Share

Bab 3. OCD?

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-03-27 09:47:43

Hiriety beranjak masuk ketika selesai dengan ucapannya yang provokatif, yang tak ia duga adalah ketika Marco secara tiba-tiba menghantamkan tubuhnya ke dinding ruang tengah dengan keras, udara seakan terhenti sesaat saat jari-jari Marco melingkar erat di lehernya. Tatapan pria itu gelap, penuh amarah yang sudah sejak tadi ia tahan.

“How rude...” Hiriety bergumam dengan seringai tipis. Meskipun udara yang bisa ia hirup mulai menipis

"shut up your fuckin mouth! Aku sudah muak dengan permainanmu, Walton" geram Marco, jemarinya menekan kulit leher Hiriety, cukup kuat untuk memperingatkan tapi tidak sampai menghancurkannya.

Hiriety hanya terkekeh kecil, meski napasnya mulai terasa berat. Mata abu-abunya menatap Marco tanpa sedikit pun ketakutan, seolah pria itu hanyalah hiburan yang menyenangkan baginya.

"Apa ini yang bisa kau lakukan, Valley?" suaranya terdengar parau, namun masih dipenuhi nada mengejek. "Aku pikir kau lebih dari sekadar pria yang frustrasi atau mungkin ini pelampiasanmu karena tahu jika kau takkan pernah mendapatkan Selena"

Brak!!

Marco mempererat cengkeramannya sejenak, tapi lalu dengan gerakan mendadak, dia menarik tubuh Hiriety mendekat, hampir menempel dengannya. Tatapannya gelap dan berbahaya, tetapi Hiriety tidak bergeming sedikit pun.

"Aku bisa menghancurkanmu sekarang juga, Walton" bisik Marco dingin.

Hiriety tersenyum miring, jari-jarinya perlahan merambat ke dada Marco, merasakan denyut jantung pria itu di balik kemejanya yang sedikit kusut akibat pertarungan kecil mereka.

"Lalu kenapa kau tidak melakukannya?" bisiknya kembali, matanya berkilat penuh tantangan.

Marco terdiam. Ini yang paling membuatnya marah—bahwa Hiriety bisa membuatnya kehilangan kendali, bahwa wanita ini menikmati setiap detik konfrontasi mereka seolah itu adalah permainan yang ia kuasai dengan sempurna.

Dalam hitungan detik, ia melepaskan cekikannya hanya untuk menarik Hiriety dan melemparkannya ke sofa panjang di tengah ruangan. Wanita itu terjerembab, tetapi bukannya mundur, dia justru tersenyum lebih lebar.

"Kau ingin bertarung?" tanya Marco, suaranya rendah dan berbahaya. "Aku bisa memberimu lebih dari itu."

Hiriety tidak menjawab dengan kata-kata. Dengan gesit, dia menendang ke arah kaki Marco, membuat pria itu sedikit kehilangan keseimbangan. Itu cukup bagi Hiriety untuk melesat, menerjang Marco dengan sikut yang hampir mengenai rahangnya.

Namun Marco lebih cepat.

Dia menangkap lengan kanan Hiriety dan memelintirnya ke belakang, menekan tubuh wanita itu ke dadanya. Napas mereka beradu, panas dan dipenuhi ketegangan yang membakar.

“Sepertinya tulangku retak. Bisa kau lepaskan, Valley." suara Hiriety terdengar lebih seperti perintah daripada permohonan.

Marco mendekatkan bibirnya ke telinga Hiriety, suaranya nyaris seperti bisikan. "Dan jika aku tidak mau?"

Seolah menjawab tantangan, Hiriety dengan sigap menghentakkan kepalanya ke belakang, menghantam dagu Marco dengan keras. Pria itu mendesis, cengkeramannya melemah sejenak—cukup bagi Hiriety untuk membalikkan keadaan.

Dalam waktu singkat, mereka berdua sudah terjatuh ke lantai.

Hiriety duduk di atas tubuh Marco, kedua kakinya mengunci pinggang pria itu, tangan kirinya menekan dada Marco dengan kuat. Nafasnya sedikit terengah, tetapi matanya bersinar penuh kemenangan.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang, Valley?" tanyanya, bibirnya masih melengkung dalam seringai menggoda.

Marco menatapnya tajam dari bawah, napasnya juga memburu. Tangan pria itu mencengkeram pergelangan Hiriety, tetapi tidak berusaha mendorongnya pergi.

BRUK!

Kini, Marco yang berada di atas, menekan tubuh Hiriety ke lantai dengan kedua tangannya mencengkeram pergelangan wanita itu. Napas mereka memburu, saling beradu dalam panasnya atmosfer yang semakin liar.

Hiriety mengerjapkan matanya sekali, lalu tersenyum, meskipun salah satu tali gaunnya melorot akibat gerakan kasar Marco.

"Keras kepala sekali," gumam Hiriety dengan nada geli, matanya menatap Marco dengan tatapan menantang. "Tapi aku suka itu."

Marco menggeram, mencoba mengabaikan cara gaun Hiriety sedikit tersingkap, memperlihatkan kulitnya yang mulus. "Kau pikir aku akan jatuh dalam jebakan murahanmu?" suara Marco terdengar kasar, nyaris seperti geraman binatang buas yang berusaha menahan diri.

Alih-alih merasa terintimidasi, Hiriety justru semakin menikmati situasi ini. Dia menggeliat sedikit di bawah Marco, sengaja menggesekkan tubuh mereka dalam jarak yang terlalu dekat.

"Kau tahu, Valley..." Hiriety berbisik, senyumannya semakin lebar. "Aku bisa merasakan jantungmu berdegup lebih cepat sekarang."

Marco mengencangkan cengkeramannya, rahangnya mengeras. "Berhenti bermain, Walton."

Tapi Hiriety hanya tertawa kecil, tubuhnya sedikit melengkung ke atas hingga bibirnya hampir menyentuh rahang Marco.

"Atau apa?" bisiknya, matanya berbinar penuh godaan. "Kau akan menghukumku?"

Marco menatapnya tajam, namun di balik kemarahan itu, ada sesuatu yang lain—sesuatu yang mulai mengguncang kendali dirinya.

Dan Hiriety mengetahuinya dengan sangat baik.

Dalam satu gerakan cepat, Marco melepas cengkeramannya dari Hiriety dan berbalik, mencoba memberi jarak. Tapi Hiriety tidak membiarkannya begitu saja.

Dengan langkah anggun, dia berbalik menghadapnya, lalu—dengan santai menyesuaikan tali gaunnya yang melorot akibat pertarungan tadi.

Marco, yang seharusnya bisa mengalihkan pandangannya, justru terjebak dalam godaan yang tidak seharusnya mengguncang dirinya.

Hiriety memperhatikan bagaimana rahang Marco mengeras, bagaimana pria itu mengembuskan napas panjang seolah berusaha menahan diri. Lalu, dia tersenyum penuh kemenangan.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang, Valley?" tanyanya masih dengan pertanyaan yang sama, bedanya hanya pada nada suaranya yang lembut namun berbahaya. "Membunuhku? Menyakitiku? Atau...."

Dia melangkah lebih dekat, cukup hingga ujung hidungnya hampir menyentuh pria itu.

"Menyerah dan menciumku?"

Plak.

Wajah Hiriety tertampar ke samping. Dia terhuyung, tapi tidak jatuh. Seulas darah segar mengalir dari sudut bibirnya, menodai kulitnya yang mulus. Ia menyentuh bibirnya, kemudian menatap Marco dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada rasa terkejut, tapi tidak ada rasa takut. Mungkin sedikit… kecewa?

“tadi kau mematahkan lenganku dan sekarang menamparku. Kau memang punya trauma terhadap wanita apa bagaimana?” Gerutu Hiriety

Marco menatapnya, wajahnya tegang. Penamparan itu spontan, didorong oleh amarah yang meledak-ledak. Ia menyesalinya seketika, tapi sudah terlambat

Keheningan menyelimuti ruangan. Hanya suara napas mereka yang terdengar, bercampur dengan deru darah yang mengalir di bibir Hiriety. Marco menatapnya, melihat bagaimana wanita itu perlahan menghapus darah dari bibirnya, gerakannya begitu tenang dan anggun, seolah penamparan itu hanyalah gangguan kecil yang tidak berarti.

"Kau tak seharusnya melakukan itu" Hiriety berkata, suaranya datar, tanpa emosi. Ia tidak berteriak, tidak menangis, tidak menunjukkan rasa sakit.

Ia mendekati Marco, jarak mereka sangat dekat. Ia bisa merasakan nafas Marco yang memburu, bisa merasakan ketegangan di tubuhnya. Ia bisa melihat bagaimana Marco berusaha menahan diri, berusaha untuk tidak menyentuhnya.

"Atau mungkin," Hiriety melanjutkan, suaranya lebih lembut, lebih menggoda, "kau hanya… OCD?"

Ia melihat bagaimana mata Marco melebar, bagaimana wajahnya berubah menjadi pucat. Ia telah menebak dengan benar. Marco memiliki Obsessive-Compulsive Disorder, itulah mengapa ia begitu mudah marah.

"Aku tidak menyangka kau se-rapuh ini, Valley" Hiriety berbisik, suaranya penuh arti. "Ternyata, di balik topeng kekejamanmu, tersembunyi seorang pria yang lemah dan penuh ketakutan."

Ia menyentuh lengan Marco lalu memegang lengan Marco dengan erat, menikmati reaksi Marco yang tidak terkendali.

"Kau tahu" Hiriety berbisik, suaranya semakin menggoda, "ini jauh lebih menarik daripada yang kuharapkan." Ia tersenyum, senyum yang penuh kemenangan

Marco mengeram pelan. Dalam hati dia memaki.

‘Sialan, wanita ini memang berbahaya.’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 4. Mask

    Hiriety melangkah santai di dalam rumah besar itu, seolah-olah dia adalah pemiliknya, bukan seseorang yang baru saja diculik.Rumah Marco Valley ternyata lebih megah daripada yang dia bayangkan—langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal, lorong panjang dengan lukisan-lukisan mahal, dan aroma kayu mahoni yang khas memenuhi udara. Bukan aroma kematian atau penyiksaan seperti yang mungkin dibayangkan kebanyakan orang tentang tempat persembunyian seorang pria seperti Marco ValleyHiriety tersenyum kecil. "Cukup nyaman. Sudah kutebak dia itu gila kebersihan" gumamnya sambil menyentuh pilar di sepanjang lorong.Sejauh ini, Hiriety tak menemukan setitik debupun dirumah besar ini dan melihat respon Marco, sepertinya benar jika pria itu OCD. Namun dia nampak tak masalah jika ada orang lain.“Mungkin kau hanya lemah pada sentuhan..” Hiriety kembali bergumamBeberapa pelayan yang lewat tampak terkejut melihatnya berkeliaran tanpa pengawalan, namun mereka tidak berani mengatakan apa pun. S

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 5. Lunch

    Cahaya matahari siang menyusup melalui jendela besar ruang makan, memantulkan sinarnya pada meja panjang yang telah ditata dengan elegan. Piring-piring porselen, perak yang mengilap, serta berbagai hidangan menggoda tersaji rapi di hadapan mereka.Marco Valley duduk di ujung meja, mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung hingga siku, memperlihatkan otot-otot lengannya yang kencang. Rahangnya tegas, garis wajahnya tajam, dan matanya yang gelap menatap makanannya dengan fokus yang intens—seolah dia mencoba mengabaikan fakta bahwa Hiriety sedang duduk di hadapannya.Hiriety sendiri, dengan tangan yang masih patah tetap tidak kehilangan pesonanya, duduk dengan anggun. Dia menyilangkan kakinya, menikmati setiap suapan makanan yang ia ambil dengan tangan kirinya, sesekali melirik ke arah Marco dengan mata abu-abunya yang penuh minat.Tanpa malu-malu, dia meletakkan garpunya, menyandarkan dagunya di atas punggung tangannya, lalu menatap Marco terang-terangan."Aku harus mengakuinya, V

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 6. Diam-diam tergoda

    Tok... tok..“Permisi nona Walton”Hiriety menghela napas panjang, dengan terpaksa, ia menghentikan aksinya membobol sistem keamanan Marco Valley karena ketukan dipukul 11 malam iniDia menghela napas panjang, melirik sekilas ke layar di depannya yang masih menampilkan sistem keamanan rumah Marco Valley. Dia hampir berhasil menerobosnya, tetapi tampaknya seseorang memilih waktu yang sangat buruk untuk mengganggu. Dengan malas, dia menutup laptop hasil curian dari pelayan itu dan berjalan menuju pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pelayan berdiri dengan wajah sopan dan hormat. Di belakangnya, seorang pria berjas putih berdiri dengan membawa tas medis.“Tuan Valley mengirimkan dokter untuk memeriksa tangan Anda” ucap pelayan muda itu dengan nada datar.Alis Hiriety terangkat, matanya sekilas berkilat dengan ketertarikan. “Oh? Aku tidak tahu bahwa Marco memiliki sisi peduli yang seperti ini.”Pelayan itu tetap diam, jelas tidak ingin terlibat dalam permainan kata-kata Hiriety. Sementara

    Last Updated : 2025-04-09
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 7. Tawanan ranjang ++

    Hiriety mengerang. Napasnya terengah, nyatanya permainan Marco sungguh luar biasa.Lidah pria itu bergerak disekujur tubuhnya, membelainya, membuatnya lupa akan posisi mereka untuk sesaat"Beware, Walton" Marco berbisik, suaranya berat dan dalam, mengungkapkan dominasi yang ia miliki. "You're in danger right now."Hiriety membuka matanya, tatapannya bertemu dengan tatapan Marco yang gelap dan penuh gairah. Ia melihat keinginan yang membara di mata Marco, keinginan yang sama bergairahnya dengan keinginan di dalam dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa ia sedang berada dalam bahaya, bahaya yang ia sendiri ciptakan. Tetapi ia tidak menyesalinya. Ia menikmati bahaya ini, menikmati permainan ini.“I am the danger, Valley”Ia meraih rambut Marco, menariknya mendekat. Membalas ciuman Marco dengan penuh gairah, lidahnya beradu dengan lidah Marco dalam sebuah tarian yang penuh gairah dan juga penuh bahaya.Lidah Marco kembali menjelajahi lek

    Last Updated : 2025-04-16
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 8. Hyper x hyper

    Hiriety mengerang, suara yang nyaris putus asa, mengungkapkan kenikmatan yang melampaui batas. Bola matanya terpejam erat, rambutnya berantakan, tubuhnya bergetar tak terkendali. Sensasi yang diberikan Marco jauh lebih intens, jauh lebih memuaskan daripada apapun yang pernah ia alami sebelumnya. Bahkan Erasmus, sang dosen tampan yang selalu memanjakannya, tidak pernah bisa membuatnya merasakan hal seperti ini.Marco, dengan instingnya yang tajam, mengetahui setiap titik sensitif Hiriety dengan sempurna. Ia merangsang Hiriety dengan penuh perhitungan. Ia menikmati reaksi Hiriety, menikmati erangannya yang penuh gairah, menikmati bagaimana tubuh Hiriety bergetar di bawah sentuhannya."Hahh…" Hiriety mendesah panjang, suara yang penuh kenikmatan dan juga kepuasan. Sensasi panas mengalir keluar dari inti tubuhnya, membanjiri seluruh tubuhnya dengan gelombang kenikmatan yang luar biasa. Ia merasa melayang, merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tak

    Last Updated : 2025-04-16
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 9. Tawanan istimewa

    “Astaga... bisa-bisa lengan kananmu cacat permanen”Hiriety hanya terkekeh saat dokter wanita bernama Alice ini mengomelinya“kau juga, bisa-bisa bermain dengan anak muda polos ini hingga tangannya patah” Alice mengomeli Marco“Dia tak sepolos itu” Sanggah MarcoAlice menghela napas panjang “Kapan kau akan berhenti menjadi maniak, Marco? Apa kau tak puas hanya dengan satu wanita?” Alice bertanya setelah selesai memperbaiki perban di lengan kanan Hiriety“Alice!”“Apa Marco?! Apa kau pikir situasi ini nyaman bagiku? Kau tahu aku menyukaimu tapi kau memintaku merawat wanita yang sudah tidur denganmu?”Hiriety menutup mulutnya, matanya menatap drama di depannya dengan binar kesenangan. Ia telah menduga bahwa Alice menyukai Marco, tetapi Marco sendiri tampak acuh tak acuh terhadap perhatian Alice. Ini lebih menarik daripada yang ia bayangkan.Alice menatap Marco

    Last Updated : 2025-04-17
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 10. Manipulation

    “Jangan pergi kemanapun, tetap diranjang dan sambut aku dengan kedua kakimu yang sudah terbuka”Nada suaranya datar, tanpa sedikit pun menunjukkan emosi, namun di balik kata-kata tersebut tersirat sebuah dominasi yang kuat. Sebuah perintah yang tak bisa dibantah, yang menunjukkan siapa yang berkuasa di sini. Nada suaranya datar, tanpa sedikit pun menunjukkan emosi, namun di balik kata-kata tersebut tersirat sebuah dominasi yang kuat. Sebuah perintah yang tak bisa dibantah, yang menunjukkan siapa yang berkuasa di sini.Hiriety terkikik pelan lalu mengangguk“Cepatlah kembali, Valley” ujarnya, suara lembut dan menggoda itu diiringi dengan sebuah ciuman jauh yang dilemparkannya ke udara, seolah-olah ciuman itu ditujukan langsung pada Marco yang tengah menjauhSetelah kepergian Marco, Hiriety tidak langsung bergerak. Hiriety menikmati keheningan sesaat, merasakan sisa-sisa sentuhan Marco di kulitnya. Ia tersenyum, senyum yang pen

    Last Updated : 2025-04-17
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 11. Untouchable man

    Berbeda dengan para mafia yang cenderung begerak di dunia gelap, Marco Valley adalah seorang CEO muda dengan aura kepemimpinan yang kuatPria itu tak tertarik dengan perkelahian ataupun aksi ilegal dalam bentuk apapunKekuasaannya bukan didapat dari senjata api atau ancaman kekerasan, melainkan dari strategi bisnis yang cermat dan visi yang tajam. Ia memimpin perusahaan teknologi terkemuka, ValleyTech, dengan tangan besi yang terbalut sutra. Keputusan-keputusannya tegas, namun selalu didasari oleh perhitungan yang matang dan analisis yang mendalam.Marco bukanlah tipe orang yang gemar pamer kekayaan. Kemewahan yang ia miliki tersembunyi di balik kesederhanaan penampilannya. Jas mahalnya selalu rapi, namun tak pernah mencolok.Arloji mewah di pergelangan tangannya hanya terlihat sekilas, namun cukup untuk menunjukkan statusnya. Ia lebih suka menghabiskan waktu di kantornya, bergelut dengan angka-angka dan strategi bisnis, daripada menghadiri pesta-pesta me

    Last Updated : 2025-04-18

Latest chapter

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 12. Kontrol Hiriety

    Marco melonggarkan dasinya, dia sudah cukup menahan emosi berhadapan dengan seorang pelayan yang tak tahu diri.Bukan hanya sekali dua kali ada pelayan yang melemparkan diri padanya. Ini sudah hampir yang ke sepuluh kalinya dan alhasil Marco harus mengganti pelayannya dengan yang baruSetelah memberikan perintah pemecatan dan mencari orang baru pada Ducan, kepala pelayannya. Marco berjalan menuju kamarnyaKetika ia membuka pintu kamar, pandangannya langsung tertuju pada Hiriety yang sudah ada di atas ranjang"Bagaimana rapatnya, Valley?" tanya Hiriety, suaranya manis dan menggoda.Marco terdiam sejenak, memandangi Hiriety. Ia merasa terkejut, tapi juga… tertarik. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia juga tidak ingin menghindarinya.Marco hampir lupa dengan keberadaan wanita itu di rumahnya. Hiriety sungguh berada di atas ranjangnya hanya dengan pakaian dalam yang transparan“Aku mendapatkan ini dari

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 11. Untouchable man

    Berbeda dengan para mafia yang cenderung begerak di dunia gelap, Marco Valley adalah seorang CEO muda dengan aura kepemimpinan yang kuatPria itu tak tertarik dengan perkelahian ataupun aksi ilegal dalam bentuk apapunKekuasaannya bukan didapat dari senjata api atau ancaman kekerasan, melainkan dari strategi bisnis yang cermat dan visi yang tajam. Ia memimpin perusahaan teknologi terkemuka, ValleyTech, dengan tangan besi yang terbalut sutra. Keputusan-keputusannya tegas, namun selalu didasari oleh perhitungan yang matang dan analisis yang mendalam.Marco bukanlah tipe orang yang gemar pamer kekayaan. Kemewahan yang ia miliki tersembunyi di balik kesederhanaan penampilannya. Jas mahalnya selalu rapi, namun tak pernah mencolok.Arloji mewah di pergelangan tangannya hanya terlihat sekilas, namun cukup untuk menunjukkan statusnya. Ia lebih suka menghabiskan waktu di kantornya, bergelut dengan angka-angka dan strategi bisnis, daripada menghadiri pesta-pesta me

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 10. Manipulation

    “Jangan pergi kemanapun, tetap diranjang dan sambut aku dengan kedua kakimu yang sudah terbuka”Nada suaranya datar, tanpa sedikit pun menunjukkan emosi, namun di balik kata-kata tersebut tersirat sebuah dominasi yang kuat. Sebuah perintah yang tak bisa dibantah, yang menunjukkan siapa yang berkuasa di sini. Nada suaranya datar, tanpa sedikit pun menunjukkan emosi, namun di balik kata-kata tersebut tersirat sebuah dominasi yang kuat. Sebuah perintah yang tak bisa dibantah, yang menunjukkan siapa yang berkuasa di sini.Hiriety terkikik pelan lalu mengangguk“Cepatlah kembali, Valley” ujarnya, suara lembut dan menggoda itu diiringi dengan sebuah ciuman jauh yang dilemparkannya ke udara, seolah-olah ciuman itu ditujukan langsung pada Marco yang tengah menjauhSetelah kepergian Marco, Hiriety tidak langsung bergerak. Hiriety menikmati keheningan sesaat, merasakan sisa-sisa sentuhan Marco di kulitnya. Ia tersenyum, senyum yang pen

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 9. Tawanan istimewa

    “Astaga... bisa-bisa lengan kananmu cacat permanen”Hiriety hanya terkekeh saat dokter wanita bernama Alice ini mengomelinya“kau juga, bisa-bisa bermain dengan anak muda polos ini hingga tangannya patah” Alice mengomeli Marco“Dia tak sepolos itu” Sanggah MarcoAlice menghela napas panjang “Kapan kau akan berhenti menjadi maniak, Marco? Apa kau tak puas hanya dengan satu wanita?” Alice bertanya setelah selesai memperbaiki perban di lengan kanan Hiriety“Alice!”“Apa Marco?! Apa kau pikir situasi ini nyaman bagiku? Kau tahu aku menyukaimu tapi kau memintaku merawat wanita yang sudah tidur denganmu?”Hiriety menutup mulutnya, matanya menatap drama di depannya dengan binar kesenangan. Ia telah menduga bahwa Alice menyukai Marco, tetapi Marco sendiri tampak acuh tak acuh terhadap perhatian Alice. Ini lebih menarik daripada yang ia bayangkan.Alice menatap Marco

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 8. Hyper x hyper

    Hiriety mengerang, suara yang nyaris putus asa, mengungkapkan kenikmatan yang melampaui batas. Bola matanya terpejam erat, rambutnya berantakan, tubuhnya bergetar tak terkendali. Sensasi yang diberikan Marco jauh lebih intens, jauh lebih memuaskan daripada apapun yang pernah ia alami sebelumnya. Bahkan Erasmus, sang dosen tampan yang selalu memanjakannya, tidak pernah bisa membuatnya merasakan hal seperti ini.Marco, dengan instingnya yang tajam, mengetahui setiap titik sensitif Hiriety dengan sempurna. Ia merangsang Hiriety dengan penuh perhitungan. Ia menikmati reaksi Hiriety, menikmati erangannya yang penuh gairah, menikmati bagaimana tubuh Hiriety bergetar di bawah sentuhannya."Hahh…" Hiriety mendesah panjang, suara yang penuh kenikmatan dan juga kepuasan. Sensasi panas mengalir keluar dari inti tubuhnya, membanjiri seluruh tubuhnya dengan gelombang kenikmatan yang luar biasa. Ia merasa melayang, merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tak

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 7. Tawanan ranjang ++

    Hiriety mengerang. Napasnya terengah, nyatanya permainan Marco sungguh luar biasa.Lidah pria itu bergerak disekujur tubuhnya, membelainya, membuatnya lupa akan posisi mereka untuk sesaat"Beware, Walton" Marco berbisik, suaranya berat dan dalam, mengungkapkan dominasi yang ia miliki. "You're in danger right now."Hiriety membuka matanya, tatapannya bertemu dengan tatapan Marco yang gelap dan penuh gairah. Ia melihat keinginan yang membara di mata Marco, keinginan yang sama bergairahnya dengan keinginan di dalam dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa ia sedang berada dalam bahaya, bahaya yang ia sendiri ciptakan. Tetapi ia tidak menyesalinya. Ia menikmati bahaya ini, menikmati permainan ini.“I am the danger, Valley”Ia meraih rambut Marco, menariknya mendekat. Membalas ciuman Marco dengan penuh gairah, lidahnya beradu dengan lidah Marco dalam sebuah tarian yang penuh gairah dan juga penuh bahaya.Lidah Marco kembali menjelajahi lek

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 6. Diam-diam tergoda

    Tok... tok..“Permisi nona Walton”Hiriety menghela napas panjang, dengan terpaksa, ia menghentikan aksinya membobol sistem keamanan Marco Valley karena ketukan dipukul 11 malam iniDia menghela napas panjang, melirik sekilas ke layar di depannya yang masih menampilkan sistem keamanan rumah Marco Valley. Dia hampir berhasil menerobosnya, tetapi tampaknya seseorang memilih waktu yang sangat buruk untuk mengganggu. Dengan malas, dia menutup laptop hasil curian dari pelayan itu dan berjalan menuju pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pelayan berdiri dengan wajah sopan dan hormat. Di belakangnya, seorang pria berjas putih berdiri dengan membawa tas medis.“Tuan Valley mengirimkan dokter untuk memeriksa tangan Anda” ucap pelayan muda itu dengan nada datar.Alis Hiriety terangkat, matanya sekilas berkilat dengan ketertarikan. “Oh? Aku tidak tahu bahwa Marco memiliki sisi peduli yang seperti ini.”Pelayan itu tetap diam, jelas tidak ingin terlibat dalam permainan kata-kata Hiriety. Sementara

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 5. Lunch

    Cahaya matahari siang menyusup melalui jendela besar ruang makan, memantulkan sinarnya pada meja panjang yang telah ditata dengan elegan. Piring-piring porselen, perak yang mengilap, serta berbagai hidangan menggoda tersaji rapi di hadapan mereka.Marco Valley duduk di ujung meja, mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung hingga siku, memperlihatkan otot-otot lengannya yang kencang. Rahangnya tegas, garis wajahnya tajam, dan matanya yang gelap menatap makanannya dengan fokus yang intens—seolah dia mencoba mengabaikan fakta bahwa Hiriety sedang duduk di hadapannya.Hiriety sendiri, dengan tangan yang masih patah tetap tidak kehilangan pesonanya, duduk dengan anggun. Dia menyilangkan kakinya, menikmati setiap suapan makanan yang ia ambil dengan tangan kirinya, sesekali melirik ke arah Marco dengan mata abu-abunya yang penuh minat.Tanpa malu-malu, dia meletakkan garpunya, menyandarkan dagunya di atas punggung tangannya, lalu menatap Marco terang-terangan."Aku harus mengakuinya, V

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 4. Mask

    Hiriety melangkah santai di dalam rumah besar itu, seolah-olah dia adalah pemiliknya, bukan seseorang yang baru saja diculik.Rumah Marco Valley ternyata lebih megah daripada yang dia bayangkan—langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal, lorong panjang dengan lukisan-lukisan mahal, dan aroma kayu mahoni yang khas memenuhi udara. Bukan aroma kematian atau penyiksaan seperti yang mungkin dibayangkan kebanyakan orang tentang tempat persembunyian seorang pria seperti Marco ValleyHiriety tersenyum kecil. "Cukup nyaman. Sudah kutebak dia itu gila kebersihan" gumamnya sambil menyentuh pilar di sepanjang lorong.Sejauh ini, Hiriety tak menemukan setitik debupun dirumah besar ini dan melihat respon Marco, sepertinya benar jika pria itu OCD. Namun dia nampak tak masalah jika ada orang lain.“Mungkin kau hanya lemah pada sentuhan..” Hiriety kembali bergumamBeberapa pelayan yang lewat tampak terkejut melihatnya berkeliaran tanpa pengawalan, namun mereka tidak berani mengatakan apa pun. S

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status