Mungkin mau nambah jadwal apel 🌝
“Gaunmu kotor. Dari mana saja kau?” Suara dingin Robin membuat suasana di dalam kamar terasa mencekam. Poppy melirik gaun panjang dengan lengan pendek berwarna cokelat muda yang dia kenakan. Ada tanah melekat di beberapa tempat yang mengotori gaun mahal itu. “Saya … bekerja lagi setelah membersihkan ruangan Anda.” Poppy yang sedang memunggungi Robin tak berani berbalik, takut kebohongannya langsung diketahui sang suami. Dia membuka lemari dan mencari-cari baju bersih untuk menyibukkan diri, sekaligus menghindari Robin untuk menyembunyikan kegugupannya. “Kau tidak ingat? Aku sudah bilang, kau harus berperan sebagai istri yang sempurna di depan keluargaku.” Tangan Poppy yang memegang baju mendadak gemetaran ketika mendengar suara langkah Robin kian mendekat. Dia melihat bayangan menutup cahaya di sekitarnya saat Robin tepat berdiri di belakangnya. “Apa kau sengaja menunjukkan pada adikku jika kau bukan istriku?” tanya Robin lebih dingin dan mengancam dari sebelumnya. “T-tidak ….”
Robin menatap ke bawah tanpa menekuk wajahnya, mendengar Poppy memohon agar Robin mengampuni kesalahannya. Raut wajah Robin datar dan sulit dibaca, seperti tak menunjukkan belas kasihan pada istrinya sedikit pun.“Saya berjanji akan memperbaiki semua kesalahan saya, Tuan …,” pinta Poppy memelas, menahan lagi tangisannya agar Robin tak semakin marah.Poppy menunduk semakin dalam hingga wajahnya hampir menyentuh paha, sedangkan tangannya masih memegangi celana Robin. Pikirannya dikuasai oleh ingatan ketika Saul menghukumnya dengan cambukan dan pukulan. Sangat takut Robin akan melakukan tindakan yang sama untuk menghukumnya.“Katakan … apa saja kesalahanmu?” Robin bahkan tak menyuruh Poppy berdiri.“Saya … saya mengotori gaun mahal … yang sudah Anda belikan ….”“Salah,” tegas Robin. “Kau pikir aku tidak bisa membelikan gaun baru hanya karena kau mengotorinya?”Manik Poppy bergerak ke kanan-kiri, bingung harus menjawab apa. Dia tak merasa telah merayu adik iparnya, jadi bukan itu yang ha
Poppy merasakan getaran yang berbeda dari suara suaminya. Kali ini, dia yakin jika hukuman dari Robin sudah tak bisa dicegah. Dia terpaksa mengatakan pengakuan palsu karena terbayang cambukan Saul yang menyakitkan. Bahkan, setiap kali melihat bekas luka cambukan di betisnya, Poppy seakan masih merasakan kesakitan itu. “Saya sebenarnya tidak–” Poppy bingung … tak mengaku tetap salah, mengaku pun Robin jadi semakin marah. “Lepaskan,” titah Robin, mencegah Poppy memberi alasan lainnya. “A-apa … maksud Anda?” tanya Poppy tak mengerti. “Turunkan celanaku.” Mata Poppy sontak terbelalak. Dia bisa menebak hukuman apa yang ingin Robin lakukan. ‘Tidak … aku perlu mengatur rencana agar tidak bisa mengandung anaknya lebih dulu!’ Poppy teringat kata-kata Rafael sebelumnya. Jika sampai melahirkan anak Robin, dia mungkin akan segera kehilangan nyawanya. “Apa telingamu hanya pajangan?” Ketegasan Robin tak bisa dibantah. Dengan tangan gemetaran, Poppy menyentuh sabuk di pinggang Robin. Dia m
“Tidak!” balas Poppy dengan cepat, sedikit meninggikan suara karena panik. Mengapa lagi-lagi harus menyeret Rafael ke dalam masalah mereka?“Saya … akan segera melakukannya,” lanjut Poppy, suaranya langsung berubah lirih.Dia pernah mendengar dua pria menggauli satu wanita sekaligus, takut Robin benar-benar akan melakukan itu padanya. Kemudian dia buru-buru melepas seluruh kain yang melekat di tubuhnya, menutup dada menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan satunya menutup area kewanitaannya.“Singkirkan tanganmu.”Poppy malu setiap kali mengekspos tubuhnya meski bukan pertama kali. Apalagi, dia tak bisa melihat apa pun, tak tahu apa yang sedang dilihat atau dilakukan Robin.“T-Tuan …?”Sudah dua menit berlalu Poppy berdiri dengan badan kaku, kedua tangannya masih di samping badan sesuai perintah Robin. Namun, Robin tak mengatakan apa pun lagi.Tubuh Poppy mulai gemetaran ketika mengingat satu kejadian yang menyakitkan. Dia pernah di situasi yang sama, namun dengan berpakaian lengkap
Robin mendorong punggung Poppy hingga menunduk setengah badan sambil masih berdiri. Kedua tangan Poppy tiba-tiba ditarik ke belakang, diikat oleh cengkeraman Robin yang cukup kuat.Badan Poppy seketika menggigil. Dengan kedua tangan terikat di belakang, dia pikir Robin akan menyakiti dirinya dengan cara yang berbeda. Namun, matanya di balik dasi langsung terbelalak, begitu merasakan Robin kembali memasuki dirinya. Poppy tak siap dengan serangan kilat itu. Entakan kuat dan cepat dari belakang yang Robin lakukan sangat mengejutkan. “Ahh … Tuan!”Namun, Robin justru memacu gerakan lebih cepat dari sebelumnya. Hingga Poppy tak bisa menahan diri untuk tak mengeluarkan suara.“P-pelan … sakit, Tuan ….” Meski sesekali terasa menyakitkan, kenikmatan itu tetap menghantamnya berulang-ulang. Kakinya sampai gemetaran dan akhirnya kehilangan keseimbangan.Robin langsung menangkap tubuhnya dengan satu tangan. Melingkarkan ibu jari dan telunjuknya di leher Poppy, kemudian menarik ke belakang hing
Sambil meratapi nasibnya, Poppy mengambil gaun merah di ranjang. Saat gaun yang dilipat itu terbuka, mata Poppy sontak terbelalak.Gaun merah selutut dengan lengan pendek itu bisa menampilkan tanda merah di lehernya dengan jelas!“Apa dia sungguh akan menyingkirkanku, hanya karena aku membuat kesalahan yang tidak pernah aku lakukan?”Poppy yakin, Robin sengaja menyuruhnya memakai baju yang sedikit terbuka itu karena masih belum puas menghukumnya, juga menunjukkan kepada Rafael bahwa dia bukanlah siapa-siapa yang pantas diajak bicara.Seandainya identitas Poppy tak terbongkar, dia bisa bertanya kepada Donna cara untuk menutupi tanda kemerahan di sekujur tubuhnya. Namun, dia sekarang sudah tidak punya orang yang bisa diajak bicara lagi, membuat dirinya harus berpikir keras mencari cara untuk menutupi tanda itu.***Di ruang makan, Robin dan Rafael sudah menanti dengan hidangan yang tersaji di meja. Untuk pertama kali, Poppy melihat hidangan yang berlimpah dan orang lain duduk di meja ma
“Rafael!” sergah Robin. Tampaknya, Robin tak senang dengan ucapan adiknya, meski Rafael hanya menirukan ucapan Dante. Poppy terlonjak kecil, langsung mengalihkan pandangan dari adik tirinya, takut Robin akan salah paham dan menghukumnya lagi. Meski tak melihat Robin, Poppy bisa merasakan tatapan tajam yang menusuk dari samping, berasal dari suaminya.“Aku hanya mengatakan semua yang kakek sampaikan. Jangan marah padaku.” Wajah tegas Robin terlihat mengeras. Kakak beradik itu mempertahankan kontak mata cukup lama, hingga Rafael mengalihkan pandangan lebih dulu ke bawah, pada hidangan di piringnya.“Apa kau tidak punya teman lain? Kau tidak seharusnya menemani istri orang.”“Temanku banyak, tapi tidak dengan Poppy. Kudengar dia berasal dari negara lain dan belum lama tinggal di negara ini. Poppy pasti tidak punya banyak teman di sini dan aku akan menjadi teman pertamanya. Selain itu, kakek menyuruhku membantu Poppy agar terbiasa dengan kehidupan kita.” Poppy menunduk, Rafael seperti
Ketika anak buah Saul menculik Poppy, pada saat itu, dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di tingkat menengah atas. Poppy sejak dulu hanya fokus belajar dan tak punya banyak teman. Dia hanya bicara dengan teman-teman sekelas seperlunya saja.Selagi remaja seusianya telah memahami makna cinta pada lawan jenisnya, Poppy lebih memilih menghabiskan waktu dengan keluarga. Apalagi, Poppy merupakan anak semata wayang yang sangat dijaga oleh orang tuanya agar tak terjerat dalam arus pergaulan bebas.Meskipun begitu, dia pernah menerima pendidikan seksual, tetapi tak terlalu mendalam. Dia tak memahami sepenuhnya arti tanda cinta yang dijelaskan oleh Rafael. Namun, dia bisa menduga maksud Robin meninggalkan tanda tersebut supaya Rafael memperhatikannya.‘Dia mungkin hanya ingin menunjukkan kepada Rafael bahwa kami saling mencintai dan benar-benar menikah dan bukan karena alasan tertentu.’“Kau tidak perlu malu. Semua pasangan pasti pernah melakukannya.” Rafael terkekeh kecil melihat reaksi
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J
Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b
“Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”
Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata