Share

58. Bertolak Belakang

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 15:39:49

“Beraninya kau menyinggung masa laluku!” bentak Robin, tak menyembunyikan ekspresi kemarahannya.

Capri sesungguhnya takut menyinggung pria yang jauh lebih muda darinya itu. Tetapi, dia juga memiliki keinginan kuat untuk menyembuhkan trauma Poppy.

Dia memiliki anak gadis seumuran dengan Poppy. Saat melihat keadaan istri Robin Luciano yang memprihatinkan, dia tak bisa diam saja atau hanya melihat.

“Maaf, Tuan, tapi pikirkan ucapan saya ini. Jika kondisi mental Nyonya Poppy membaik, Anda juga mendapatkan keuntungan darinya.”

“Kelua–” Robin hendak mengusir Capri yang terlalu banyak bicara, namun dokter itu masih belum menyelesaikan semua yang ingin dia katakan.

“Saya yakin Tuan Dante pun saat ini masih mencurigai pernikahan Anda yang mendadak. Anda mungkin bisa membuat alasan logis jika akan menggantikan posisi Nyonya Poppy sebagai istri Anda, tetapi Tuan Dante pasti akan semakin curiga.”

Ketika melihat Robin sedikit bereaksi dengan kata-katanya melalui ekspresi yang jarang ditunjuk
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
selalu ikutan melow n' kpengen nangis stiap baca part bagian poppy :(
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   59. Disuapi

    “Nyonya, saya membawakan bubur dan obat untuk Anda.” Donna masuk ke kamar sambil mendorong troli makanan. “Sarapan Anda sudah tersaji di meja makan, Tuan Rafael.” “Aku akan makan setelah menyuapi kakak iparku. Dia masih lemah dan butuh bantuan. Pergilah,” usir Rafael, merasa keberadaan Donna cukup mengganggu. Poppy menolak Rafael karena enggan memasukan apa pun ke dalam mulutnya. Namun, Rafael terus memaksa, berusaha menyuapi Poppy sambil bergurau. ‘Rafael terlalu baik padaku. Dia mungkin akan membantuku, tetapi dia bisa mendapat masalah besar karenaku,’ batin Poppy, menepis keinginan untuk meminta bantuan Rafael. “Apa yang sedang kau pikirkan? Tanganku hampir patah karena memegang sendok terlalu lama.” Rafael menyadarkan Poppy dari lamunan dengan gurauannya. Poppy membuka mulutnya. Rafael dengan penuh perhatian menyuap sesendok bubur untuknya. Di saat yang sama, Robin Luciano telah sampai di depan kamar Poppy, berniat menjalankan misinya menyembuhkan trauma sang istri. Akan teta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   60. Perhatian yang Menakutkan

    ‘Apa yang Tuan Robin rencanakan? Apakah dia ingin memberiku racun dengan kedua tangannya sendiri?’ Poppy bukannya senang mendapat perhatian kecil dari suaminya, namun malah mencurigainya. “Kau akan terus memandangi sendok ini? Buka mulutmu!” tegas Robin. Antonio masih berdiri di samping pintu, menggeleng pelan ke arah Robin, berharap tuannya akan melihat isyarat darinya. Poppy justru terlihat semakin takut mendengar Robin menyuruhnya makan, bukan pelan-pelan memberi perhatian seperti bayangannya. Robin telah memutuskan untuk membantu Poppy terlepas dari traumanya. Salah satu caranya adalah menunjukkan bahwa dia bukanlah seseorang yang menjadi ancaman bagi hidup Poppy. Antonio sudah mengatakan kepada Robin apa yang harus dia lakukan saat membantu Poppy sarapan. Namun, agaknya situasi sekarang tak seperti bayangan tangan kanan Robin itu. “Apa kau tidak bisa membuka mulutmu?! Aku harus segera pergi ke kan–” Robin berhenti bicara setelah akhirnya melihat isyarat Antonio yang langsu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   61. Hadiah dari Suami

    BLAM! “Hati-hati! Nyonya Poppy masih tidur! Jangan sampai membangunkannya!” Donna menegur tegas pelayan lain dengan suara lirih. Poppy tetap terbangun gelagapan dan langsung terduduk ketika mendengar suara berisik di sekitarnya. Dia meraba-raba tubuhnya, seakan-akan sedang memastikan sesuatu. Nyawanya masih utuh! “Apa racun itu belum bekerja?” gumam Poppy. Akan tetapi, mengapa dia tak merasa sakit sedikit pun? Badannya justru terasa lebih ringan dan segar setelah bangun tidur. “Nyonya, Anda sudah bangun rupanya! Lihat hadiah dari Tuan Robin ini!” seru Donna dengan raut wajah antusias, tangannya merentang menunjukkan rak dorong dengan gaun-gaun yang menggantung. “Hadiah?” Poppy merasa masih bermimpi. Kata hadiah tak tepat jika itu datangnya dari Robin. Semua yang Robin berikan hanyalah kompensasi untuknya. “Benar. Perhiasan ini juga, Nyonya!” Donna menyambar kotak perhiasan dan memeluknya dengan erat. Dia tampak kesulitan membawa kotak yang terlihat berat dan seperti peti h

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   62. Kencan

    Meskipun takut, pipi Poppy langsung merona mendengar pujian pertama yang keluar dari mulut Robin. Namun, setelah melirik wajah Robin yang terlihat dingin, rona merah di wajahnya langsung menghilang. “Sial,” gumam Robin pelan. Dia ingin menampar mulutnya sendiri karena mengatakan sesuatu yang memalukan. Rencananya adalah menyembuhkan trauma Poppy, namun dia terdengar seperti perayu wanita. Poppy dapat mendengar umpatan Robin. Dia pikir, Robin hanya sedang mempermainkan dirinya, mengatakan sarkasme karena sesungguhnya dia tak pantas memakai kalung mewah itu. “Maaf, saya akan segera melepaskan kalung ini.” “Kau tidak suka dengan pemberianku?!” bentak Robin, tersinggung karena dia sudah susah payah memesan batu safir langka pada liontin kalung yang melingkar di leher Poppy. “S-saya suka, Tuan.” “Kenapa kau malah mau–” “Tuan, sopir sudah menunggu di depan.” Antonio mengumpulkan keberaniannya memotong ucapan Robin, agar tuannya itu tak mengatakan kalimat yang akan membuat Poppy

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   63. Masih Kencan

    Poppy menghela napas berat. Sejak tadi dia diam dan hanya menjawab Verdi ketika bertanya namanya. Mereka bahkan tidak sempat bercakap-cakap karena Robin segera mengusir Verdi. Dia tersenyum pada Verdi pun hanya untuk menunjukkan keramahan. ‘Tersenyum genit? Kapan aku melakukan itu?’ batin Poppy, heran dengan tuduhan Robin yang tak pernah dia lakukan. “Maaf.” Poppy tetap menunjukkan penyesalan untuk menyudahi pembicaraan itu. Robin justru terlihat tak senang. Permintaan maaf Poppy seperti menyatakan bahwa wanita itu menyesal telah tersenyum genit pada pria lain. Namun, Robin menahan kemarahannya agar tak membuat Poppy semakin takut padanya. “Jangan ulangi lagi. Aku tidak ingin mendengar ada orang yang mengatakan jika istriku adalah seorang wanita perayu.” “Baik, Tuan.” Jika hanya berdua saja, Poppy tak merasa harus memanggil nama Robin dan membuatnya canggung. “Robin.” Robin mengoreksi panggilan Poppy. “Baik.” “Ulangi ucapanmu yang benar!” “Baik … Robin,” ujar Poppy dengan sua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   64. Kencan Panas

    Embusan napas panas Robin menggelitik indra perasa Poppy. Dia mengerang pelan sambil membuka sedikit matanya.Ketika akan merenggangkan badan, Poppy terkejut sampai tersadar sepenuhnya. Robin telah mengungkung dirinya di atas kursi, memijat lembut titik sensitifnya begitu tahu Poppy telah bangun.Kaki Robin yang ada di antara tubuhnya, membuat Poppy kesulitan bergerak. Poppy mendorong pelan dada Robin, namun tubuh suaminya bergeming.“Robin ….” Kali ini, Poppy tak lupa memanggil Robin dengan benar.Robin yang mendengar suara serak Poppy menyebut namanya, spontan menghentikan gerakan. “Ulangi lagi,” perintahnya dengan suara berat, tak menyembunyikan hasratnya yang tiba-tiba memuncak karena suara Poppy.“A-apa maksud Anda?”“Panggil namaku,” bisik Robin di dekat telinga Poppy.“R-Robin ….”Mendadak, Robin menggigit kecil ceruk leher Poppy. Lenguhan singkat lolos dari mulut Poppy, membuat Robin mengisap lehernya semakin kuat, seakan-akan sedang berusaha menguras habis darahnya.“Tuan Rob

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   65. Sedikit Tahu

    Poppy biasanya selalu berpikir negatif setiap kali ada orang yang bicara buruk padanya. Dulu dia tak seperti itu, sebelum mengalami hal buruk di Pulau Solterra. Masa-masa saat dirinya selalu dipenuhi kebahagiaan dan kehangatan keluarga yang sempat terlupakan, kini dia mengingatnya lagi. Meski Robin menyangkal apa yang dirasakannya, namun Poppy dapat melihat kebohongan pria itu. ‘Tuan Robin, aku sudah melihat wajahmu saat kau menyentuhku. Mengapa kau selalu berkata buruk padaku dan menyangkalnya? Raut wajahmu mengatakan semua, di saat kau pikir aku memejamkan mata.’ Robin seperti mendiang nenek Poppy yang selalu menegur atas masalah-masalah sepele, namun sesungguhnya sangat menyayanginya. Walaupun tak tahu apakah Robin memiliki perasaan padanya atau tidak, Poppy yakin satu hal, Robin Luciano memang menikmati saat bercinta dengannya. “Ah … kalau dipikir-pikir, kau sudah melakukan kesalahan dua kali dan aku hanya memberimu hukuman satu kali.” Ucapan Robin tersebut membuat Poppy semak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   66. Rindu

    “Nyonya Poppy, kenapa lama sekali membuka pintu?” Mata Poppy melebar, terkejut sesaat ketika melihat Alice menutup seluruh tubuhnya dengan selimut berwarna gelap dan hanya menyisakan bagian wajahnya. Gadis itu tampak ketakutan saat menoleh ke kanan kiri, seperti mewaspadai seseorang yang sedang mengintai mereka. “Kau tidak menjawabku tadi. Ada apa, Alice?” Poppy merangkul Alice selagi menuntun masuk ke dalam kamar. “Bolehkah aku tidur bersamamu?” pinta Alice. Poppy berpikir sejenak. Robin belum memberi tahu jika dia tidak akan datang ke kamarnya. Diam-diam Poppy sedikit menantikan kedatangan Robin. Dia penasaran dan ingin melihat lagi dengan jelas raut wajah Robin ketika sedang bercinta dengannya. Mendadak, tubuh Poppy meremang dan terasa panas. Dekapan Robin seperti menyelimuti dirinya. Dia tak seharusnya merasakan kenyamanan dari orang berbahaya yang mungkin akan mengancam hidupnya. Namun, rasa itu tak dapat terelakkan dan terus mengusik dirinya. “Aku takut tidur sendirian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   167. Orang Kepercayaan

    Poppy terbelalak kaget, dadanya berdebar kencang. Dia ingin berteriak, tetapi tangan seseorang membungkam mulutnya.“Poppy, jangan berteriak dan bicara dengan pelan,” bisik Alice.Poppy melirik ke samping, melihat Alice berjongkok di dekat ranjangnya dengan ekspresi serius. Kemudian, dia mengangguk sebagai jawaban.Saat ini, waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Alice biasanya tidur lebih awal, tetapi sekarang tiba-tiba muncul di kamarnya yang seharusnya telah dikunci dari dalam.“Apa yang kau lakukan di sini, Alice? Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Poppy sembari duduk.“Dengarkan aku baik-baik, Poppy. Segera temui Nyonya April di lantai satu lewat balkon kamar ini.”“Ap–”Alice kembali membekap mulut Poppy yang akan berteriak. “Ada tangga tali yang sudah kusiapkan di pagar balkon untuk berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu. Turunlah dengan tangga itu dan jangan menimbulkan suara.”“Kenapa? Apa yang terjadi?” bisik Poppy dengan suara panik.“Ada penyusup memasuki rumah ini. Semua

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   166. Kawan dan Lawan

    “Tuan Larry!” seru Poppy ternganga. Dia celingukan di sekelilingnya. Beruntung, tak ada orang yang mendengar.‘Tunggu, kalau dia tahu kejadian itu ….’ Wajah Poppy sontak merah padam ketika mengingat Robin pernah menghukumnya di elevator!“Waktu itu aku sedang memperbaiki sandi elevator. Hanya hari itu saja aku tidak sengaja mengintip.”Tampaknya, Larry tahu apa yang pernah terjadi di ruang sempit itu. Dia pasti dapat mencium aroma dari cairan cinta yang tertinggal ketika akan menemui Stefan yang saat itu masih mendiami lantai tiga.Namun, Poppy tentu tak akan menyadarinya. Dia mengurut dadanya, lega karena kejadian memalukan itu tak terlihat siapa pun.“Bukankah kau tadi bilang, aku tidak boleh membicarakan tentangmu. Mengapa kau ikut masuk?” tanya Poppy ketika masuk ke bangunan utama kediaman.“Aku akan menemui ibu palsumu. April adalah teman baikku. Ada yang ingin kubicarakan dengannya.”“Ya ampun, kau selalu membuatku terkejut!”“Kau pasti akan terkejut lagi setelah tahu kalau dia

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   165. Pulang

    Robin masih melihat foto surat Rafael untuk istrinya. Dia tampak bimbang membuat keputusan.“Tuan, rencana besar kita akan dimulai dua hari lagi. Anda bisa mengurus Rafael, sementara saya yang akan memimpin keberangkatan ke Pulau Solterra.” Antonio menunjukkan tekad yang besar dari sorot matanya.Antonio adalah sosok yang dapat dipercaya. Dalam kondisi apa pun, dia masih bisa menjaga ketenangannya. Namun, Robin sedikit khawatir jika Antonio akan meluapkan emosinya ketika penyerbuan dimulai.Ketika Robin datang ke Pulau Solterra malam itu, dia dapat melihat tatapan tajam Antonio saat mendekati Saul, seperti ingin mencekiknya dengan kedua tangannya sendiri. Mungkin karena Saul sedang menyembunyikan Poppy di balik punggungnya, Antonio menahan kemarahannya waktu itu, pikir Robin.“Tidak. Aku akan pergi ke sana bersamamu.”“Tuan, Anda juga tahu jika saya tidak akan berbuat sembarangan hanya karena dendam pribadi saya. Saya bersumpah tidak akan mengacaukan rencana Anda,” ucap Antonio bersun

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   164. Jangan Membenci Rafael

    “Aku aku pernah meyakini jika Nyonya Sienna tidak pernah berselingkuh. Dari sifatnya, kau juga bisa menebak itu, bukan?”Poppy mengangguk.“Tapi, ada saksi mata yang melihat perselingkuhan mereka. Dia adalah Rod, tangan kanan Tuan Dante, sebelum digantikan Luca. Selain itu, ada bukti hasil tes DNA yang menyatakan bahwa Tuan Rafael bukan anak kandung Tuan Stefan.”“Tapi, Tuan Dante bisa memalsukan hasil tes seperti itu dengan mudah, apalagi waktu itu belum maju seperti sekarang. Robin bahkan bisa membuat identitas baru untukku dalam semalam.”Raut wajah Larry yang sebelumnya tenang, kini terlihat keruh, membayangkan masa lalu pahit tuannya. “Kau benar. Aku bisa menyelidikinya lebih dalam, tapi Nyonya Sienna tiba-tiba menghilang, serta meninggalkan pesan bahwa dia sudah tidak bisa hidup bersama dengan Tuan Stefan karena tidak mencintainya lagi … sekaligus membenarkan perselingkuhannya dengan salah satu pengawal kediaman.”“Mustahil …,” gumam Poppy kecewa.“Tuan Stefan pasti mengatakan pa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   163. Masa Lalu

    Poppy kembali bingung. Apakah Larry berada di pihak Rafael? Namun, sudah jelas jika Stefan mengatakan membenci putra bungsu yang bukan darah dagingnya.“Pengawal Robin di depan pasti akan melapor padanya kalau tahu kau datang dari luar. Aku akan mengantarmu.”“Tunggu sebentar.” Poppy mencegah Larry yang akan berdiri. “Bisakah … kau memberi tahuku … di mana Nyonya Sienna saat ini?”“Mengapa kau ingin tahu?”Meski telah mendengar dari Stefan, tetapi Poppy masih penasaran apakah ucapannya benar atau hanya efek dari kejiwaannya yang terganggu. Poppy ingin tahu dan mencari solusi agar bisa menyembuhkan luka di hati suaminya.“Aku hanya ingin mengenal Robin lebih dalam. Dia tidak akan mengatakannya padaku. Kuharap, dia bisa membagi luka di hatinya denganku.”Larry dapat melihat dengan jelas pipi Poppy merona. Dia tersenyum samar, kembali duduk dengan santai.“Kalau kau tidak keberatan mendengarkanku dan menyimpan rahasia ini dari siapa pun.”Poppy segera mengangguk. Larry lalu mulai berceri

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   162 Menantumu

    Larry baru kali ini bertatap muka dengan Poppy dalam jarak yang cukup dekat. Rupanya, ada alasan khusus mengapa Robin memilih wanita ini, pikirnya. Perawakan dan rambut Poppy hampir mirip dengan Sienna. “Kau … siapa? Mengapa kau ada di sini?” Stefan mendadak sadar jika Poppy bukanlah istrinya.Saat ini, Poppy dan Stefan bersimpuh di lantai. Mereka baru selesai menenangkan diri setelah menangis cukup lama. ‘Mungkinkah dia terlalu banyak menangis sehingga pandangannya menjadi jernih dan melihatku bukan sebagai istrinya lagi?’ batin Poppy bertanya-tanya.“Aku bertanya padamu! Jangan membuatku mengulang pertanyaanku dua kali! Apa kau gadis bayaran papaku untuk menggodaku?!” sergah Stefan. Caranya membentak, bahkan kalimatnya sangat mirip dengan putranya.“Saya adalah menantu Anda. Istri Robin Luciano.”Poppy melirik ke arah Larry yang sudah membuka mulut akan mencegahnya menjawab jujur. Seharusnya Poppy tidak mengatakan identitasnya, sebab Stefan masih menganggap Robin masih seperti bel

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   161. Papa Mertua

    Poppy ternganga, panik bukan main hingga membeku di tempat. Dia tak sempat bereaksi dan hanya memejamkan mata dengan erat ketika Stefan sudah berada di hadapannya, seakan-akan ingin menusuknya.“Pengawal sialan! Kau berani menyentuh istriku, hah?! Aku akan membunuhmu!”“Hentikan!” jerit Poppy dengan suara melengking tinggi. Dia segera membuka mata ketika tak mendengar pergerakan di sekitarnya.Stefan yang sudah berada di dekatnya, hampir menusuk pengawal yang tetap diam dengan tenang, tiba-tiba berhenti bergerak setelah mendengar teriakannya. Pisau dapur di tangan Stefan langsung terjatuh dari genggaman, beruntung tak mengenai kakinya.“M-maaf … aku tidak bermaksud berteriak …,” sesal Poppy, takut membuat Stefan semakin marah. Poppy mundur perlahan, menatap salah satu pengawal untuk meminta pertolongan. Namun, tak ada yang mendekat atau hanya terlihat ingin menolongnya.Para pengawal itu tetap waspada meski diam saja. Mereka tak mau membuat kemarahan Stefan semakin menjadi-jadi.Stef

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   160. Bertamu

    Poppy awalnya takut pada Stefan. Namun, setelah melihat warna matanya yang sama dengan Robin, dia bisa memastikan jika pria itu berhubungan dengan keluarga Luciano, warna mata yang cukup langka di dunia.‘Apa aku pernah melihat orang ini sebelumnya? Siapa dia?’Stefan berkedip lambat seperti baru saja terbangun. “Maaf, Sayang, aku tidak bermaksud membentakmu.”Genggaman di pergelangan tangan Poppy mengendur. Tangan Stefan gemetaran dan ekspresinya menunjukkan kekhawatiran. Takut Sienna palsu di depannya marah, lalu meninggalkannya.Poppy yang melihat mata Stefan berembun menjadi kasihan padanya. Dia bisa saja kabur, namun penasaran dengan sosok di depannya.“Kau tidak marah, ‘kan? Tolong jangan marah padaku,” pinta Stefan dengan suara gemetar.“Tidak. Aku yang justru minta maaf karena berniat menerobos wilayahmu.”“Tunggu di sini dulu. Aku akan membukakan pintu ini.” Genggaman Stefan kembali mengencang. “Jangan pergi ke mana-mana,” ucapnya memelas.Poppy mengangguk, tapi Stefan tampak

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   159. Titik Merah

    “Nyonya, saya akan patroli dulu,” pamit Marcello. Setelah kepergian Robin, suasana di kediaman terasa sepi. Robin mengajak hampir separuh pengawal kediaman, tetapi menambah pengawal khusus untuk berjaga di luar rumah. Alhasil, pekerjaan pengawal di kediaman cukup sibuk. Para pengawal baru Robin hanya berjaga di area depan, terutama di pintu-pintu masuk, berjaga jika ada penyusup menyerang selagi Robin tak ada. Karena itu, Poppy sangat berterima kasih pada Marcello yang meluangkan waktu untuk melindunginya. “Ya. Terima kasih sudah menjagaku, Marcello. Mari kita makan malam bersama seperti biasa nanti.” “Baik, Nyonya.” Begitu masuk ke dalam kamar, Poppy sekilas melihat ke arah jendela. Dia lalu berhenti sejenak, memandang ke bawah. Dari lantai dua itu, dia bisa melihat halaman rumah cukup jelas. Mendadak, Poppy ingat surat Rafael. “Haruskah aku ke sana?” Setelah menimbang-nimbang sebentar, Poppy memutuskan akan memeriksa tempat yang dimaksud Rafael, sebelum waktu pertemuan dua h

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status