Home / Romansa / Tawanan Hasrat sang Penguasa / 60. Perhatian yang Menakutkan

Share

60. Perhatian yang Menakutkan

Author: VERARI
last update Last Updated: 2025-01-01 13:05:15

‘Apa yang Tuan Robin rencanakan? Apakah dia ingin memberiku racun dengan kedua tangannya sendiri?’ Poppy bukannya senang mendapat perhatian kecil dari suaminya, namun malah mencurigainya.

“Kau akan terus memandangi sendok ini? Buka mulutmu!” tegas Robin.

Antonio masih berdiri di samping pintu, menggeleng pelan ke arah Robin, berharap tuannya akan melihat isyarat darinya. Poppy justru terlihat semakin takut mendengar Robin menyuruhnya makan, bukan pelan-pelan memberi perhatian seperti bayangannya.

Robin telah memutuskan untuk membantu Poppy terlepas dari traumanya. Salah satu caranya adalah menunjukkan bahwa dia bukanlah seseorang yang menjadi ancaman bagi hidup Poppy.

Antonio sudah mengatakan kepada Robin apa yang harus dia lakukan saat membantu Poppy sarapan. Namun, agaknya situasi sekarang tak seperti bayangan tangan kanan Robin itu.

“Apa kau tidak bisa membuka mulutmu?! Aku harus segera pergi ke kan–”

Robin berhenti bicara setelah akhirnya melihat isyarat Antonio yang langsu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   61. Hadiah dari Suami

    BLAM! “Hati-hati! Nyonya Poppy masih tidur! Jangan sampai membangunkannya!” Donna menegur tegas pelayan lain dengan suara lirih. Poppy tetap terbangun gelagapan dan langsung terduduk ketika mendengar suara berisik di sekitarnya. Dia meraba-raba tubuhnya, seakan-akan sedang memastikan sesuatu. Nyawanya masih utuh! “Apa racun itu belum bekerja?” gumam Poppy. Akan tetapi, mengapa dia tak merasa sakit sedikit pun? Badannya justru terasa lebih ringan dan segar setelah bangun tidur. “Nyonya, Anda sudah bangun rupanya! Lihat hadiah dari Tuan Robin ini!” seru Donna dengan raut wajah antusias, tangannya merentang menunjukkan rak dorong dengan gaun-gaun yang menggantung. “Hadiah?” Poppy merasa masih bermimpi. Kata hadiah tak tepat jika itu datangnya dari Robin. Semua yang Robin berikan hanyalah kompensasi untuknya. “Benar. Perhiasan ini juga, Nyonya!” Donna menyambar kotak perhiasan dan memeluknya dengan erat. Dia tampak kesulitan membawa kotak yang terlihat berat dan seperti peti h

    Last Updated : 2025-01-01
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   62. Kencan

    Meskipun takut, pipi Poppy langsung merona mendengar pujian pertama yang keluar dari mulut Robin. Namun, setelah melirik wajah Robin yang terlihat dingin, rona merah di wajahnya langsung menghilang. “Sial,” gumam Robin pelan. Dia ingin menampar mulutnya sendiri karena mengatakan sesuatu yang memalukan. Rencananya adalah menyembuhkan trauma Poppy, namun dia terdengar seperti perayu wanita. Poppy dapat mendengar umpatan Robin. Dia pikir, Robin hanya sedang mempermainkan dirinya, mengatakan sarkasme karena sesungguhnya dia tak pantas memakai kalung mewah itu. “Maaf, saya akan segera melepaskan kalung ini.” “Kau tidak suka dengan pemberianku?!” bentak Robin, tersinggung karena dia sudah susah payah memesan batu safir langka pada liontin kalung yang melingkar di leher Poppy. “S-saya suka, Tuan.” “Kenapa kau malah mau–” “Tuan, sopir sudah menunggu di depan.” Antonio mengumpulkan keberaniannya memotong ucapan Robin, agar tuannya itu tak mengatakan kalimat yang akan membuat Poppy

    Last Updated : 2025-01-02
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   63. Masih Kencan

    Poppy menghela napas berat. Sejak tadi dia diam dan hanya menjawab Verdi ketika bertanya namanya. Mereka bahkan tidak sempat bercakap-cakap karena Robin segera mengusir Verdi. Dia tersenyum pada Verdi pun hanya untuk menunjukkan keramahan. ‘Tersenyum genit? Kapan aku melakukan itu?’ batin Poppy, heran dengan tuduhan Robin yang tak pernah dia lakukan. “Maaf.” Poppy tetap menunjukkan penyesalan untuk menyudahi pembicaraan itu. Robin justru terlihat tak senang. Permintaan maaf Poppy seperti menyatakan bahwa wanita itu menyesal telah tersenyum genit pada pria lain. Namun, Robin menahan kemarahannya agar tak membuat Poppy semakin takut padanya. “Jangan ulangi lagi. Aku tidak ingin mendengar ada orang yang mengatakan jika istriku adalah seorang wanita perayu.” “Baik, Tuan.” Jika hanya berdua saja, Poppy tak merasa harus memanggil nama Robin dan membuatnya canggung. “Robin.” Robin mengoreksi panggilan Poppy. “Baik.” “Ulangi ucapanmu yang benar!” “Baik … Robin,” ujar Poppy dengan sua

    Last Updated : 2025-01-02
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   64. Kencan Panas

    Embusan napas panas Robin menggelitik indra perasa Poppy. Dia mengerang pelan sambil membuka sedikit matanya.Ketika akan merenggangkan badan, Poppy terkejut sampai tersadar sepenuhnya. Robin telah mengungkung dirinya di atas kursi, memijat lembut titik sensitifnya begitu tahu Poppy telah bangun.Kaki Robin yang ada di antara tubuhnya, membuat Poppy kesulitan bergerak. Poppy mendorong pelan dada Robin, namun tubuh suaminya bergeming.“Robin ….” Kali ini, Poppy tak lupa memanggil Robin dengan benar.Robin yang mendengar suara serak Poppy menyebut namanya, spontan menghentikan gerakan. “Ulangi lagi,” perintahnya dengan suara berat, tak menyembunyikan hasratnya yang tiba-tiba memuncak karena suara Poppy.“A-apa maksud Anda?”“Panggil namaku,” bisik Robin di dekat telinga Poppy.“R-Robin ….”Mendadak, Robin menggigit kecil ceruk leher Poppy. Lenguhan singkat lolos dari mulut Poppy, membuat Robin mengisap lehernya semakin kuat, seakan-akan sedang berusaha menguras habis darahnya.“Tuan Rob

    Last Updated : 2025-01-03
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   65. Sedikit Tahu

    Poppy biasanya selalu berpikir negatif setiap kali ada orang yang bicara buruk padanya. Dulu dia tak seperti itu, sebelum mengalami hal buruk di Pulau Solterra. Masa-masa saat dirinya selalu dipenuhi kebahagiaan dan kehangatan keluarga yang sempat terlupakan, kini dia mengingatnya lagi. Meski Robin menyangkal apa yang dirasakannya, namun Poppy dapat melihat kebohongan pria itu. ‘Tuan Robin, aku sudah melihat wajahmu saat kau menyentuhku. Mengapa kau selalu berkata buruk padaku dan menyangkalnya? Raut wajahmu mengatakan semua, di saat kau pikir aku memejamkan mata.’ Robin seperti mendiang nenek Poppy yang selalu menegur atas masalah-masalah sepele, namun sesungguhnya sangat menyayanginya. Walaupun tak tahu apakah Robin memiliki perasaan padanya atau tidak, Poppy yakin satu hal, Robin Luciano memang menikmati saat bercinta dengannya. “Ah … kalau dipikir-pikir, kau sudah melakukan kesalahan dua kali dan aku hanya memberimu hukuman satu kali.” Ucapan Robin tersebut membuat Poppy semak

    Last Updated : 2025-01-04
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   66. Rindu

    “Nyonya Poppy, kenapa lama sekali membuka pintu?” Mata Poppy melebar, terkejut sesaat ketika melihat Alice menutup seluruh tubuhnya dengan selimut berwarna gelap dan hanya menyisakan bagian wajahnya. Gadis itu tampak ketakutan saat menoleh ke kanan kiri, seperti mewaspadai seseorang yang sedang mengintai mereka. “Kau tidak menjawabku tadi. Ada apa, Alice?” Poppy merangkul Alice selagi menuntun masuk ke dalam kamar. “Bolehkah aku tidur bersamamu?” pinta Alice. Poppy berpikir sejenak. Robin belum memberi tahu jika dia tidak akan datang ke kamarnya. Diam-diam Poppy sedikit menantikan kedatangan Robin. Dia penasaran dan ingin melihat lagi dengan jelas raut wajah Robin ketika sedang bercinta dengannya. Mendadak, tubuh Poppy meremang dan terasa panas. Dekapan Robin seperti menyelimuti dirinya. Dia tak seharusnya merasakan kenyamanan dari orang berbahaya yang mungkin akan mengancam hidupnya. Namun, rasa itu tak dapat terelakkan dan terus mengusik dirinya. “Aku takut tidur sendirian

    Last Updated : 2025-01-04
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   67. Bukan Cemburu

    Poppy memimpikan hadiah-hadiah yang diberikan Rafael. Meskipun Robin memberinya fasilitas mewah, namun hadiah Rafael sedikit berbeda karena diberikan secara langsung.Dia merasakan kasih sayang Rafael sebagai keluarga dalam mimpinya. Satu hal yang menjadi angan-angan Poppy selama empat tahun.Akan tetapi, mimpi itu sirna ketika Poppy merasakan gigitan di bahunya terasa cukup menyakitkan. Ketika membuka sedikit mata, dia segera melupakan mimpinya.Robin menggertakkan gigi setelah meninggalkan bekas gigitan di bahu Poppy, meski tak sampai terluka atau berdarah. “Beraninya kau melanggar aturanku dalam mimpimu dan menyebut nama pria lain,” geramnya.Sayangnya, Poppy masih setengah tidur. Tak begitu sadar jika Robin ada di balik punggungnya.Robin kemudian kembali mendekap Poppy, menyesap jengkal kulitnya sampai Poppy benar-benar terbangun.Poppy akhirnya tahu jika orang yang berada di belakang punggungnya adalah pria yang sejak tadi mengusik pikirannya. Robin menuntun tangannya ke belakan

    Last Updated : 2025-01-05
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   68. Seperti Orang Lain

    Suara desisan tertahan mulai terdengar di mulut Poppy ketika dia menggerakkan badan. Poppy mencoba dengan keras untuk mengesankan Robin agar bisa mendengar lagi suara yang menggetarkan hatinya. Namun, Robin masih belum bereaksi.Deritan pada ranjang terdengar semakin cepat. Poppy terlena oleh perbuatannya sendiri, hingga merasakan tubuhnya berguncang dan melemas, hampir jatuh di dada Robin. “Tuan Robin ….”“Lanjutkan,” titah Robin selagi membantu Poppy bergerak.Kedua tangan Poppy mencengkeram seprai untuk menopang badan. Gerakan yang cukup lihai tanpa sadar membuat penutup matanya melorot hingga menunjukkan satu matanya.Poppy akhirnya melihat ekspresi Robin yang membuat tubuhnya semakin berguncang.Robin menutup mata, mulutnya sedikit terbuka. Dia tampak menikmati perbuatan Poppy meski semua ucapannya dipenuhi penyangkalan.“Kau tidak pernah bisa melakukan apa pun dengan benar,” geram Robin, masih belum sadar jika Poppy sedang menatap dirinya.Poppy berhenti bergerak, mencoba memah

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   X

    Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   223. Poppy

    “Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   222. Ratu

    “Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   221. Kemarahan Capri

    Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   220. Keguguran

    “Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   219. Dua Kali ...

    “Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   218. Wanita Asing

    Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   217. Sulitnya Berubah

    “Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   216. Di Bawah Satu Atap yang Sama

    Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status