatlah aku lapar!" sahut Morgan sambil mendengus kesal. Setelah menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan Serena akhirnya keluar dar

    Last Updated : 2025-03-08
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Dianggap Bodoh

    Sudah tiga hari lamanya Serena tak melihat Morgan. Malam ini hujan kembali mengguyur bumi. Ada sebuah rasa aneh yang terselip di hatinya. Rasa yang membuatnya sakit karena merasa kesepian dan sendirian. Ia juga merasa dibohongi karena sampai saat ini Morgan tak memberikan kesempatan untuk membalaskan sakit hatinya terhadap Sean. Hingga tengah malam Serena tak bisa memejamkan mata. Ia hanya terus menatap hujan dari balik jendela sampai tiba-tiba pintu di belakangnya terbuka. Secepat kilat wanita itu menoleh, menatap ke arah orang yang baru datang. Orang tersebut ternyata adalah Morgan. Ia bahkan tak tahu kapan pria itu tiba di mansion. Serena sempat ingin bertanya, tapi ekspresi dingin menakutkan yang Morgan tunjukkan membuatnya urung melakukannya. Tak ada sepatah katapun yang pria itu ucapkan, bahkan ia tak menatap Serena sama sekali. Hanya sibuk melepas jas dari tubuhnya lalu masuk ke kamar mandi. Hati Serena semakin tertekan diperlakukan seperti itu, namun ia berusaha agar

    Last Updated : 2025-03-25
  • Tawanan Hati sang Penguasa     Rasa Aneh

    Tatapan mata Morgan seketika berkilat karena amarah. Tangannya beralih mencengkeram leher Serena. "Jadi kau ingin mati?!" Diperlakukan seperti itu Serena sama sekali tak melawan meski rasa sakit mulai datang menghampiri. Hanya lelehan bening dari sudut matanya yang mewakili kehancurannya saat ini. Ia sedih karena tak bisa bertemu dengan orang-orang yang baik seperti saat kedua orangtuanya masih hidup. Ia lelah selalu ditindas oleh orang lain. Menurutnya kematian adalah yang paling bisa menyelamatkannya saat ini. Wajah Serena semakin pucat. Ia pikir Morgan akan benar-benar menghabisinya malam ini, tapi ternyata dirinya salah. Dengan tiba-tiba kedua tangan Morgan justru beralih merengkuh tubuhnya dan mendekapnya dengan erat. Tak ada apapun yang dikatakan pria itu, namun pelukannya terasa hangat. Kedua tangan Serena pun perlahan terangkat, membalas apa yang Morgan lakukan terhadapnya. Saat ini ia memang sangat membutuhkan perlakuan seperti itu. Tak lama tubuhnya pun diangkat m

    Last Updated : 2025-03-25
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Perilaku Aneh

    "Sial, kenapa aku malah memikirkannya," gerutu Morgan sambil meremas gelas di tangannya. Ini adalah pertama kalinya ia merasa gelisah hanya karena seorang wanita. Morgan tentu tak ingin mengakui hal itu. Ia masih yakin dan berpegang teguh pada keyakinannya. Serena hanya tempat ia menyalurkan hasrat, tidak lebih. Berharap kegelisahannya bisa hilang, Morgan pun memilih menunju ke shooting range pribadi miliknya. Ruangan tempat ia melampiaskan segala emosi yang menyesakkan dengan mengarahkan tembakan pada target di depan sana. Cukup lama ia berada di tempat itu, namun saat kembali terdiam ingatannya masih saja tertuju pada Serena. "Sial," umpat Morgan yang kemudian menyerah. Pada akhirnya ia memutuskan untuk pulang setelah kembali memeriksa sang ibu di kamarnya. Maxime yang baru saja memejamkan mata sampai terlonjak saat Morgan menepuk bahunya. "I _ iya Tuan .... " "Antar aku pulang sekarang!" titah Morgan tak terbantahkan. Meski merasa heran, Maxime hanya bergegas mengikuti

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Gengsi

    Setelah mencium aroma minyak penghangat, mata Serena mulai terbuka. Tanpa sadar Morgan sampai melotot saat menantikan wanita di hadapannya benar-benar sadar, alhasil ia harus menerima teguran yang membuatnya buru-buru mencari alasan untuk melindungi harga dirinya. "Aku hanya tak suka jika sampai ada orang yang mati di ranjangku!!" Itulah jawaban yang Morgan berikan saat Serena mempertanyakan alasan dirinya terus menatap ke arah wanita itu. "Dasar sinting," gumam Serena. Apa yang baru saja ia katan sontak membuat semua orang yang masih berdiri di sekitarnya menjadi ketakutan. Bagaimana tidak, selama ini tak pernah ada yang berani berkata seperti itu kepada Morgan. Morgan yang sadar jika ucapan Serena sudah melebihi batas hanya tersenyum miring. "Kalian semua keluarlah!" titahnya kemudian. Tidak ada bentakan namun suara pelan penuh penekanan itu mampu membuat bulu kuduk merinding. Kini di dalam kamar hanya tinggal Serena dan Morgan. Masih tak ada pergerakan yang pria itu laku

    Last Updated : 2025-03-30
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bertemu Masa lalu

    Morgan tersenyum samar mendengar jawaban Serena. Sejauh ini ia masih menganggap Serena adalah wanita yang sama, 'rendahan' tapi anehnya ia tak ingin melepaskan wanita itu. Ada rasa asing yang belum pernah ia rasakan. Di lain tempat, Julie dan Sean tengah mempersiapkan ulang tahun Lusie. Wanita yang usianya lebih dari setengah abad itu akan merayakan ulangtahunnya di tengah-tengah kemewahan. Beberapa tamu undangan dari kelas atas turut hadir, mengingat status Julie yang memang cukup populer di kalangan pebisnis. Morgan dan keluarganya ternyata juga masuk dalam daftar party mewah itu. Awalnya Morgan tak ingin peduli pada hal-hal yang ia anggap tak terlalu penting, namun karena malam ini Serena akan berada di sana, menurutnya akan cukup menarik. Tanpa mengatakan apapun pada Serena Morgan akan duduk diantara tamu undangan. Ia juga sudah membantu wanita itu untuk mendapatkan akses masuk. Malam semakin merayap. Para undangan sudah mulai memasuki hole sebuah hotel mewah yang berada

    Last Updated : 2025-03-31
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Luka Lama

    Kaki Serena terus melangkah cepat mencari jalan untuk keluar dari. Ia mulai panik saat mendengar ada suara langkah kaki yang mengikuti di belakangnya dan ternyata benar. Sean mengikutinya. Begitu jarak diantara mereka sudah berdekatan, pria itu langsung menarik tangan Serena hingga membuat mereka berada di posisi saling berhadapan. "Kau sengaja melakukan ini?" desis Sean tanpa melepaskan cengkeraman tangannya. "Kenapa? kau tidak suka?" tantang Serena yang kini juga membalas tatapan mata Sean. "Apa tujuanmu?!" Pertanyaan Sean kali ini membuat Serena tertawa. "Mengacaukan hidupmu, apalagi .... " jawab Serena kemudian di tengah-tengah tawanya. Mata Sean masih terus menatap Serena. Ia akui, istri yang sudah ia khianati habis-habisan itu sekarang jauh lebih cantik. Mendadak ia menjadi penasaran dan ingin merasakan sentuhannya. "Tak kusangka, sekian lama kita berpisah, kau masih saja mencari perhatianku." Ucapan Sean kali ini membuat dahi Serena berkerut. Ia hendak menghemp

    Last Updated : 2025-04-01

Latest chapter

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Posesif

    Serena duduk di kamar seorang diri. Ia sengaja tak mengunci pintu, berharap Morgan segera masuk ke sana tapi ternyata hasilnya nihil. Pria itu sama sekali tak menampakkan batang hidungnya, membuat hati Serena kian kesal."Bukannya dia pernah bilang kalau akan membantuku mencaritahu apakah Sean terlibat dalam peristiwa yang terjadi pada ayah dan ibu, tapi apa ... sekarang yang ada aku malah disuruh melupakan semuanya. Dasar pembohooonggg!!""Siapa yang kau sebut pembohong. Aku tidak berbohong, aku hanya tak ingin melibatkanmu," sahut Morgan yang tiba-tiba saja sudah duduk di belakang Serena."Kenapa kau kemari?" tanya Serena ketus."Untuk menenangkan kelinci manisku yang sedang marah. Kemarilah Serena, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu!"Morgan menyentuh tangan Serena. Awalnya Serena ingin menepis sentuhan itu, namun dengan cepat tangan Morgan menangkap jemarinya dan meremasnya lembut."Apa yang ingin kau tunjukkan?" tanya Serena pada akhirnya."Sean Anderson, sebelum bersamamu dia

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Omelan Serena yang menakutkan

    Keesokan harinya Morgan membawa Serena keluar dari mansion. Mereka menuju ke suatu tempat yang indah. Melihat Serena nampak begitu senang ternyata menumbuhkan kebahagiaan di hati Morgan. Ia terus memandangi Serena yang berlarian ke sana kemari menikmati sapuan ombak yang mengenai kakinya. Pantai tempat mereka saat ini begitu tenang. Tak ada siapapun di sana karena saat ini mereka berada di pulau pribadi milik Morgan. Disaat Serena berhenti, barulah Morgan mendekat. Memeluk pinggang wanita itu dari belakang dan menyingkap rambut panjangnya lalu menciumi tengkuknya dengan lembut. "More ... jangan lakukan itu," ucap Serena saat tubuhnya mulai meremang karena apa yang Morgan lakukan. "Kenapa tak boleh melakukannya hmm?" sahut Morgan masih sambil menikmati kelembutan kulit leher Serena. "Ini di luar," jawab Serena yang mulai kesulitan mengontrol diri karena sesuatu di dadanya juga mulai disentuh dengan lembut. "Tapi tempat ini adalah milikku, tak ada yang berani masuk kemari kec

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Kerinduan

    Mendengar pintu diketuk membuat Serena menghentikan aktivitas yang tengah ia lakukan. Tangannya membuka pintu perlahan lalu tersenyum ke arah pria yang sudah berdiri di ambang pintu. "Hei, kau sudah pulang?" sambut Serena sambil beringsut mundur, memberikan jalan agar Morgan ikut masuk ke ruangannya yang dipenuhi botol-botol parfum dengan berbagai bentuk, tapi ternyata Morgan tidak nampak senang, bibirnya justru cemberut. "Apa hanya begitu?" tanya Morgan saat sudah sampai di dalam. Ia duduk di atas meja dengan kedua tangan bersedekap di dada, sementara matanya menatap dalam ke arah Serena, membuat wanita itu menjadi kebingungan. "Apanya yang hanya begitu?" tanya Serena kemudian. Matanya membalas sorot mata setajam elang milik pria beralis tebal yang saat ini memperlihatkan kekecewaannya. Morgan memang tengah merasa kecewa lantaran mengira Serena akan menyambut kedatangannya dengan cara mencium dan mencumbunya dengan mesra. "Oh ayolah Morgan ... apa yang kau pikirkan?" Serena

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Rahasia Senyuman

    Tepat saat Amber tiba di sana, Vincent baru keluar dari kamar Lucia. Tak mampu lagi menahan emosi, wanita itu langsung memukuli dada suaminya dan memberinya tamparan cukup keras. "Kendalikan dirimu Amber!!" seru Vincent sambil menahan kedua tangan istrinya. "Apa hah?! kau bilang dia hanya wanita tua yang tak menarik bagimu, tapi ternyata kau masih bisa melakukan itu padanya!!" balas Amber dengan tatapan tajam. "Melakukan apa maksudmu?" Vincent masih berakting dan pura-pura bodoh, membuat Amber semakin muak melihatnya. "Kau ... masih bisa berkata begitu?! Wanita itu mengirimkan rekaman vidio kalian ke ponselku. Anakmu masih kedinginan di luar sana, tapi hasratmu masih saja tak bisa kau tahan, dasar binatang!!" Amber kembali memaki sebelum akhirnya ia menerobos masuk ke kamar Lucia dan mengarahkan senjata api ke arah wanita itu. Beruntung saat jari Amber menarik pelatuknya, Vincent berhasil menahan dan mengarahkan bidikan ke tempat lain. Satu bingkai lukisan berukuran besar

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Menggemaskan

    "Emm ... maksudku ... kenapa kau harus bekerja juga di malam hari?" tanya Serena gugup. "Karena aku diminta menghabisi seseorang." Serena hampir tak bisa bernapas begitu mendengar jawaban pria yang masih menatapnya dengan tatapan dingin di depan sana. "Menghabisi seseorang? i _ itu kenapa harus dilakukan?" Bukannya memberikan jawaban lagi-lagi Morgan malah menertawakan. "Aku bercanda, kenapa kau selalu menanggapi ucapanku dengan serius begitu?" celetuk Morgan yang membuat Serena bersungut-sungut kesal. Tak ingin wanitanya semakin marah akhirnya Morgan mendekat. Memeluk pinggang Serena dari belakang lalu meminta maaf. "Apa harga diri seorang Morgan Calister tak akan runtuh jika meminta maaf seperti ini?" Serena sengaja menyindir, mengingat sikap Morgan di awal yang tak memiliki perasaan sama sekali. Tapi ternyata Morgan tak bergeming. Sambil menenggelamkan wajahnya di cetuk leher Serena pria itu memberikan jawaban, "asalkan orang itu adalah kau, jangankan harga diri,

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Semakin Ingin Mengenal

    "Serena, apa kau tak merasakan adanya kejanggalan pada peristiwa itu?" "Maksudmu?" sahut Serena. "Sean ... apa kau tak pernah berpikir jika apa yang terjadi pada orang tuamu ada hubungannya dengan Sean?" Serena terdiam. Ia sungguh tak pernah berpikir sampai ke sana. Entah karena perasaannya terhadap Sean atau karena dia memang benar-benar bodoh setelah terus menerus menerima doktrin dari ibu mertuanya. Melihat Serena nampak berpikir keras, Morgan merasa tak tega. "Hei ... apa yang kau pikirkan? lupakan saja, mungkin aku terlalu berlebihan karena sangat cemburu pada Sean," ucap Morgan pada akhirnya. Tangannya kembali mengusap lembut pipi Serena. "Apa yang kau cemburukan darinya?" sahut Serena. "Kau pernah mencintai pria itu dengan begitu dalam. Jujur saja, aku belum pernah diperlakukan seperti itu oleh wanita." "Sekarang kau sudah merasakannya. Aku mencintamu Morgan, meski memang masih membatasi diri, hatiku sungguh untukmu. Aku hanya takut kembali merasakan sakit yang m

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Baby Girl

    Tak ada yang Morgan katakan, ia hanya menatap dalam-dalam wajah cantik Serena sebelum membawa wanita itu ke dinding, membalik tubuhnya agar menghadap ke sana lalu menciumi punggung semulus porselen yang memang dibiarkan terbuka. "Morgan .... " Lenguhan itu menjadi pertanda bahwa Serena menikmati apa yang Morgan lakukan terhadapnya saat ini. Disusul gigitan kecil di telinga dan lehernya, yang membuat tubuh Serena mulai meliuk. Menggoda pria di belakangnya agar berbuat lebih. Gaun satin berwarna maroon yang melilit tubuh seksi Serena kini sudah tersingkap ke atas. Tanpa diminta, kaki jenjang berbalut high heels hitam itu sudah terbuka, memberikan akses pada Morgan untuk kembali menyentuhnya. Satu hal yang Serena tak pernah tahu. Selama ini Morgan selalu membubuhkan serbuk pil anti kehamilan yang sudah dicampur ke dalam minumannya, tapi mulai hari ini hal itu tak lagi dilakukan. Suara hati Morgan mulai bermain di tengah ambisinya. Ia ingin memiliki Serena seutuhnya meski belum b

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Rasa Yang Tak Bisa Ditepis

    Jatuh cinta, itulah yang Morgan rasakan saat ini. Membuat semua orang bertanya-tanya karena raut wajahnya yang sangat berbeda. "Morgan, kau mendengarku!!" bentak Vincent de Calister yang merupakan ayah kandung Morgan. "Hmm .... " Hanya itu jawaban yang Morgan berikan. Membuat sang ayah semakin penasaran. "Sebenarnya apa yang membuatmu senang hari ini? apa Ibumu kembali bisa melihat dengan jelas?" Mendengar itu, bibir kemerahan alami yang semula tersenyum tipis kini berubah.Ekspresinya pun menjadi dingin. "Asal Ayah tahu, ibu mungkin tak bisa melihat dengan jelas. Tapi ia jauh lebih cerdas dari Ayah, jika tidak, Ayah pasti sudah berhasil menceraikannya." "Tutup mulutmu bedebah kecil!! ingatlah, keselamatan wanita itu ada di tanganmu!!" bentak Vincent yang sama sekali tak mempedulikan perasaan Morgan. Seolah-olah ia tak pernah menganggap anak lelakinya itu ada. Hanya anak istri mudanya yang ia pedulikan, Rainer. Sayangnya Rainer yang polos justru sangat peduli pada Morgan

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Semakin Manis

    Dua hari lamanya Serena dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Morgan selalu berada di sisinya. Membuat Serena merasa senang. Hari pertama berada di mansion, Morgan juga melakukan sesuatu yang tak biasa. Saat Serena keluar dari kamar mandi, pria itu sudah membawa nampan berisi sarapan yang ia letakkan di atas nakas. "Ini sarapanku?" tanya Serena memastikan. "Hmm .... " jawab pria yang kini tengah sibuk dengan tab di tangannya. "Padahal aku bisa makan di meja makan, tak perlu diantar kemari." Mendengar ucapan Serena kali ini barulah Morgan mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu. Tatapannya tajam, tak ada senyum sama sekali di bibirnya. "A _ ada apa? kau jangan selalu menatapku seperti itu, kau membuatku takut." Serena berucap lirih di tengah degupan jantungnya. "Kalau begitu bisakah kau mengucapkan terimakasih?! hargailah apa yang kulakukan padamu!!" "Ah iya maaf, terimakasih untuk sarapannya," sahut Serena cepat. Tapi ternyata Morgan tak membiarkannya begitu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status