Salah naruh mungkin 🤐
Kerutan di kening Poppy kian jelas terlihat. Raut wajahnya menunjukkan kepanikan yang begitu hebat. “Kenapa tidak ada? Apa Donna membersihkan kamar mandi saat aku tidak ada di kamar?” Poppy menggeleng pelan. Dia sudah menegaskan jika Donna tak perlu membersihkan kamar mandi di kamarnya, bahkan Poppy sering menyuruh Donna segera beristirahat saat malam tanpa perlu membereskan kamarnya. Pelayan pribadinya itu hanya mengumpulkan kain kotor, sementara Poppy yang lebih sering merapikan kamar. Donna juga dengan senang hati mengurangi pekerjaannya atas keinginan Poppy. “Mustahil … aku jelas meletakkannya di sini ….” Suara ketukan pintu terdengar. “Apa kau tidur di dalam sana? Aku tidak punya banyak waktu menunggumu.” Suara berat dan tegas Robin mengejutkan Poppy. Dia segera menarik tangannya dari kolong, sampai tangannya sedikit tergores sudut runcing bawah lemari. “Ugh …” Poppy mengerang sambil mengusap lengan bawahnya. Goresan lemari itu sedikit membuat kulit putihnya kemerahan. D
Wajah Poppy langsung berubah pucat pasi. Jiwanya seakan pergi meninggalkan raga karena terlalu takut menghadapi pria di depannya.“Berdiri dan ikuti aku,” titah Robin.Badan Poppy mendadak jadi lemah saat memaksa kakinya melangkah. Dunia di sekelilingnya seolah berputar, merasakan bahwa langkahnya akan membawa dirinya pada hukuman berat yang sesungguhnya, yang mungkin dapat mengancam kehidupannya.Dia tak pernah menyangka jika Robin menemukan obat pencegah kehamilan itu, sebelum dia memiliki rencana lain untuk menyelamatkan diri dari kontrak berbahaya dengan Robin Luciano.“Baca ini!” Suara tegas dan dalam Robin Luciano mengembalikan kesadaran Poppy.Poppy baru sadar dia telah mengikuti Robin sampai di ruang kerja lantai pertama. Lalu segera mengambil kertas di atas meja yang ditunjukkan suaminya dengan tangan gemetar, apalagi Robin masih berdiri dengan tangan terlipat di depan dada sambil menatap tajam dirinya.“Baca dengan keras pada bagian nomor empat!” perintah tegas Robin lainnya
Tubuh Poppy gemetar hebat. Kilas balik pada kejadian selama empat tahun di Pulau Solterra memenuhi benaknya. Bekas luka di tubuh Poppy akibat kemarahan Saul Martinez seakan terbuka kembali. Kesakitan karena dipukul dan dicambuk tanpa alasan yang jelas membuat seluruh tubuhnya merinding ngeri.Keberadaan dan cara bicara Robin yang selalu membuat Poppy tertekan, semakin membuat trauma itu terbuka. Dadanya semakin terasa sesak, tak bisa bernapas dengan benar, seakan-akan oksigen di sekitarnya menghilang.Akhirnya, hanya kegelapan mencekam yang menyelimutinya ….BRUK!Ketika Robin berpaling sejenak selagi menelepon Antonio, Poppy ambruk ke lantai. Istri yang akan dikembalikan ke tempat asalnya karena tak berguna itu jatuh tak sadarkan diri.Robin mematung sejenak, lalu memberi perintah kepada Antonio, “Cepat datang kemari! Perempuan merepotkan ini malah pingsan di ruang kerjaku!”Namun, tunggu … apakah Poppy benar-benar pingsan? Robin mulai mengendus sesuatu yang mencurigakan.Dia memati
Antonio dan dokter itu masuk ke ruangan yang sama dengan Robin sesaat kemudian.“Saya akan menyiapkan obat untuk Nyonya Poppy dulu, Tuan.” Antonio berpamitan setelah mengantar sang dokter, sekaligus menyeret keluar orang yang sejak tadi berada satu ruangan dengan Robin.Capri menatap kepergian mereka, lalu duduk di kursi dekat Robin setelah Antonio menutup pintu.“Untuk apa kau mencariku? Kalau kau ingin bicara omong kosong tentang istriku, sebaiknya kau segera pergi.”Capri mengabaikan kata-kata Robin yang menyinggung, Dia sudah sangat terbiasa mendengarnya.“Maaf jika saya lancang, tetapi saya perlu menanyakan ini, di mana Anda menemukan Nyonya Poppy, Tuan?”Robin menatap tajam Capri. “Kau tahu itu lancang dan masih berani bertanya?!” Dokter Capri memang dapat dipercaya. Namun, asal usul Poppy tak boleh tersebar selama masih menjadi istrinya. Hanya orang-orang yang bekerja di kediaman saja yang dia biarkan mengetahui fakta yang sesungguhnya.“Bagai
“Beraninya kau menyinggung masa laluku!” bentak Robin, tak menyembunyikan ekspresi kemarahannya. Capri sesungguhnya takut menyinggung pria yang jauh lebih muda darinya itu. Tetapi, dia juga memiliki keinginan kuat untuk menyembuhkan trauma Poppy. Dia memiliki anak gadis seumuran dengan Poppy. Saat melihat keadaan istri Robin Luciano yang memprihatinkan, dia tak bisa diam saja atau hanya melihat. “Maaf, Tuan, tapi pikirkan ucapan saya ini. Jika kondisi mental Nyonya Poppy membaik, Anda juga mendapatkan keuntungan darinya.” “Kelua–” Robin hendak mengusir Capri yang terlalu banyak bicara, namun dokter itu masih belum menyelesaikan semua yang ingin dia katakan. “Saya yakin Tuan Dante pun saat ini masih mencurigai pernikahan Anda yang mendadak. Anda mungkin bisa membuat alasan logis jika akan menggantikan posisi Nyonya Poppy sebagai istri Anda, tetapi Tuan Dante pasti akan semakin curiga.” Ketika melihat Robin sedikit bereaksi dengan kata-katanya melalui ekspresi yang jarang ditunjuk
“Nyonya, saya membawakan bubur dan obat untuk Anda.” Donna masuk ke kamar sambil mendorong troli makanan. “Sarapan Anda sudah tersaji di meja makan, Tuan Rafael.” “Aku akan makan setelah menyuapi kakak iparku. Dia masih lemah dan butuh bantuan. Pergilah,” usir Rafael, merasa keberadaan Donna cukup mengganggu. Poppy menolak Rafael karena enggan memasukan apa pun ke dalam mulutnya. Namun, Rafael terus memaksa, berusaha menyuapi Poppy sambil bergurau. ‘Rafael terlalu baik padaku. Dia mungkin akan membantuku, tetapi dia bisa mendapat masalah besar karenaku,’ batin Poppy, menepis keinginan untuk meminta bantuan Rafael. “Apa yang sedang kau pikirkan? Tanganku hampir patah karena memegang sendok terlalu lama.” Rafael menyadarkan Poppy dari lamunan dengan gurauannya. Poppy membuka mulutnya. Rafael dengan penuh perhatian menyuap sesendok bubur untuknya. Di saat yang sama, Robin Luciano telah sampai di depan kamar Poppy, berniat menjalankan misinya menyembuhkan trauma sang istri. Akan teta
‘Apa yang Tuan Robin rencanakan? Apakah dia ingin memberiku racun dengan kedua tangannya sendiri?’ Poppy bukannya senang mendapat perhatian kecil dari suaminya, namun malah mencurigainya. “Kau akan terus memandangi sendok ini? Buka mulutmu!” tegas Robin. Antonio masih berdiri di samping pintu, menggeleng pelan ke arah Robin, berharap tuannya akan melihat isyarat darinya. Poppy justru terlihat semakin takut mendengar Robin menyuruhnya makan, bukan pelan-pelan memberi perhatian seperti bayangannya. Robin telah memutuskan untuk membantu Poppy terlepas dari traumanya. Salah satu caranya adalah menunjukkan bahwa dia bukanlah seseorang yang menjadi ancaman bagi hidup Poppy. Antonio sudah mengatakan kepada Robin apa yang harus dia lakukan saat membantu Poppy sarapan. Namun, agaknya situasi sekarang tak seperti bayangan tangan kanan Robin itu. “Apa kau tidak bisa membuka mulutmu?! Aku harus segera pergi ke kan–” Robin berhenti bicara setelah akhirnya melihat isyarat Antonio yang langsu
BLAM! “Hati-hati! Nyonya Poppy masih tidur! Jangan sampai membangunkannya!” Donna menegur tegas pelayan lain dengan suara lirih. Poppy tetap terbangun gelagapan dan langsung terduduk ketika mendengar suara berisik di sekitarnya. Dia meraba-raba tubuhnya, seakan-akan sedang memastikan sesuatu. Nyawanya masih utuh! “Apa racun itu belum bekerja?” gumam Poppy. Akan tetapi, mengapa dia tak merasa sakit sedikit pun? Badannya justru terasa lebih ringan dan segar setelah bangun tidur. “Nyonya, Anda sudah bangun rupanya! Lihat hadiah dari Tuan Robin ini!” seru Donna dengan raut wajah antusias, tangannya merentang menunjukkan rak dorong dengan gaun-gaun yang menggantung. “Hadiah?” Poppy merasa masih bermimpi. Kata hadiah tak tepat jika itu datangnya dari Robin. Semua yang Robin berikan hanyalah kompensasi untuknya. “Benar. Perhiasan ini juga, Nyonya!” Donna menyambar kotak perhiasan dan memeluknya dengan erat. Dia tampak kesulitan membawa kotak yang terlihat berat dan seperti peti h
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J
Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b
“Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”
Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata