Share

2. Wanita Termahal

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-11-28 16:01:03

“Kau hanya perlu melakukan apa yang aku perintahkan.” Pria itu mengamati wajah kuyu milik Rose. “Jadilah istriku dan lahirkan keturunan untukku.”

Mulut Rose terbuka lebar. Masih tak percaya dengan ucapan pria itu. Dilihat dari mana pun, Rose dan Robin seperti kerak bumi dan langit tertinggi.

“Apa Anda sedang bergurau?” 

Rose tak menganggap dirinya buruk rupa. Hanya saja, penampilannya selalu terlihat lusuh dan kumal selama dikurung di gedung milik bos besar, yang digunakan sebagai tempat transaksi perdagangan manusia.

“Apa aku terlihat sedang bercanda?”

Rose sontak menggeleng. Meski tampan, ekspresi dingin Robin tak mencerminkan pria yang suka bergurau.

“Tuan Robin Luciano!” seruan Saul dari jauh sedikit mengikis ketegangan yang Rose rasakan.

Pria berbadan besar dan terlihat berisi itu menunduk hormat secara singkat kepada Robin. Rose langsung takjub dibuatnya.

Bos besar yang tak pernah menekuk wajah di hadapan orang lain, dan saat ini … tampak seperti pelayan di depan Robin. Namun, hal tersebut justru membuat Rose menjadi resah.

Rose pernah mendengar akan ada seorang pengusaha besar yang akan datang. Pengusaha kaya raya itu sedang membuka kelab malam terbesar di negaranya dan akan membeli beberapa gadis untuk dipekerjakan di sana.

Dan … apakah pengusaha yang dimaksud adalah pria yang ada di hadapannya ini?

Bagaimana jika Robin benar-benar akan mengeluarkan Rose dari pulau terkutuk itu, lalu malah menjadikannya sebagai pelacur di kelab malam alih-alih menjadikan istri? Karena tak mungkin seorang Robin Luciano sudi menikah dengannya!

“Saya tidak menyangka akan bertatap muka dengan pengusaha besar seperti Anda secara langsung!” Saul tampak antusias ketika mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Namun, Robin hanya menatap tangan Saul dan tak mau menyambut dengan jabatan tangan. Senyuman Saul pun memudar saat menarik tangannya kembali.

“Silakan masuk dulu, Tuan,” ajak Saul dengan canggung.

“Tidak perlu.” Robin mengedikkan dagu ke arah Rose. “Aku akan membawa perempuan ini bersama dengan perempuan lain yang sudah kupesan sebelumnya.”

Saul sontak melotot. Apakah dirinya sedang bermimpi?

Robin Luciano, pengusaha terkaya dari negara yang berdekatan dengan Pulau Solterra, menginginkan Rose, pelayan pribadinya?

“Tuan, ada banyak gadis lain yang lebih berkualitas di dalam. Jika Anda ingin memesan wanita lain, silakan masuk dan melihat-lihat lebih dulu ….”

“Aku menginginkan perempuan ini!” tegas Robin.

Mendadak, sikap Saul berubah drastis. Dia menegakkan badan dengan gaya menantang, lalu menarik tangan Rose dengan kasar hingga berdiri ke belakang punggungnya.

“Dengan segala hormat, saya tidak bisa menjual perempuan ini kepada Anda!”

Rose terkejut bukan main. Dia diam-diam merasa kecewa. Mungkin, Robin tak akan dapat menolongnya keluar dari pulau itu. Padahal, dia berniat menerima tawaran Robin setelah berpikir singkat. 

Saul tak pernah puas dengan semua pekerjaan Rose. Setiap gerak-geriknya selalu membuat Saul mengumpat dan marah.

Tak jarang Rose dipukul saat melakukan kesalahan. Bahkan, saat Rose diam saja, Saul juga memukul dirinya untuk meluapkan kemarahan. 

Nama Rose pun sampai disamakan dengan anjing betina Saul yang selalu menggigit orang-orang yang mencoba mendekati tuannya. Nasib Rose di tempat itu, tak lebih baik dari anjing peliharaan Saul.

“Saul Martinez, aku masih berbaik hati padamu. Jangan membuatku marah,” ancam Robin sambil menatap tajam bos besar.

“Kau pikir sedang di mana? Pulau ini wilayahku! Sekaya dan seterkenal apa pun dirimu, kau bukan siapa-siapa di sini! Justru aku yang masih berbaik hati dengan bersikap sopan sejak melihatmu!”

Kesopanan Saul menghilang. Rose sedikit menduganya. 

Saul mungkin hanya berbaik hati karena bertemu dengan pelanggan besar. Namun, tabiat asli Saul langsung muncul begitu dirinya tak menyukai atau keberatan akan sesuatu.

KLANG!

Suara besi saling beradu keras menyadarkan Rose.

Anak buah Saul yang sebagian memegang senjata api dan sisanya membawa tongkat besi bermunculan dari segala sisi. Mengepung Robin dan selusin pengawalnya.

Anehnya, Robin justru tersenyum. Dan Rose sempat melihatnya!

Senyuman yang memesona, tapi terlihat misterius dan sekaligus membuat Rose bergidik.

“Aku memberimu peringatan terakhir, Saul. Jual perempuan itu padaku atau aku akan membatalkan kerja sama kita!”

Rose menelan ludah susah payah. Dia merasakan tangan Saul mencengkeram pergelangan tangannya semakin erat.

Mengapa hanya dirinya yang dianggap Saul tak berharga itu, sampai menimbulkan kekacauan besar?

Rose berpikir, bahwa pria malang itu tidak mungkin bisa keluar dari pulau dengan nyawa yang masih utuh, karena sudah berurusan dengan bos besar.

“Kau benar-benar meremehkanku, Tuan!” Tak ada tanda-tanda ketakutan dari wajah Saul. 

Akan tetapi, kepercayaan diri Saul menghilang di saat suara baling-baling helikopter terdengar.

Bukan hanya ada satu helikopter terlihat di atas mereka. Selusin– tidak, puluhan helikopter terbang menutup langit Pulau Solterra!

Rose sampai menganggap pemandangan itu hanya mimpi semata. Namun, suara tembakan peringatan yang tepat mengenai depan sepatu Saul dari arah helikopter, menyadarkan Rose bahwa situasi saat ini merupakan realita.

“Apa yang akan kau lakukan?!” bentak Saul.

Saul pun tak pernah menduga jika Robin akan membawa banyak anak buah hanya untuk mengepung dirinya. Saul mulai waspada. 

Seorang pria yang sejak tadi berdiri di sebelah Robin mendekati Saul. Antonio Russo, tangan kanan Robin, berkata pada Saul, “Jaga sikapmu! Tuan Robin adalah calon penerus Tuan Dante Luciano!”

Mendengar nama Dante Luciano, wajah Saul mendadak pucat pasi. Di saat yang sama, Saul akhirnya tahu alasan orang-orang selalu mengatakan bahwa semua keinginan Robin Luciano pasti akan terwujud.

Saul menganggap remeh lawannya. Karena merasa Robin hanya pengusaha yang mengandalkan nama besar keluarga.

“Berapa aku harus membayar wanita itu?”

Rahang Saul berdenyut-denyut ketika menggertakkan gigi. Dia tampak berpikir keras sebelum menyepakati.

“Lima ratus miliar.”

Mulut Rose sontak ternganga. Jumlah yang diajukan Saul atas dirinya, berkali-kali lipat dibanding para gadis muda dengan kelas tertinggi.

Para gadis kelas tinggi itu harus masih suci, memiliki paras cantik, tinggi semampai bak model, dapat melakukan apa pun yang diperintahkan, dan memiliki bakat atau keunggulan yang berbeda-beda. 

Jelas sekali jika Saul hanya ingin mempertahankan Rose di sisinya. Tak ada orang gila yang mau membayar lima ratus miliar untuk perempuan seperti dirinya.

Sayang, pikiran Rose salah …. Rupanya, orang gila itu benar-benar ada!

“Berikan uang sesuai permintaannya!” Robin memberi perintah kepada Antonio tanpa sedikit pun keraguan.

Related chapters

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   3. Selamat Tinggal

    Sambil menggertakkan gigi, Saul mengibaskan tangan pada para anak buahnya untuk mundur. “Kita akan bertransaksi di dalam.”Robin memerintahkan anak buahnya untuk membawa masuk Rose ke helikopter. Para wanita yang sudah dipesan Robin juga dibawa masuk memenuhi helikopter lainnya. Tak berselang lama, Robin keluar dari gedung bersama dengan Saul yang telah menemukan keceriaan kembali. Orang mana yang tak bahagia mendapatkan uang sebanyak itu?“Kau bisa membaca, bukan?” tanya Robin begitu memasuki helikopter yang sama dengan Rose.Rose diculik saat usianya delapan belas tahun. Tepatnya, selepas dirinya merayakan kelulusan SMA. Tentu saja dirinya bisa membaca dan menulis.Namun, karena masih bingung dan takut dengan situasi yang baru saja terjadi, Rose bahkan tak merasa marah dianggap seperti orang tak berpendidikan.“Bisa,” balas Rose singkat.“Baca ini.” Robin mengulurkan map kuning padanya. Tanpa berkata-kata, Rose langsung menuruti perintahnya.Map tersebut berisi dokumen-dokumen iden

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   4. Keluarga Baru

    Pria di depannya yang kini sah menjadi suaminya duduk dengan tenang, seperti tidak terganggu sama sekali oleh situasi ini.Robin menyandarkan punggungnya pada sofa, lengan kanannya diletakkan di sandaran, menatap Poppy dengan ekspresi tenang tapi penuh pengamatan. “Kakekku, Dante Luciano, mengharuskan kita tinggal di rumahnya selama satu minggu ke depan,” ujarnya, memecah keheningan.Poppy mengangkat wajahnya, menatap Robin dengan sedikit bingung. “Di rumahnya?” tanyanya pelan.Robin mengangguk. “Dia ingin memastikan pernikahan ini berjalan sesuai harapannya. Dante adalah pria yang selalu mencari kepastian, dan aku yakin dia akan mengamatimu mulai sekarang.”Poppy menunduk, jemarinya saling meremas. “Aku mengerti.”Robin mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, menatap Poppy lebih lekat. “Kau tidak perlu khawatir. Tugasmu hanya bermain sesuai peran kita. Bersikaplah seperti yang sudah kita sepakati. Jika kau bisa melakukannya dengan baik, tidak ada yang perlu kau takutkan.”Poppy menga

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   5. Amatir

    Masih dengan pemikirannya sendiri, Poppy benar-benar semakin merasa khawatir dan takut dengan Dante, karena Robin sendiri yang memperingatkan.Dan saat ini, mereka sudah berada di dalam kamar yang sudah disediakan oleh Dante. Jantung Poppy seakan hampir meledak ketika dia dan pria yang kini sudah menjadi suaminya berada di dalam kamar yang sama untuk pertama kalinya. Selama satu minggu ke depan, Dante Luciano mengharuskan pengantin baru itu tinggal di sana. Walaupun bersikap baik kepada Poppy, Dante belum sepenuhnya percaya kepada cucunya sendiri. Robin tak pernah mengenalkan seorang wanita kepada kakeknya, dan bahkan tak pernah berhubungan dekat dengan wanita mana pun. Namun, Robin tiba-tiba pulang dengan membawa wanita untuk dinikahi. Hal itu tentu menimbulkan banyak pertanyaan, walau Dante sendiri sudah mengetahui kabar pernikahan cucunya itu. Dante tak akan tinggal diam dan akan menelisik tentang wanita yang sudah menjadi cucu menantunya. “Kau rupanya punya bakat menjadi patung

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   6. Nyonya Palsu

    “Baik ….” ujar Poppy tertahan. Robin bahkan tak mendengar suara lemas dan lirih istrinya.Setelahnya, Poppy tak bisa tidur nyenyak karena sang suami langsung menghilang setelah menyelesaikan kegiatan panas mereka. Dia tertidur dan terbangun berulang-ulang untuk melihat jam, berjaga-jaga jika Robin akan masuk ke kamar. Namun, Robin tetap tak kembali.Walaupun sudah paham tentang perjanjian mereka, tak elak jika Poppy merasa kecewa. Wanita mana yang akan merasa bahagia ketika sang suami menghilang setelah mendapat kenikmatan darinya? Dia mengira jika hubungan intim itu bisa sedikit mendekatkan mereka.‘Apa mungkin dia sedang mengadakan pesta dengan teman-temannya?’ pikir Poppy menenangkan diri.Kini, satu minggu telah berlalu, dan rutinitas yang sama terus berulang. Setiap malam, Robin akan pergi, kemudian meninggalkannya lagi tanpa banyak berbicara. Hal tersebut terus terjadi, bahkan ketika mereka kembali di kediaman Robin. Dia tahu bahwa suaminya lebih memilih untuk berada di luar rum

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   7. Adik Ipar

    Poppy terkejut oleh jawaban suaminya. Dia sempat melempar kain pel agar tak membuat Robin marah karena menunjukkan dirinya terbiasa disuruh-suruh. Akan tetapi, Robin ternyata tak mencegah ataupun marah karena Mia memperlakukan Poppy seperti pelayan.Meski tak memiliki perasaan istimewa kepada Robin, selain rasa terima kasih karena telah membebaskan dirinya dari pulau terkutuk itu, Poppy merasakan sakit hati yang begitu menusuk dada. Tak cukup Robin hanya mendatanginya ketika waktunya bercinta, tetapi juga mengizinkan para pelayan memperbudak dirinya.“Setelah kau selesai dengan pekerjaanmu, temui aku di ruang kerja yang ada di lantai satu,” titah Robin.Begitu Robin mengayunkan langkah kaki menjauh, Mia kembali cekikikan, mentertawakan raut wajah kecewa Poppy yang diabaikan suaminya. Pelayan lain yang mendengar kejadian itu, sekarang tak akan segan lagi memerintah apa pun kepada si nyonya besar palsu.Dibanding penghinaan para pelayan pada dirinya, Poppy lebih kecewa kepada sikap Robin

    Last Updated : 2024-12-03
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   8. Yang Paling Dia Benci

    Ucapan Rafael tidak salah, Poppy memang tak banyak tahu tentang kehidupan pribadi Robin. Poppy tak boleh menunjukkan bahwa dia dan Robin hanya sepasang suami-istri palsu. Namun, kata-kata Rafael tentang keburukan Robin yang tak disangka-sangka membuat Poppy tak bisa mengendalikan ekspresi kaget. Mendadak, Rafael terkekeh. Apakah dia hanya sedang menakuti Poppy untuk melihat reaksinya? Poppy masih ingat jika Dante Luciano mencurigai pernikahan mereka. Mungkinkah Dante mengutus Rafael untuk menyelidikinya? “Kau ternyata sangat menyenangkan, Kakak Ipar. Kau berhasil membuatku berpikir kalau kau benar-benar takut,” ujar Rafael, mengira jika reaksi Poppy hanya dibuat-buat untuk mencairkan suasana. “Ah … i-iya ….” Poppy tertawa kecil dengan canggung, enggan menunjukkan bahwa dirinya tak memahami arah pembicaraan adik iparnya. Selama empat tahun dikurung Saul, dia sedikit lupa bagaimana caranya tertawa lepas. Berharap jika Rafael tak mencurigai tawa palsunya. “Tapi, aku salut denganmu,

    Last Updated : 2024-12-04
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   9. Takut Mengandung

    ‘Lalu bagaimana perasaan anakku di masa depan saat tahu bahwa ayahnya sendiri yang membunuh ibu kandungnya?’ Poppy pun tak ingin mati setelah bisa memimpikan kebebasan. Walaupun dalam kontrak menyebutkan, bahwa Robin akan membebaskan dan memberinya sejumlah uang setelah melahirkan dan bercerai, Poppy sangat tahu jika para mafia tidak pernah menepati janjinya. Dia juga tak sanggup membayangkan nasib anaknya yang akan menjadi penerus bisnis gelap keluarga mafia. “Kau baik-baik saja?” Poppy lagi-lagi terjatuh dalam lamunan mengerikan. Suara Rafael kembali menyadarkan dirinya. “Aku … baik-baik saja ….” Bohong! Yang Poppy rasakan saat ini sangat jauh dari baik-baik saja. Dia sangat takut setelah mengetahui bahwa dirinya sudah membuat perjanjian berbahaya dengan seorang pria yang akan menjadi kepala mafia. “Maafkan aku, Rafael. Aku harus masuk sekarang. Robin akan mencariku kalau aku terlalu lama menghilang.” Untuk menghindari kecurigaan karena tak mampu lagi menjaga ketenangan, Popp

    Last Updated : 2024-12-04
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   10. Disangka Merayu

    “Gaunmu kotor. Dari mana saja kau?” Suara dingin Robin membuat suasana di dalam kamar terasa mencekam. Poppy melirik gaun panjang dengan lengan pendek berwarna cokelat muda yang dia kenakan. Ada tanah melekat di beberapa tempat yang mengotori gaun mahal itu. “Saya … bekerja lagi setelah membersihkan ruangan Anda.” Poppy yang sedang memunggungi Robin tak berani berbalik, takut kebohongannya langsung diketahui sang suami. Dia membuka lemari dan mencari-cari baju bersih untuk menyibukkan diri, sekaligus menghindari Robin untuk menyembunyikan kegugupannya. “Kau tidak ingat? Aku sudah bilang, kau harus berperan sebagai istri yang sempurna di depan keluargaku.” Tangan Poppy yang memegang baju mendadak gemetaran ketika mendengar suara langkah Robin kian mendekat. Dia melihat bayangan menutup cahaya di sekitarnya saat Robin tepat berdiri di belakangnya. “Apa kau sengaja menunjukkan pada adikku jika kau bukan istriku?” tanya Robin lebih dingin dan mengancam dari sebelumnya. “T-tidak ….”

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   150. Suami yang Suka Menghilang

    Firasat Poppy benar. Dia begitu sakit hati saat Robin berniat mengembalikan identitas aslinya.‘Aku seharusnya senang. Tanpa usaha apa pun, aku bisa kembali ke kehidupanku semula. Tapi, rasanya sakit sekali saat tahu kau mungkin akan melepasku,’ batin Poppy, diam ketika Robin melepas tangannya dan melangkah masuk ruang kerjanya, seakan-akan saat ini adalah masa-masa terakhirnya bisa memegang tangan pria itu.“Mari masuk, Nyonya.” Poppy melangkah dengan berat. Namun, ketika masuk ke ruangan kerja suaminya, pikirannya segera teralihkan oleh pemandangan di hadapannya. Ruang kerja yang luas itu tampak menciut dengan banyak pria besar memenuhi ruangan. Poppy tak bisa menahan kekagetan ketika melihat sosok yang tak terduga di antara mereka, orang yang pernah memohon bantuannya agar mau memintakan izin kepada Robin karena mengaku takut padanya. Namun, orang itu sekarang justru duduk di tengah-tengah pria berbadan besar seperti seorang bos tanpa jas snellinya. “Bagaimana kabar Anda, Nyonya

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   149. Jarak

    ‘Kenapa dia memanggilku dengan nama itu?’ batin Poppy gelisah. Entah mengapa dia justru tak senang ketika Robin memanggilnya dengan nama asli. Sudah lama dia berharap Robin memanggil nama Poppy, namun Robin justru seperti ingin menunjukkan jarak, seakan ingin mengembalikan Poppy ke tempat asalnya dengan identitas Stella Valentine.“Apa … maksudmu?”Ucapan Robin yang menyuruhnya untuk bisa melindungi diri sendiri bisa memiliki banyak makna. Akan tetapi, hanya ada satu hal yang muncul di benak Poppy. Robin mungkin akan meninggalkan dirinya sehingga tak akan bisa melindunginya lagi.“Kembali pada posisi menembak,” titah Robin, enggan membicarakan masalah itu.Poppy akhirnya kembali melanjutkan latihan. Mereka hanya membicarakan tentang teknik menembak yang benar, tanpa membahas perkataan Robin sebelumnya.Meski Poppy terlihat sudah melupakan ucapan Robin, namun dalam kepalanya masih dipenuhi tanda tanya. Dia tak berani bertanya ataupun menyela Robin yang bersungguh-sungguh mengajarinya.

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   148. Melindungi Dirimu Sendiri

    DEG!Robin berhenti berjalan selagi meremas dadanya. Entah mengapa dia tiba-tiba merasakan seseorang memanggilnya. Kemudian, kedua alisnya terangkat ketika terbersit firasat buruk.“Apa yang terjadi dengan perempuan itu?” gumamnya.Dia segera mengayunkan kaki dengan cepat. Hingga akhirnya, dia sampai di lapangan latihan tembak tak sampai lima menit.“Apa yang kau lakukan, Jose?!” bentak Robin ketika dia melihat istrinya sedang mengarahkan senjata pada salah satu tawanan mereka.Suara keras Robin biasanya membuat dada Poppy bergetar takut. Namun, sekarang dia sangat lega mendengar suara itu, hingga ingin melempar senjata dan berlari memeluk suaminya.“Apa maksud Anda, Bos?” Jose tak memahami kemarahan Robin.“Aku menyuruhmu mengajarinya menembak, bukan membunuh orang!”Robin mengumpat dalam hati. Dia seharusnya tak teralihkan pada masalah kecil seperti cincin pernikahan. Karena kelalaiannya, Poppy mungkin akan mengingat traumanya.“Oh, kupikir akan lebih baik jika Nyonya Poppy belajar

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   147. Menunggu Robin

    Sementara itu, Robin tak tahu kesulitan apa yang sedang dihadapi istrinya. Dia justru sibuk memilih-milih cincin pernikahan yang tampak elegan, namun dapat terlihat semua orang dengan jelas.“Yang ini sepertinya akan cocok di jari manisnya.” Robin tersenyum puas sambil melipat tangan di depan dada dan menyandarkan punggung di kursinya. Dia membayangkan Poppy akan tersenyum lebar sambil memamerkan cincin itu kepada semua orang, lalu mengatakan bahwa dia adalah milik Robin Luciano.“Tuan, saya sudah datang.” Antonio membuka pintu ruangan itu, lalu menghampiri Robin, berdiri di dekat kursinya. “Anda akan membeli cincin itu?” tanyanya kemudian.Robin memicingkan mata, mengamati gerak-gerik mencurigakan tangan kanannya itu. Antonio sedikit memiringkan kepala ketika melihat cincin dengan berlian tanpa warna. Dia terlihat tak menyukai ide Robin membeli cincin itu.“Cincin itu tidak cocok untuk Anda, Tuan.”“Apa kau pikir aku yang akan memakainya?”“Oh, Anda ingin membelikan cincin itu untuk

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   146. Berlatih

    “Tuan, hentikan …,” isak seorang gadis muda. “Ah, sial! Jangan banyak meronta! Kau sendiri yang merayuku … buka saja kakimu lebih lebar!” Mata Poppy terbelalak ketika melihat pria tampan dan gadis muda sedang bergumul tanpa busana di sofa panjang. Wajahnya sontak merah padam, kemudian Robin menutup matanya. “Jangan berani melihat milik pria lain!” Robin menatap tajam anak buahnya yang akhirnya menyadari kehadirannya. “Keluar dari ruanganku!” bentaknya. Pria itu segera menyeret si gadis keluar sambil membawa pakaian mereka. Robin sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu, tetapi tidak dengan istrinya, dan bukan di ruang kerjanya. Robin mencoba untuk menahan amarahnya. Baru dua hari dia tak datang, kantornya digunakan untuk melakukan tindakan asusila. Dia benar-benar ingin segera merealisasikan tujuannya dan menghabisi semua pria hidung belang itu. “Robin, lepas …,” pinta Poppy, setelah mendengar pintu ditutup. Robin melepaskan tangannya dari mata Poppy. Dia kemudian melempa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   145. Markas Luciano

    Keinginan Dante begitu jelas sampai Poppy yang tidak begitu ahli membaca ekspresi wajah seseorang pun dapat mengetahuinya. Apa pun yang terjadi, Poppy tak sudi melakukan hal keji kepada orang lain.Sayangnya, Poppy tak punya kuasa untuk menolak perintah itu. Robin pun tidak membantah Dante lagi.Mereka bahkan sudah sampai di depan markas besar keluarga Luciano saat ini …“Pegang tanganku,” titah Robin ketika mereka turun dari mobil.Di area parkir luas itu, banyak pria bertato hanya mengenakan kaos tanpa lengan. Mereka segera berbaris, menunduk singkat kepada Robin.“Halo, Bos! Tumben kau datang siang-siang,” sapa pria bertubuh kekar yang menjadi satu-satunya orang berpakaian rapi.“Kakek menyuruh istriku untuk berlatih menembak. Siapkan tempatnya,” perintah Robin, lalu menggandeng Poppy masuk ke pintu ganda besar.“Ingat, kau harus terus berada di sisiku.”Poppy menunduk. Dia semakin erat mencengkeram jaket kulit suaminya.Suasana di markas Lucia

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   144. Menantu Sempurna

    Dante tiba-tiba mengancam dengan kebohongan mereka. Kebohongan apa yang dimaksud Dante? Sebab, telah banyak kebohongan yang mereka lakukan. Apakah tentang pernikahan palsu mereka atau identitas asli Poppy? Poppy dan Robin diam, setidaknya mereka harus mendengar lebih dulu agar tak salah paham dan menjawab berbeda dari maksud Dante, yang justru akan membongkar kebohongan lainnya. “Kau tidak akan bisa berbohong tentang hidupmu, Poppy. Haruskah aku memanggilmu Stella mulai sekarang?” Dante langsung menyelidiki latar belakang Poppy dengan kedua wanita yang mengaku sebagai ibunya. Tak banyak yang bisa ditemukan oleh orang suruhannya karena Robin telah menutup sebagian besar masa lalu Poppy. Akan tetapi, masih ada beberapa orang yang mengenal Carita dan keluarganya yang bisa ditanyai. Dalam semalam, Dante menerima informasi tambahan yang membenarkan bahwa Carita adalah ibu tiri Poppy. Entah bagaimana hubungan mereka, termasuk sosok April yang telah diberikan identitas baru, Dante belum

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   143. Perintah Mengejutkan

    Robin menatap kakeknya tak percaya. “Lalu kenapa, katamu? Aku suaminya dan berhak menyingkirkan semua orang yang berani mendekatinya! Termasuk kau, Kakek!”Ucapan Dante, tentu saja, membuat Robin semakin meradang. Namun, Dante segera menyangkal, “Aku menginginkan Poppy untuk urusan lain. Bukan seperti yang kau pikirkan.”“Apa kau pikir akan akan memercayaimu?! Apa kau kira aku tidak pernah melihatmu memanggil gadis-gadis muda ke kamarmu?”Poppy menelan ludah susah payah selagi menyembunyikan kengerian. Dia seharusnya tahu jika Dante sama saja dengan para mafia lainnya, selalu berbuat buruk meski kondisinya sekarang cukup membuat Poppy iba padanya. Namun, kata-kata Robin masih terlalu mengejutkan. Poppy hanya pernah mendengar tentang Dante yang gemar menyewa gadis-gadis penjaja malam, tak sepenuhnya percaya. Dia tak menyangka jika hal tersebut adalah kebenaran.‘Bagaimana mungkin orang yang sudah berumur seperti Dante Luciano tega menggauli gadis seusia cucunya, bahkan lebih muda? Apa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   142. Tampan

    Robin Luciano bersenandung tak jelas sambil menatap dirinya di pantulan cermin kamar mandi. Kedua tangannya meremas-remas rambut yang berbusa, lalu menoleh ke kanan-kiri dengan gerakan lambat, seperti sedang mencari-cari kecacatan di wajahnya. “Apa aku memang setampan itu?” Gerakan Robin berhenti, lalu terkekeh lirih dan singkat. Dia bersikap seolah-olah tidak terlalu bahagia walaupun hanya ada dirinya sendiri di dalam kamar mandi itu. ‘Robin … lebih cepat lagi … aku suka melihat wajah tampanmu saat mendapat kepuasan dariku.’ Robin mengingat lagi racauan Poppy semalam. Badannya tiba-tiba berguncang pelan, merinding oleh gelenyar nikmat yang seolah masih bisa dirasakannya. “Kakek … kakek … jangan harap kau bisa merayu istriku. Wajahmu tidak setampan aku.” Robin menyeringai pada diri sendiri di depannya. TOK TOK! “Lihat, lihat … dia sudah tidak sabar melihatku sampai menggangguku yang sedang mandi.” Robin bergeleng-geleng sambil berdecak dengan satu sudut mulut terangkat.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status